21

8.8K 607 14
                                    

Malam pergantian tahun akhirnya tiba. Kembang api tiada henti menghiasi langit malam dengan berbagai warna. Langit yang cerah semakin indah terlihat. Dua lelaki berdiri saling memeluk di teras kamar, menyaksikan ribuan kerlap kembang api yang menyala.

"Selamat tahun baru, Xiao An"bisik Zhan Liang yang masih memeluknya dari belakang.

"Selamat tahun baru, Zhan zhan!"

Ini bukan pertama kalinya dia menyambut tahun baru, tetapi ini adalah malam pergantian tahun terindah yang dia miliki, dan berharap begitu seterusnya. Dia ingin selalu menghabiskan sisa harinya mulai sekarang bersama kekasihnya. Suasana begitu indah, terlebih romantis dengan kehadiran orang yang dia cintai.

"Aku akan mengucapkan Selamat tahun baru untuk orangtuaku, Chen Mei, Yi Yang dan teman - teman Double Chen"

"Sampaikan dariku juga"

Chen An mulai mengetik ucapan selamat untuk dikirim pada kedua orangtua, adik, sahabat dan teman - temannya.

"Ayo keluar" ajaknya pada Zhan Liang.

"Kemana?"

"Apa kau tidak ingin mengucapkan selamat tahun baru pada ayah dan ibumu?"

Zhan Liang menyadari hal seperti ini tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tidak pernah terlibat dalam hal konyol seperti ini, dan sekarang Chen An mengajaknya melakukan hal yang selama ini dia anggap konyol.

Setelah saling bertukar ucapan selamat, mereka kembali ke kamar. Waktu tidak awal lagi, mereka perlu tidur.

Meski sudah larut, Chen An belum juga bisa tidur, dia begitu gelisah. Dia memusatkan perhatian pada Zhan Liang yang berbaring menghadapnya dengan mata tertutup. Wajah tidur itu begitu tenang dan lembut.

Matanya menangkap bibir merah milik Zhan Liang, dia menelan ludah, merasakan  panas disekujur tubuh. Tidak dapat membendung nafsunya dia mencium Zhan Liang.

Saat bibir mereka menyatu, Zhan Liang membuka matanya. Chen An yang kaget karena kedapatan mencuri ciuman disaat yang lain sedang tidur ingin mundur, tetapi reaksi Zhan Liang lebih cepat.

Dia menekan Chen An dibawahnya, diapun mulai menyerang bibir Chen An dengan liar.
"um..." suara serak menggoda akhirnya tak teredam, keluar dengan alami.

Zhan Liang melakukannya dengan begitu gila,sambil terus mencium Chen An dia mulai meraba seluruh tubuh kekasihnya. Karena kenikmatan  yang datang dari setiap sentuhan Zhan Liang, membuatnya mabuk dan kehilangan akal sehat, Chen Anpun tidak sadar  bahwa dia hanya mengenakan sehelai celana dalam saja saat ini, seluruh pakaian telah dilepas oleh Zhan Liang.

Zhan Liang melepaskan pakaiannya sendiri, dapat Chen An lihat keindahan tubuhnya. Wajah Chen An seketika memerah, dia begitu tergoda dan bagian tubuh bawahnya sudah tegak.

Menyadari resksinya, Zhan Liang menarik celana dalamnya. "Ah..." erangnya saat Zhan Liang menyambar titik kehidupannya. Tangan Zhan Liangpun mulai bergerak naik turun. Chen An meremas ujung bantal, rasa ini membuatnya gila. Zhan Liang mempercepat kocokannya pada adik kecilnya hingga desahan kenikmatan terdengar,dia cum. Cairan kental itu memenuhi perut Zhan Liang.

"Apa kau suka?" bisik Zhan Liang, terus mencium telinganya.

"Mn..."

Zhan Liang melihat wajah teransangnya begitu menggoda, saat ini dia  seperti  seorang pelacur kecil yang minta ditiduri.

"Apa aku bisa melanjutkannya?"

"...Tapi berjanjilah untuk lembut"

Mengangguk, Zhan Liang tidak ingin lagi membuang waktu. Adik kecilnya sendiri sedari tadi sudah mengencang. Dia meraih sebotol pelumas dalam laci, memencet secukupnya dan memolesinya pada lubang Chen An.

Ini pertama kalinya untuk Chen An, oleh sebab itu Zhan Liang begitu berhati - hati ditengah nafsunya yang sudah tak terbendung. Jari pertama dimasukkan, reflek Chen An mengayunkan pinggangnya merasakan benda asing berada di lubangnya. Merasa bekerja, Zhan Liang kembali memasukkan jari kedua dan ketiga. Tempat itu masih padat dan kecil.

Zhan Liang melepaskan celana dalamnya,pen*s yang sedari  tadi mengencang melompat keluar begitu saja. Chen An mengalami kegilaan melihat batang daging Zhan Liang yang begitu besar. Memikirkan benda sebesar itu berada dalam dirinya, apa dia masih bisa hidup?

"Aaahhh....!!!"

Teriakan kesakitan bergema di seluruh kamar, utung saja kamar Zhan Liang memang dirancang kedap suara karena sifat menyendirinya yang suka ketenangan. Jika tidak Ayah dan ibu Zhan pasti sudah terbangun dan berlari dengan panik kepadanya.

Tubuhnya mengencang, sakit pada lubangnya begitu luar biasa. Zhan Liang yang dijepit tidak bisa bergerak.

"Tenangkan dirimu, Xiao An, bersantailah, aku berjanji akan melakukannya dengan lembut"

Mengalihkan perhatiannya, Zhan Liang mulai mencium bibir, leher dan dadanya secara bergantian. Merasa sudah rileks, Zhan Liang mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan. "A...ah...ah...!" erangannya semakin gila dengan rasa sakit yang melandanya, hingga tubuh bawahnya mati rasa. Zhan Liang mengaitkan kaki Chen An di pinggangnya, melanjutkan goyangannya yang semakin menggila. Rasa sakit perlahan berubah menjadi kenikmatan yang tiada tara.

Chen An terus mengerang kenikmatan, dia menutup wajah dan mulutnya karena malu. Zhan Liang tersenyum dan menyingkirkan kedua tangannya.

"Xiao An, lihat aku!"

Wajahnya semakin merah,dapat terlihat jelas sudut matanya berair, membuat Zhan Liang yang melihat semakin teransang. Ayunan itu semakin kencang menghantam bagian sensitif dalam tubuhnya, menyadari bagian depan Chen An yang mulai berdiri lagi, Zhan Liang kembali mengocoknya dan terus mengebor lubangnya, terus dan terus.

"Ah...!"

"Aaah...!"

Keduanya mencapai klimaks bersamaan. Zhan Liang menjatuhkan diri diatas Chen An. Napas memburu keduanya memenuhi kamar.

"Apa itu nikmat?" bisiknya serak.

"Sangat nikmat, Zhan zhan..."

"Kalau begitu aku akan memberimu kenikmatan yang lebih banyak lagi!"

Zhan Liang mulai menciumnya lagi, mengulang setiap detail yang membawa kenikmatan.

Berbagai posisipun dilakukan oleh kedua pria yang dimabuk cinta itu. Setelah melakukannya lima kali akhirnya Zhan Liang berhenti setelah menyadari Chen An sudah pingsan. Tadinya dia tidak ingin terlalu berlebihan disaat kali pertama mereka tetapi semakin melihat tubuh Chen An dia  menjadi semakin gila dan tidak mampu mengontrol diri. 

Dia menggendong tubuh Chen An ke kamar mandi dan membersihkannya dari cairan sperma mereka yang sudah bercampur. Setelah tubuh mereka bersih, Zhan Liang membaringkan tubuh Chen An di sofa sementara dia mengganti sprei bekas kekacauan dengan yang baru.

Setelah semua bersih, ia memindahkan Chen An ke tempat tidur, pria yang lebih kecil itu hanya mengenakan jubah mandi. Saat Zhan Liang membaringkannya, jubah mandi itu terbuka menampakkan tulang selangkanya yang halus dan putih. Apel adam Zhan Liang naik turun, dia kembali menjadi gila. Bagaimana bisa kekasihnya begitu menggoda disaat tak sadarkan diripun! Penuh rasa frustasi, dia kembali ke kamar mandi untuk mengurus adik kecilnya yang sudah terbangun lagi.

Lagi pula, ini sudah pagi, Chen An perlu tidur dan istirahat, dia tidak ingin menggarap pihak lain disaat sudah tidak berdaya. Meletakkan kepala Chen An di lengannya, dia memberi kecupan selamat malam pada bibir bengkak itu. Diapun mematikan lampu kamar dan jatuh tertidur.

[END]MY FIRST SPRING [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang