Semua pekerjaan di dapur telah selesai, Chen An memeriksa keadaan sejenak. Dia melihat Chen Mei tampak sedang duduk di ruangannya.
Dia menarik napas panjang, bersikap seperti tidak mengetahui apapun yang terjadi.
"Ah Mei, apa yang kau lakukan?Biasanya aku selalu melihatmu berpatroli di toko seperti ulat, tapi hari ini kau seperti batu tenggelam saja!"
"...Aku mengantuk"
"Lalu untuk apa guna begitu banyak tempat tidur di hotel jika tidak digunakan? Tenang, kau bisa memakainya secara gratis" rayunya memasang wajah yang begitu tengil.
Chen Mei tersenyum kecil, "Apa kau bisa memperbaiki mimik wajahmu itu?Kau seperti kepala mafia yang mesum!"
Jika itu akan membuat suasana hati adiknya menjadi baik, maka dia rela melakukannya. Mereka saling menatap penuh kasih untuk sejenak.
Chen Mei tersenyum kecil, "Kami putus".
"Aku tahu"
"Apa maksudmu dengan kau tahu?"
Chen An menyentuh ujung hidungnya, "sebenarnya tadi malam aku dan Zhan zhan bermaksud mencari brengsek itu untuk menanyakan apa yang terjadi. Saat tiba, kami mendengar pertengkaran kalian".
Chen Mei memandang langit, menahan air matanya agar tak mengalir, namun percuma, air matanya masih mengalir begitu saja. Chen An mendekat, menjatuhkan adiknya dalam pelukannya.
"Menangislah" bisiknya membelai kepala adiknya, "pria brengsek itu tidak pantas untuk adikku!"
"Mn" isak Chen Mei.
"Jangan bersedih lagi, masih ada kakakmu yang paling tampan di dunia ini! Jika kau tidak menikah, aku juga tidak akan menikah!"
Chen Mei tertawa dalam isakannya, sesuatu akan selalu menjadi lelucon jika keluar dari mulut Chen An. Sesaat rasa lega memenuhi dadanya, semua beban akhirnya terangkat.
***
Chen An membuka pintu, menjulurkan kepala belum masuk. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, setelah memastikan Zhan Liang di ruang kerjanya, diapun masuk, menutup pintu depan dengan pelan.
Kejadian tadi malam membuatnya tidak enak pada Zhan Liang. Jelas - jelas pria itu ingin membantunya, tetapi dia malah melampiaskan amarahnya pada orang yang membantu.
Dia melakukan segala pekerjaan dengan sepelan mungkin, tidak ingin membiarkan Zhan Liang sadar akan keberadaannya.
Asik mengelap meja dapur, dia mendengar langkah kaki pihak lain, seketika dia panik. Ingin bersembunyi, tetapi tidak bisa, dia membeku di tempat.
Zhan Liang yang melihat tingkah bodohnya menyunggingkan senyum di belakang. Dengan sengaja, Zhan Liang bertingkah seolah tidak melihat apapun. Mengambil segelas air, dia kembali ke ruang kerja.
Meski dia takut dan ingin bersembunyi tetapi dia juga kesal disaat yang sama melihat sikap Zhan Liang yang tidak memperdulikannya.
Hampir pukul 21.00, semua telah dikerjakan. Tetapi Chen An belum juga rela pulang, itu perasaan masih ada sesuatu yang harus dikerjakan.
Dengan gelisah dia terus berjalan bolak balik dari pintu keluar dan pintu ruang kerja Zhan Liang. Ingin pulang, tidak bisa, ingin masuk ke ruang kerja dia takut.
Sesaat hendak mengetuk pintu, Zhan Liang tiba - tiba keluar, kedua mata mereka bertemu.
"Apa ada sesuatu?"
"Aku...aku...aku ingin meminta maaf atas kejadian tadi malam!"
"..."
"Kau boleh melakukan apa saja padaku dan kau boleh menyuruhku apa saja, tapi kau harus memaafkanku!" lanjutnya meyakinkan.
Mendapati tingkah bodoh Chen An, membuat Zhan Liang menjadi gila. Dia meraih kerah jaket Chen An, menghapus jarak antara keduanya. "Kau yakin?" suara serak menggoda itu memenuhi telinga Chen An. Dia membeku, wajahnya panas.
Sebelum bisa merespon dia merasakan bibirnya telah menempel pada bidang yang lembut,dia membuka mata dan mendapati Zhan Liang dengan agresif terus melumat bibirnya memperpanjang ciuman itu.
Zhan Liang menyudahi ciuman itu, dan Chen An masih mematung memproses apa yang baru terjadi. Kedua lututnya terasa lemah, tubuhnya memanas dan jantungnya seperti orang yang baru melakukan 10 kali putaran lari. "Ke...kenapa kau menciumku?" bisiknya gugup.
"Apa aku menciummu?" Zhan Liang bertingkah bodoh,"aku hanya ingin menghukum mulutmu yang sering mengatakan hal bodoh".
"...Benarkah", ada rasa kecewa di hatinya.
Zhan Liang memang bersikap seperti biasa, tetapi jelas dia menang banyak dari Chen An. Sebisa mungkin dia menahan rasa bahagia mendapati reaksi Chen An yang tak terduga. Bukan hanya tidak marah, Chen An bahkan hanya pasrah saat dicium, tidak melakukan sedikit perlawanan. Mungkinkah dia juga menikmatinya?
Memikirkan itu membuat Zhan Liang ingin sekali menekan Chen An ke tempat tidur dan menidurinya segera. Namun ini terlalu awal, dia belum sepenuhnya tahu tentang seksualitas Chen An. Meski saat ini dia tidak menolak, belum tentu dia menyukainya.
"Sudah malam, pulanglah" Zhan Liang mengalihkan topik pembicaraan.
"Mn"
Chen An membuka pintu dan meninggalkan apartemen Zhan Liang.
***
Chen An begitu gelisah, dia tidak bisa tidur. Otaknya terus memutar kejadian di rumah Zhan Liang. Dia mengingat betapa lembutnya bibir Zhan Liang, itu memberikan kenikmatan sendiri saat bibir itu terus melumat bibirnya, dan dia menyukai napas memburu Zhan Liang yang menerpa wajahnya. Suaranya begitu menggoda.
Dia sangat sadar yang terjadi sangat ambigu. Mereka berdua sama - sama seorang pria, lalu mengapa dia merasa begitu gugup saat dicium pihak lain? Alih - alih merasa jijik, dia justru menyukai dan menikmatinya.
Semakin dia berpikir, semakin dia tenggelam dalam pertanyaan besar. Dia harus mencari seseorang yang mungkin bisa di ajak bicara tentang ini. Siapa itu?
Berpikir dan terus berpikir, inti masalah sekarang yaitu dia dan Zhan Liang adalah sesama pria. Dia mendapat ide, Yi Yang adalah pria gay, dia harus bertanya pada sahabatnya itu. Pria itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini.
Mencari nomor telepon Yi Yang,diapun segera menghubunginya.
"Xiao An, apa kau tahu jam berapa ini!" suara kesal terdengar dari sebrang telpon.
"Maafkan aku, ini jam 02.00. Aku akan berbicara lagi padamu besok siang"
"Baiklah, besok saat istirahat siang aku akan mencarimu ke Double Chen"
"Mn"
Sambungan terputus, Chen An masih saja gelisah. Ini sudah pukul 02.00 pagi, tetapi dia belum juga bisa tidur, apa yang harus dilakukan!
Dia membuka galeri foto pada handphonenya, mengklik sebuah foto yang diambil satu hari yang lalu. Pria dalam foto duduk bersandar di kursi pengemudi sebuah mobil putih. Dia mengenakan kemeja putih kasual, lengan kemeja panjang dilipat hingga sesiku. Rambutnya yang rapi dibiarkan tergerai tanpa polesan minyak rambut,begitu lembut. Dan kedua mata yang menghiasi wajah tampannya, terus memandang ke Double Chen.
Terus memandang pria dalam foto membawa kesejukan dalam hatinya, perlahan diapun jatuh dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]MY FIRST SPRING [BL]
Teen Fictiongenre : drama, comedy, yaoi, HE 25 chapter sinopsis : Chen An, seorang Baker kaya dengan wajah tampan yang banyak diidolakan gadis - gadis muda, memiliki hidup yang stabil sebelumnya dan hanya karena sebuah kencan buta, segalanya berubah. kesialan d...