1

87.9K 1.5K 22
                                    

Beep ... beep ... beep ...
Telepon genggam dalam saku celananya terus saja bergetar. Ini sama sekali bukan hal yg menyenangkan bagi Chen An.
Masih tetap duduk menahan emosi dengan konyolnya, dia berusaha tetap memberikan senyum 'termanis'  untuk wanita yang sedari 10 menit lalu sudah duduk menemaninya di sebuah restoran di kota H.

"Apa ada yang salah?" suara wanita itu memecah kesunyian, "kita  sudah di sini selama belasan menit, tapi tidak ada interaksi. Apa menurutmu ini menyenangkan?"keluhnya menunjukkan ketidakpuasannya.

Bukannya menjawab,Chen An malah melihat kiri-kanan di sekitarnya, berharap menemukan seseorang yang dapat menolongnya keluar dari situasi ini. Saat pandangannya kembali ke lawan bicaranya, tiba - tiba ia merasa basah kuyup di wajahnya.

"Aku menyesal menyetujui proposal kencan buta dari orangtuaku!huft...!!" marah wanita tersebut, ia berdiri dan meninggalkan Chen An begitu saja.

Chen An masih saja tak bergeming, otaknya masih saja terus mencerna apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Dia bangun pagi, 'mempersiapkan' dirinya untuk kencan buta, dan setelah bertemu, dia tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya dia berakhir dengan segelas air mineral di wajahnya. Sungguh 'keberuntungan' dari surga.

"ha ... ha ... ha ...!" tiba - tiba datang suara tawa mengejek.

"berhenti tertawa,Yi Yang! ini semua karena dirimu!"umpat Chen An dari sela -sela giginya, yang berusaha menahan emosi sambil mengeringkan wajahnya.

Namun umpatannya tidak membuat Yi Yang menghentikan tawanya, tetapi justru semakin menjadi. Melihat itu Chen An tidak berusaha menegur sahabatnya lagi, tetapi berganti dengan tatapannya yang mematikan. Yi Yang sadar ada yang salah, dia segera mengerti dan diam.

"kau masih saja bisa tertawa bahagia atas apa yang baru menimpaku?!" protes Chen An, "jika bukan karena taruhan konyol itu, aku tidak sudi menggantikanmu dalam kencan buta kali ini !"

"baiklah, baiklah, aku minta maaf, tidak seharusnya aku mengambil keuntungan di saat kau mabuk dan membuatmu bertaruh denganku," Yi Yang dengan santai menjatuhkan dirinya ke kursi samping Chen An. "aku tidak punya pilihan lain..." desahnya tak berdaya.

Chen An, pria tampan yang berhati lembut itu kini merasa bersalah akan situasi sahabatnya. Dia menarik napas panjang, lalu berdiri,"lupakan!aku akan pergi, dan pastikan kejadian ini tidak diketahui Chen Mei, kalau tidak, aku bisa dikuliti orangtuaku."

Mendengar itu, Yi Yang tahu Chen An tidak marah lagi, dan mendongak penuh bahagia. Wajah sedihnya beberapa detik lalu sudah jauh tertiup angin topan hingga ke ujung dunia, Yi Yang memberi gerakan menutup resleting pada mulutnya. Melihat itu Chen An tidak lagi ingin menanggapinya, diapun melangkah pergi.

Nasib apa yang menyertaiku hari ini? Aku berusaha tidak menyinggung gadis itu, dan pada akhirnya masih aku yang sial.

Pikirannya tiba - tiba saja buyar dengan getaran handphone dalam saku celana jeans birunya, dia baru ingat dengan panggilan - panggilan yang sudah dia abaikan tadi. Melihat  ID penelpon, tiba - tiba dia merasa bulu romanya berdiri dan seketika firasat buruk menyelimutinya. Tanpa daya, dia menekan tombol 'terima' pada handphonenya.

"Xiao An, apa kau masih ingin melihat dunia?! aku menelponmu dari setengah jam yang lalu, dan kau baru mengangkatnya sekarang. Apa kau sengaja menghindari aku atau menghindari pekerjaan?!" teriakan penuh emosi seketika memenuhi telinganya.

"Chen Mei berhenti berteriak,OK?! Suara jelekmu merusak gendang telingaku"

"apa yang kau katakan barusan?!" Chen Mei menarik napas panjang, berusaha mengesampingkan ocehan Chen An barusan. "cepat kembali ke hotel, acara akan dimulai 1 jam lagi, dan kau masih saja berkeliaran!aku beri waktu 15 menit untuk sampai di hadapanku, kalau tidak, aku akan mengaduhkanmu pada ayah!"

"jangan! jangan pernah aduhkan ke ayah! aku akan segera tiba di hotel."

Mematikan panggilan, Chen An cepat masuk ke mobilnya. Gerakannya sudah serba salah akibat ancaman adiknya barusan.
Mesin mobil hidup, diapun segera menginjak pedal gas tanpa memperhatikan di sekitarnya, akibat kecerobohannya, mobilnya sedikit bergesekan dengan mobil sport di sampingnya. Sadar akan itu, dia cepat turun dan memeriksa mobil tersebut. Seketika dagunya menyentuh tanah, sebuah garis dengan panjang kurang lebih 10cm telah menghiasi pintu mobil sport dengan harga miliaran itu. Dia merusaknya.

Kabur...?Menunggu...?Tapi aku buru - buru. Sial!Benar - benar sial!!!

Mendapat ide, diapun segera kembali ke mobil, mengambil kertas dan pensil dalam tasnya. Setelah menulis beberapa kalimat, ia menyelipkan secarik kertas tersebut ke pintu mobil sport dan pergi.

[END]MY FIRST SPRING [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang