Lee Seokmin dan Hong Jisoo. Dua sahabat yang tak bisa dipisahkan. Bahkan kedua orangtua mereka sekalipun.
Seperti sekarang, keluarga Lee dan Hong berusaha memisahkan keduanya secara paksa. Jisoo harus ke Amerika untuk menjenguk Kakeknya yang sedang sakit. Masuk Rumah Sakit. Seokmin mengerang marah karena sahabatnya telah dirampas. Memberi dua pilihan terakhir. Jisoo cukup tinggal di Korea dan menginap di kediaman keluarga Lee sementara kedua orangtua gadis itu pulang ke Amerika, atau Seokmin harus ikut ke Amerika. Menjenguk Kakek Jisoo. Namun, pilihan itu ditentang kedua orangtua mereka. Jisoo harus ikut ke Amerika karena Kakeknya sendiri yang meminta hendak bertemu dengan sang cucu. Seokmin juga tidak bisa meninggalkan Sekolah. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan dilaksanakan.
Setelah satu minggu lamanya mereka terpisah, akhirnya tibalah hari ini keduanya dapat bertemu kembali. Langsung membuat janji untuk bermain bersama sepulang Seokmin dari Sekolah.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja? Aku baru saja membeli sepeda baru, loh!" pekik Seokmin dengan antusias. Menarik tangan Jisoo agar terus mengikuti langkah kakinya yang tergolong lebar. Jisoo kewalahan menyeimbangi.
"Tapi aku meminta izin mendatangimu untuk minta diajarkan materi selama aku tidak Sekolah, Seok!" tegur Jisoo. Meski tidak setuju, kakinya terus saja mengikuti anak laki-laki berhidung mancung itu. Memang tidak terdapat pilihan lain. Seokmin akan sangat keras kepala jika sudah berkehendak.
"Kamu itu sudah pintar. Tidak belajar pun masih bisa masuk peringkat tiga besar. Percuma saja belajar, buang-buang waktu," ujar Seokmin setengah berteriak.
Ya, memang benar. Itulah alasan kuat kenapa Jisoo masih bisa melenggang nyaman meskipun menjelang ujian, sedangkan Seokmin harus rela terpisah dengan sahabatnya sambil bergulat dengan pelajaran yang super menyebalkan. Jika Seokmin harus bekerja keras untuk menduduki peringkat dua puluh besar, Jisoo bahkan tak perlu belajar pun pasti masih bertengger cantik di peringkat tiga besar.
Jisoo menarik tangan sahabatnya itu kuat-kuat. Membuat Seokmin menghentikan larinya. "Ajaran sesat!" teriak Jisoo. "Justru karena aku ingin bertahan di peringkat bagus jadi harus terus belajar! Lagipula kita akan berkeliling ke mana? Aku dipesani Mama supaya tidak pulang terlalu sore."
Seokmin mengangkat bahunya sekali. "Kita sudah kelas lima. Sebentar lagi kelas enam, lalu akan terus bergulat dengan pelajaran untuk menghadapi ujian kelulusan. Kita harus memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang."
Tiba di rumah Seokmin, tanpa meminta izin terlebih dulu siswa sekolah dasar itu kembali menarik tangan Jisoo agar bergegas menaiki sepedanya. Tak segan Seokmin mengayuh sepeda dengan sangat laju, membuat Jisoo berteriak ketakutan, memeluk perut sahabatnya itu dengan kencang. Seokmin tertawa nyaring. Keasikan mengerjai Jisoo.
Namun tidak lama, laju sepeda itu secara perlahan melamban. Jisoo sempat bingung. Diliriknya keadaan di depan. "Ada apa, Seok?"
"Itu..." ujar Seokmin sambil memajukan bibir. Menunjuk ke arah depan. "Ada anak kucing. Kasihan. Dia sendirian. Induknya di mana?"
"Setop!" pekik Jisoo. Membuat Seokmin mengerem mendadak. Tanpa segan Jisoo turun dari sepeda. Mendatangi anak kucing yang Seokmin maksud. Hanya tinggal beberapa meter dari posisi sepeda berhenti. Sangat dekat dengan jalan. Terlalu berbahaya. Jisoo bicara pada anak kucing itu. "Kenapa kamu di sini? Sendirian saja? Di mana Ibumu?"
Seokmin tertawa mendengar racauan Jisoo. Ikut turun setelah memarkirkan sepedanya di tepi jalan. Mendatangi. "Bagaimana kalau kita adopsi saja?"
Mata Jisoo berbinar. "Adopsi?"
"Kamu mau? Kita bisa jadi orangtua untuk dia," ujar Seokmin. Berjongkok di hadapan Jisoo yang tengah menggendong anak kucing. "Kamu Ibu, aku Ayah."
Jisoo menggeleng kuat. "Kita masih kecil, tidak bisa jadi orangtua."
"Bisa..." Seokmin membantah. Merebut anak kucing itu, lalu berdiri. Mendatangi sepedanya lagi. Jisoo mengikuti di belakang. "Karena masih kecil, kita pura-pura saja. Kucing jadi anaknya. Jika sudah besar baru kita bisa menjadi orangtua sungguhan. Tapi tetap. Kamu Ibu, aku Ayah."
***
tirameashu, 25 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Focal Point (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Koleksi one shoot seoksoo/seokshua fanfiction. Hanya sebagai wadah untuk menampung ide singkat yang muncul di otak. Sesi dibuang sayang. Genre tidak tetap, tergantung ide yang masuk. Juga wadah kedua bagi "Little Things; SEOK...