4

14K 825 32
                                    

Sinar matahari keemesan bersinar begitu lembut, menerobos masuk melalui jendela kamar. Tampak  seorang pemuda masih berbaring dengan malasnya dengan handphone di tangan.

Sesekali dia akan merenung, sesekali raut kebingungan juga akan menghiasi wajahnya.
Pintu terbuka, seorang wanita kurus berbalut dress sederhana melangkah masuk dengan anggunnya. "apa tanganmu masih sakit, nak?"seraya meletakkan nampan berisi segelas susu dan roti di meja samping tempat tidur.

Chen An meletakkan kembali handphonenya di nakas," oh... ibu, itu tidak sakit lagi", dia memberikan senyum termanisnya.

"Baguslah, adikmu melarangmu bekerja hari ini, apa yang ingin kau lakukan? di rumah atau ingin menemani ibu belanja?"

"Bocah itu keterlaluan, aku bukannya gadis kecil yang akan menangis karena jari yang teriris pisau, tapi dia malah melarangku bekerja!" bisiknya lirih,ada rasa asam dalam hatinya, "aku akan tetap di rumah, bu"

"Kalau begitu ibu akan keluar, ingat habiskan sarapanmu."

"Mn"

Ini baru jam 07.00, dan perlu 15 jam lagi untuk tiba pada jam tidurku!apa yang harus aku lakukan?!! Mendatangi Yi Yang, tetapi kambing tua itu pasti  sibuk.

Dia berdiri, lalu menjatuhkan tubuhnya kembali, "ah..........!".
Tak lama, sudut matanya menangkap sesuatu di atas meja kerjanya. Dia bangun dan membuka paperbag itu. Senyum tegilpun muncul di wajahnya, akhirnya dia tahu apa yang harus dilakukan hari ini.

Rumah besar itu terasa sepi di siang hari, tidak seperti pagi dan malam hari. Biasanya di siang hari, mereka semua sibuk dengan pekerjaan masing - masing. Ayahnya berada di hotel, dia dan Chen Mei akan berada di Double Chen, hanya tinggal ibunya dan seorang pengurus rumah yang akan tetap di rumah. Namun siang ini berbeda, hanya Chen An sendiri yang ada di rumah, ibu dan pengurus rumah sedang berbelanja keperluan rumah tangga yang sudah habis.

Keluar dari kamarnya, dia menjinjing paperbag  menuju belakang rumah, tempat biasa pengurus rumah mencuci pakaian.
Setiba di sana, dia sempat terdiam di tempat. Selain beberapa baskom dan detergen, tidak ada perlengkapan lain, seperti mesin cuci. Akhirnya dia menyadari sesuatu, ibunya memang tidak mengizinkan mencuci baju dengan mesin, maka tidak heran mesin yang dia cari tidak ada. Ck...jika tahu seperti ini, maka dia tidak akan mengambil inisiatif untuk mencucikan pihak lain. Ingin mundur sekarang, dia sudah terlanjur berjanji, pada kenyataannya, dengan pahit, dia tetap harus mencuci dengan kedua tangannya.

Dia mulai mengisi air dalam baskom, memasukkan detergen dan terakhir dia memasukkan setelan jass itu. Menunggu sebentar, diapun mulai menyikat sekuat tenaga sambil menggerutu, mencaci maki pemilik jass.

Aku terus mengutuknya, biarkan saja dia terus bersin seperti bebek asma, hehehe...

Di sisi Zhan Liang, pria pendiam itu masih duduk tanpa ekspresi menghadap meja kerjanya, jari - jari rampingnya terus mengetuk layar handphone, seperti menunggu sesuatu.

" Direktur Zhan, Anda belum pulang, apa masih ada yang perlu dikerjakan?" akhirnya Luo Nie, asistennya, memberanikan diri bertanya.
Ini sudah diluar jam kerja, tetapi bossnya belum juga menunjukkan tanda - tanda untuk pulang.

"Aku akan pulang"

Zhan Liang adalah pewaris tunggal Group Zhan, oleh karena itu, dari kecil, dia sudah dididik dengan keras. Karena orangtuanya mengutamakan pendidikan, hampir setiap hari kegiatan yang mengisi 28 tahun kehidupannya hanya ada kata 'belajar'. Dia tidak memiliki teman, bahkan jika ada, dia tidak tahu harus berkata apa, dan berbuat apa untuk seorang teman, sebab itu dia tidak memiliki ide untuk hal itu.  Terlebih tumbuh di keluarga bisnis, sulit untuk mencari seorang teman.Tidak heran jika dia tumbuh  menjadi sosok yang sangat pendiam dan kaku.

[END]MY FIRST SPRING [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang