Private; Tugas

777 126 41
                                    

Mata kucing Jisoo berbuka lebar. Merasa tidak percaya. Menelan ludah. Dipandanginya si murid kelebihan hormon bernama Lee Seokmin dengan tajam. Curiga. "Benar tugasmu yang ini? Apa aku sedang dikerjai?"

Seokmin menggelengkan kepala dengan laju. Membantah tuduhan. "Untuk apa aku mengerjaimu? Tugasku hari ini memang halaman 76. Berarti yang itu, kan? Ada apa?"

"Tidak... Hanya saja..." Jisoo berpikir sejenak. Kenapa tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding? Kembali menuduh Seokmin, ia juga tidak memiliki bukti kuat bahwa ini adalah salah satu cara anak laki-laki itu untuk mengerjainya. Bagaimana kalau Seokmin sudah berkata dengan jujur? Yang ada malah Jisoo yang dipecat oleh Ibunya Seokmin.

Memijit sisi kepalanya yang terasa pusing, Jisoo mulai berpikir keras. Sebagai seorang guru les, mau tidak mau ia harus bersikap profesional. Baiklah... Ini sangat mudah. Lagipula ini juga bukan pertama kalinya. Tentu Jisoo sudah pernah beberapa kali menjelaskan bagaimana alat reproduksi manusia sesuai materi yang ada dalam buku, pada murid-murid sebelumnya. Semuanya berjalan dengan lancar.

"Jisoo?" tegur Seokmin, merasa bingung. Guru lesnya itu belum juga mengeluarkan suara.

Jisoo mengangguk, lalu mengambil alih buku yang Seokmin pegang. "Baiklah... Aku jelaskan dulu, ya? Setelah itu baru kamu kerjakan soal-soal yang ada." Di luar perkiraan, ternyata Seokmin bisa mengikuti pelajarannya dengan sangat baik. Meski sesekali membuat tertawa dengan candaannya. Juga sesekali membuat Jisoo menepuk jidat, saking konyolnya. Hampir satu jam penuh Jisoo berbicara. Menjelaskan beberapa hal yang dianggap penting. Sesuai dengan tugas yang Seokmin dapat dari gurunya di Sekolah hari ini. Merasa semuanya sudah cukup, Jisoo menyodorkan buku Seokmin kembali. Menutup sesi penjelasan. "Kamu sudah mengerti, kan? Apa masih ada yang ingin ditanyakan?"

Mengangkat alis, Seokmin menelengkan kepala. Memandangi buku materi dan juga Jisoo secara bergantian. Nampak jelas sedang kebingungan.

"Bagian mana yang kamu kurang paham?" tanya Jisoo lagi.

"Semuanya... Aku belum mengerti semuanya," Seokmin mengeluh. "Jisoo, aku tidak mengerti jika hanya dijelaskan melalui ucapan atau tulisan."

"M-maksudmu?" Firasat Jisoo kembali tidak baik.

"Ayo kita praktekkan! Dengan begitu, aku akan terus mengingatnya sampai ujian nanti. Bahkan selamanya!"

Jangan pernah bertanya bagaimana nasib Seokmin setelahnya. Kalau Jisoo lupa bahwa di dalam rumah itu terdapat banyak CCTV, mungkin ia sudah mencakar wajah Seokmin dengan beringas. Tidak pernah memberi ampun. Di dalam kamar Seokmin memang tidak terdapat CCTV, akan tetapi, begitu Jisoo keluar dari sana, pasti akan langsung terekam dengan jelas wajahnya. Tidak... Itu tidak boleh terjadi. Jisoo masih memiliki masa depan yang bagus. Ada begitu banyak cita-cita dan harapan yang harus ia gapai di kehidupan mendatang. Karenanya, Jisoo hanya memberi Seokmin sebuah hukuman.

"Jisoo?"

"Aku lebih tua darimu, Lee Seokmin! Setidaknya panggil aku noona!"

Seokmin merengut. Menggelengkan kepala. Melakukan pemberontakan. "Kita akan menikah nanti, tidak romantis jika hanya memanggil noona."

Jisoo mendecak sebal. "Daripada kamu merayuku terus, lebih baik kerjakan semua tugasmu."

"Tapi aku tidak mengerti sama sekali!"

"Oh astaga!" Jisoo kehabisan stok kesabaran dibuat. "Bukankah aku sudah bilang, kerjakan sebisamu dulu. Kalau aku terus mendapingimu mengerjakan tugas, aku tidak akan pernah tahu kemampuanmu sebatas mana."

"Tapi satu soal pun aku tidak mengerti!" suara Seokmin mulai mengeras.

"Oh, oke. Kalau begitu, aku punya dua pilihan. Kamu kerjakan tugas itu semampumu dulu, atau aku tunjukan ini pada Ibumu?" Jisoo mengangkat sebuah majalah dewasa dengan sampul wanita berbikini. Baru saja ia temukan di laci meja belajar Seokmin.

"Ya! Kamu dapatkan majalah itu dari mana?" Dengan cepat Seokmin berusaha merebut majalah itu, namun tidak kalah cepat pula Jisoo menghindar.

"Bagaimana? Kamu mau mengerjakan tugas itu atau tidak?" tantang Jisoo. Penuh kemenangan.

'"Iya, iya... Aku kerjakan sekarang. Tapi begitu aku selesai mengerjakan semuanya, majalah itu harus dikembalikan ke asalnya!"

Jisoo tersenyum puas melihat Seokmin mengacak rambutnya sendiri, frustrasi akibat banyak soal yang ada di hadapannya. Secara iseng Jisoo membuka beberapa halaman majalah dewasa itu. Gadis di sana memang cantik-cantik. Tubuhnya juga sempurna. Jisoo jadi iri melihatnya. "Untuk apa kamu menyimpan majalah seperti ini? Kamu itu masih sekolah, sebentar lagi ujian. Lebih baik kamu belajar dulu. Dan lagi, kamu itu anak orang kaya. Tinggal mengedipkan mata, gadis-gadis pasti mendatangimu."

"Kehidupanku tidak sesempurna yang kamu lihat," bantah Seokmin. "Aku orang yang pemilih. Harusnya kamu bersyukur sudah aku sukai sejak pandangan pertama. Lagipula majalah itu hanya kedok. Aku menyimpan foto gadis impianku di dalam sana."

Sontak Jisoo mengangkat kepalanya, menatap lurus ke arah Seokmin. Keningnya mengerut penasaran. "Gadis impianmu?"

Seokmin mencondongkan badannya ke depan. Berbisik. "Fotomu baru saja aku print tadi malam, kusembunyikan dalam majalah itu."

TBC

tirameashu, 20 September 2019

Focal Point (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang