Private; Kencan atau Berpisah?

801 116 58
                                    

Tiga tahun berada di bangku SMA, perayaan kelulusan adalah hal yang paling dinanti-nantikan setelah ujian kelulusan terlewati. Semua siswa dan siswi bersuka cita menyambutnya. Tanpa sadar dan menyangka bahwa kehidupan di bangku kuliah akan jauh lebih berat dari sebelumnya.

Hari ini ada satu sekolah yang tengah merayakan kelulusan seluruh murid kelas 12 mereka. Salah satu murid di sana bernama Lee Seokmin. Gedung SMA yang biasaya nampak luas itu pun mendadak terasa sempit dan sesak karena terdapat begitu banyak wali dan kerabat siswa-siswi yang berdatangan. Hampir semua orang bersuka cita. Hampir. Tidak semua. Dari ratusan murid yang baru saja dinyatakan lulus, malah terlihat ada yang tidak bahagia.

Lulus, poin terpenting lainnya adalah nilai. Bagaimana nilai Seokmin setelah melewati masa les private-nya bersama Hong Jisoo? Kedua orangtua Seokmin hampir melakukan sujud syukur dibuatnya. Tentu. Tidak ada yang menyangka sama sekali kalau pemuda Lee itu bisa masuk peringkat 10 besar untuk angkatan di sekolahnya tahun ini. Sebuah keajaiban. Ibu Seokmin tersenyum bangga melihat putranya berdiri di atas panggung bersama 9 murid berprestasi lainnya dan menerima penghargaan berupa sertifikat.

Lalu, siapa yang seharusnya juga bersuka cita atas prestasi Seokmin sekarang ini? Hong Jisoo. Tentu saja Jisoo, karena ialah orang yang telah berhasil mengubah seorang Lee Seokmin. Namun sayangnya, tidak hanya memberi dampak positif, namun juga memberi dampak negatif. Menjadi lebih pintar, namun juga menjadi lebih pemurung. Parahnya lagi, hingga detik ini pun, keduanya sama sekali tidak melakukan komunikasi lagi setelah kejadian di restoran tempo hari. Terhitung sudah 2 bulan yang lalu. Setelah ponsel Seokmin rusak, seluruh kontak Jisoo yang ada di dalamnya turut raib.

Sebenarnya, secara diam-diam Jisoo telah berusaha untuk menghubungi Seokmin lagi melalui Ibunya Seokmin. Menanyakan kabar, beralibi khawatir ujian kelulusan Seokmin tidak berjalan lancar.

Usai melakukan foto bersama dengan teman-teman seangkatannya, kini Seokmin tengah berfoto bersama kedua orangtuanya. Senyuman pemuda tanggung itu nampak sedikit lebih redup dari biasanya. Ia pun tidak bisa menampik kedukaan hati. Seokmin begitu mengharapkan kehadiran Jisoo di acara tersebut.

"Ingin makan-makan dulu?" tawar Ibu Seokmin. Langsung diangguki pula oleh Ayahnya Seokmin. Namun, yang ditawari malah menggeleng lesu.

"Aku lelah, ingin pulang saja."

Karena Seokmin yang minta, pasangan Lee itu pun tidak bisa membantah. Memaklumi. Galau di usia remaja adalah hal wajar. Tentu mereka tahu dengan masalah sang putra. Coba diam saja, biar Seokmin selesaikan sendiri masalahnya. Berjalan menuju area parkir mobil dengan segera.

"Seokmin!"

Panggilan itu bergema saat Seokmin membuka pintu mobilnya. Ayah Seokmin yang sudah berada di dalam pun menengok melalui kaca. Ibu Seokmin berhenti sesaat, tersenyum menyambut kedatangan Jisoo. Beliaulah yang sudah memberitahu gadis itu mengenai acara hari ini. Menepuk bahu anaknya pelan. Masuk terlebih dulu. Meminta suaminya agar tidak mengintip.

Seokmin masih membeku di tempatnya berdiri. Enggan menoleh, namun juga enggan pergi. Tentu saja. Suara itu sudah begitu Seokmin rindukan. Senyuman dan mata kucing itu, sudah lama ingin Seokmin lihat kembali.

Melangkah cepat, Jisoo mendatangi Seokmin. Memberikan bunga matahari yang ia bawa begitu Seokmin menoleh. Tersenyum. Menenggelamkan kedua mata kucingnya, seakan tidak pernah terjadi masalah apa-apa diantara mereka. Seokmin mengerang marah dalam hati. "Selamat atas kelulusanmu, Seokmin. Maafkan aku."

Pemuda Lee itu tidak memberikan reaksi apa pun. Bingung antara ingin marah, atau malah memeluk tubuh kecil Jisoo dan mengatakan kalau ia sangat rindu.

"Seokmin-ah..." panggil Jisoo lagi. Pelan. Mengambil kedua tangan Seokmin, lalu memberikan bunganya. "Aku tahu kamu masih marah. Maaf, tapi aku benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun dengan Seungcheol. Sungguh. Aku berani bersumpah."

Seokmin masih diam.

"Tidak apa jika kamu tidak mau memaafkan aku," kata Jisoo lagi, tersenyum tipis. Melepas genggaman tangan mereka. "Aku harap kita bisa bertemu lagi nanti."

Sebelum Jisoo memalingkan badan, Seokmin berhasil menahannya. Memeluk Jisoo dengan erat. Menggumamkan penyesalan karena sudah bersifat kekanakan. Marah tanpa meminta penjelasan terlebih dulu. Memikirkan fakta ini, Seokmin sungguh merasa malu. "Noona, aku sangat merindukanmu."

---

Sudah tidak terhitung berapa kali Seokmin menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Berpakaian rapi, menata rambut sedemikian rupa hingga nampak sangat dewasa dengan poni yang kini terangkat dan menampilkan jidatnya. Lebih maskulin dari biasanya. Bercermin lagi, Seokmin mengukir senyum nakal nan menggoda. Merasa sudah 100 persen siap berkencan dengan guru les kesayangannya. Hong Jisoo.

Seokmin menyebut pertemuan hari ini adalah kencan. Berbeda dengan Jisoo yang malah secara diam-diam menyebutnya perpisahan.

Menonton, berkeliling mall, hingga sekarang keduanya tengah berjalan santai menelusuri festival yang tengah diadakan di pusat kota Seoul. Keduanya nampak sangat bahagia. Seokmin tidak henti-hentinya mengeluarkan lelucon garing, dan disambut Jisoo dengan cekikikan kecil. Setelah seharian penuh mereka menghabiskan waktu bersama, kini sudah waktunya Seokmin untuk mengantar Jisoo pulang.

"Noona," tegur Seokmin. Turut keluar dari mobil. Mengantarkan noona-nya itu hingga ke pekarangan rumah. "Boleh aku mengatakan sesuatu?"

Jisoo mengangguk tanpa ragu. "Katakan saja."

Seokmin meraih kedua tangan Jisoo. Menggenggam erat dan menciumnya sekilas. Aroma mint bisa Seokmin cium dengan jelas di sana. Tersenyum. Membuat Jisoo malu, gugup, namun juga takut secara bersamaan. Atau yang lebih tepatnya, merasa bersalah. "Tanpa aku katakan pun, aku yakin noona sudah tahu. Tapi tetap akan aku katakan karena aku adalah pria. Kata Ayah, pria harus bertindak tegas. Noona, aku mencintaimu. Aku tidak peduli kalau noona tetap menganggap aku bocah, anak-anak, atau apa pun. Akan aku buktikan kalau aku juga bisa berperilaku dewasa. Aku bisa menjadi pria dewasa dan menjaga noona sekuat tenagaku."

Jisoo sedih mendengarnya. Harusnya jangan begini. Ucapan Seokmin hanya akan membuatnya sedih. "Seok... Maaf..."

"M-maksud noona? Aku ditolak?"

Jisoo menggeleng kuat. Membantah. "Bukan ditolak. Tapi aku harus pergi. Maaf tidak memberitahumu sejak awal. Aku akan melanjutkan kuliahku di Amerika. Aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh, Seok. Kamu mengerti, kan?"

Seperti yang Jisoo sebutkan, hari itu benar-benar menjadi sebuah perpisahan. Sebelumnya Jisoo telah memberitahu Seokmin kapan ia akan berangkat, sampai Universitas apa yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu. Namun, Seokmin tidak juga menampakkan dirinya di bandar udara. Padahal, Jisoo benar-benar menantikan kehadiran anak tunggal keluarga Lee itu sebelum mereka benar-benar berpisah.

TBC

tirameashu, 01 November 2019

Focal Point (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang