Akhir minggu merupakan hari yang membahagiakan bagi setiap orang. Banyak dari mereka akan berlibur, melupakan segala persoalan pekerjaan, berkumpul dengan keluarga dan orang - orang terkasih di sekitar.
Tentu hal itu tidak menjadi hal yang baik untuk Chen An. Mengingat ucapan ibunya, ini mungkin akan menjadi akhir pekan terburuk sepanjang hidupnya. Dia benar - benar tidak ingin berurusan dengan para wanita, sebab menghadapi adiknya saja dia sudah hampir kebakaran jenggot setiap hari, apa lagi ditambah satu lagi!
Sekali lagi ia pandangi alamat yang dikirim ibunya, meyakinkan diri bahwa dia telah tiba di tempat yang benar. Wajahnya sangat tertekan. Meski enggan dia tetap saja melangkah masuk.
Dia mengambil meja yang telah dipesankan sebelumnya. Tempat itu masih kosong, itu bertanda dia akan menjadi pihak yang menunggu, kondisi menyebalkan seperti apa ini, terkesan dialah orang yang sangat menginginkan pertemuan ini. Padahal, dia adalah orang yang akan dengan bangganya menolak jika bukan karena ibunya.
Pintu cafe terbuka, terlihat seorang gadis ramping dan cantik bak bidadari melangkah masuk. Gadis itu melambai seraya tersenyum amat manis. Chen An hendak melambai balik, namun belum sempat mengangkat tangan, gadis itu telah tiba di hadapannya, bahkan melewatinya.
pffff....memalukan!aku pikir dia melambai padaku!!! Dia memalingkan wajah ke belakang, ternyata gadis barusan melambai pada seorang pria kekar di belakangnya. Untung dia belum melambai, jika tidak, mungkin pria kekar dengan otot besar akan menerbangkan dia kembali ke rumah dengan satu tendangan maut karena dikira menggoda wanitanya.Chen An kembali melirik jam tangannya, ini telah lebih dari 10 menit dia menunggu, namun gadis langit itu belum juga muncul.
"Tuan Chen?" panggil sebuah suara.
Chen An mencari arah suara, " benar, aku Chen An, apa kau nona Wang?"suaranya begitu tenang, ini benar diluar dugaannya, dia sempat berpikir bahwa dia akan gugup jika bertemu dengan pihak lain.
"Iya, aku Wang Du Lan. Maaf membuatmu menunggu" jelas gadis itu tersipu.
Melihat gerak gerik sang gadis, Chen An sadar bahwa Du Lan itu sangat gugup. Mengimbangi sang gadis, dia berinisiatif menawarkan makanan terlebih dahulu.
Tidak lama, makanan telah disajikan.
" Tuan Chen, tipe wanita seperti apa yang kau sukai?"
"..."
Tipe wanita yang disukai?Sepertinya dia belum pernah memikirkan hal seperti itu. Oleh karena itu dia bingung saat dihadapkan dengan pertanyaan jenis ini.
"Apa boleh aku duduk di sini?" sebuah suara tiba - tiba muncul diantara mereka. Kedua 'pasangan kencan buta' itu menoleh ke arah suara.
Chen An hampir jantungan mendapati orang yang kini duduk di sampingnya. Dengan tatapan ia memberi isyarat untuk segera pergi, namun pihak lain mengabaikan.
"Tuan, apa tidak ada tempat duduk lain?" Wang Du Lan memberi senyum hangat.
"Semua tempat duduk telah terisi", perkataan itu memang dijawab untuk gadis Wang, namun pandangan tamu tidak diundang itu terus pada Chen An. Gadis Wang melihat di sekeliling, selain meja mereka dan 2 meja di belakang。semua itu kosong, bagaimana itu terisi?
Jika pandangan bisa membunuhmu, maka Chen An akan segera menjadi almarhum. Dia hanya terus membuang muka, berpura - pura sibuk.
"Tapi tuan, kami sedang kencan buta di sini..."
"Kencan buta"Zhan Liang mengulangi perkataan gadis Wang , "Apa nona yakin ingin mengenal tuan Chen lebih dalam?" nada itu benar - benar tidak menunjukan apapun, sama datarnya dengan wajah pemilik suara.
Chen An belum berani bersuara,dia sekali lagi mengusir Zhan Liang dengan tatapannya. "Maksud tuan?" lanjut gadis Wang penasaran. Ternyata tamu tak diundang sepertinya cukup mengenal teman kencan tersebut.
"Tuan Chen adalah kekasihku"
Mata Chen An seketika membulat, dagunya menyentuh tanah. Lelucon seperti apa ini?"I...ini tidak seperti yang dikatakan olehnya!A...aku bi...bisa menjelaskannya!" Chen An mulai panik, memandangi Zhan Liang dan nona Wang secara bergantian.
Zhan Liang berdiri,berjalan pelan meninggalkan keduanya.
Nona Wang berdiri, menepuk meja dengan kesalnya. Di tengah cuaca terikpun Chen An masih bisa merasakan guyuran 'hujan' yang turun membasahi dirinya. Nona Wang menghilang di balik pintu cafe.
"Tuan, seorang tuan memintaku untuk menyerahkan sapu tangan ini untuk anda" seorang pelayan cafe tiba - tiba berbicara padanya.
Chen An meraih sapu tangan tersebut dengan kesal, "Apa masih ada yang lain?!" lanjutnya saat sadar pelayan tersebut belum pergi.
"Tuan pemilik sapu tangan juga telah membayar tagihan makanan Anda."
Kalimat terakhir ini semakin membuat didih amarahnya. Tangannya begitu kuat menggenggam sapu tangan yang Zhan Liang berikan.
***
Dengan muka kusut Chen An kembali ke Double Chen. Dia segera ke sebuah ruangan mengganti setelan jassnya dengan pakaian kasual lainnya.
"Bagaimana kencan butamu?" rayu Chen Mei penuh minat.
"I..." kalimatnya terpotong.
"O... betul, tadi tuan Zhan mencarimu, apa kau bertemu dengannya?", kalimat dari Chen Mei memotong perkataannya.
"Aku bahkan bertemu dengan rohnya!!!"
"Apa yang kau katakan?"
"Dia muncul dengan indahnya dan mengacaukan kencan butaku!"
Deg! jantung Chen Mei seakan berhenti memdengar penjelasan singkat Chen An. Adiknya itu tidak ingin mengatakan apa lagi,kalimat terakhir itu cukup menjelaskan situasi. Chen An pasti telah menyinggung terlalu jauh perasaan Zhan Liang. Jika tidak, mana mungkin seorang direktur perusahaan besar, mengabaikan semua demi 'membantu' seorang Chen An dalam membatalkan kencan butanya.
"Dalam hal ini aku tidak ingin ikut campur!" Chen Mei melambai meninggalkannya.
" Hei! aku belum selesai bicara, dan kau sudah ingin pergi!"
Kali ini, Chen An benar - benar kehilangan kata. Perasaan ingin mencabik - cakik seseorang begitu menguasainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]MY FIRST SPRING [BL]
Teen Fictiongenre : drama, comedy, yaoi, HE 25 chapter sinopsis : Chen An, seorang Baker kaya dengan wajah tampan yang banyak diidolakan gadis - gadis muda, memiliki hidup yang stabil sebelumnya dan hanya karena sebuah kencan buta, segalanya berubah. kesialan d...