Private; Idiot

1.1K 122 65
                                    

Rumah itu bak istana. Begitu luas hingga memerlukan beberapa asisten rumah tangga sekaligus untuk mengurusnya. Jisoo memutar pandangan ke segala arah. Menelisik bagian per bagian rumah yang menurutnya cukup menyeramkan. Menyeramkan karena memiliki ukuran yang terlalu besar namun hanya ditinggali oleh tiga orang dengan beberapa asisten.

Tuan Lee dan Nyonya Lee memang memiliki nama yang baik di Korea, berkat bisnis keduanya yang terbilang sukses. Itulah sebabnya kenapa Jisoo begitu antusias saat mendapati lowongan kerja untuk menjadi guru les putra tunggal mereka. Keduanya pun sudah beberapa kali menghiasi majalah bisnis ternama berkat kesuksesan itu. Akan tetapi, belum ada satu majalah pun yang membahas siapa anak mereka.

Nyonya Lee menyebut anaknya sendiri dengan sebutan idiot. Jisoo jadi penasaran, apakah idiot yang dimaksud adalah idiot yang sebenarnya atau hanya sebagai kiasan?

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Nyonya Lee kembali mendatangi Jisoo yang sedari tadi hanya bisa duduk di ruang tengah. Memberikan dokumen-dokumen penting anaknya, Lee Seokmin. Menunjukan betapa idiotnya si putra tunggalnya itu pada Jisoo.

"Sebenarnya aku malu untuk menunjukan nilai-nilai ujiannya saat SMP dulu. Ah, aku tidak menyangka kalau aku akan memiliki putra yang 100 persen mewarisi gen Ayahnya," keluh Nyonya Lee. Wajah tersenyum masam. Tidak berbohong saat mengakui bahwa dirinya malu.

"Gen ayahnya?"

Nyonya Lee mengangguki. Senyum masam semakin jelas terlihat. "Sama seperti Seokmin, Ayahnya juga tidak kalah idiot. Kamu tahu? Orang Korea menganggap dia seorang genius karena bisnis yang dijalankannya berhasil. Tapi sifat idiot itu sering kali kambuh begitu saja. Tidak kenal tempat. Mereka sama persis. Dari nilai rapor, idiot. Dari kelakuan, sangat idiot!"

"Idiot seperti apa?" tanya Jisoo, semakin penasaran.

"Kalau kamu sudah bertemu dengan Seokmin, maka secara otomatis kamu juga akan tahu bagaimana sifat Ayahnya. Mereka berdua seperti hasil copy-paste."

"Aku pulanggg!"

Teriakan melengking itu menggema ke seluruh ruangan.

Dengan cepat Nyonya mengalihkan pandangannya lagi pada Jisoo. "Itu, si idiot sudah datang."

Mendengar ucapan Nyonya Lee malah membuat Jisoo gugup. Ia mulai khawatir kalau-kalau akan turut gagal mengajari Seokmin dan berakhir sama dengan 7 orang guru les sebelumnya. Ya, Jisoo adalah guru les ke-8 Seokmin. Berkat keidiotan seorang Lee Seokmin, ke-7 guru les tersebut tidak ada yang bertahan lebih dari satu minggu. Apakah Jisoo bisa memecah rekor?

"Seokmin, duduk dulu sini," tegur Nyonya Lee.

Seokmin menurut dengan reaksi kebingungan. Mengambil posisi duduk tepat berseberang dengan sang Ibu dan juga Jisoo. Melirik ke Jisoo, Seokmin melebarkan mata serta memajukan bibir. Terkejut. "Ada apa?"

"Ini Hong Jisoo, mulai hari ini, dia yang akan menjadi guru les private-mu."

Seokmin menaikan alisnya, lalu melihat ke arah Jisoo lagi. Perlahan senyumnya mengembang. Membuat Jisoo merinding.

Ponsel Ibu Seokmin berdering. "Jisoo, kamu berkenalan saja dulu dengan Seokmin, besok baru mulai belajar. Aku mengangkat telepon dulu."

Jisoo mengangguk. Membalas pandangan Seokmin yang sedari tadi terpaku padanya. Nampak tidak berkedip. Firasat Jisoo mulai tidak baik. "S-seokmin?"

"Eh?" Seokmin mengeluarkan gelak tawanya. Menampilkan jejeran gigi yang rapi. Tersenyum kikuk. Menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Kenapa tiba-tiba ia merasa canggung dan gugup? "Astaga... Aku masih tidak percaya. Ternyata Ibu tahu betul dengan seleraku. Yakin ingin menjadi guru lesku? Daripada menjadi guru les, bagaimana jika menjadi pacarku saja?"

---

Hari ini, hari pertama Jisoo menjadi guru les seorang anak laki-laki berlebih hormon bernama Lee Seokmin. Jisoo memang sudah beberapa kali mengajar murid SMA. Akan tetapi, karena mulai hari ini murid yang ia ajari adalah Seokmin, entah kenapa Jisoo jadi khawatir. Berkat ocehan Seokmin kemarin mengenai "menjadi pacarku saja", Jisoo jadi memiliki firasat buruk mengenai nasibnya beberapa bulan ke depan.

Begitu Jisoo tiba di depan pintu kamar Seokmin, dengan cepat pemuda bertubuh bongsor itu menarik Jisoo untuk masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kamar. Membuat Jisoo panik.

"Kenapa pintunya dikunci?"

Seokmin menyengir lebar. Berusaha menenangkan. "Tenang, aku bukan murid yang kurang ajar, kok! Aku hanya butuh ketenangan jika sedang belajar."

Baiklah... Itu adalah alasan yang masuk akal. Jisoo ampuni kali ini. Mengangguk, gadis itu mengikuti Seokmin yang berjalan menuju meja belajarnya. Meja belajar yang berbentuk bundar dengan dua buah kursi di dekatnya. Jisoo tertawa dalam hati. Meja belajar itu seperti meja milik seorang murid TK. "Apa guru hari ini memberikanmu tugas?"

"Ada, tapi..."

"Tapi?" alis Jisoo terangkat naik. Lagi-lagi firasat buruknya muncul.

"Daripada kita membahas tugas, lebih baik kita bahas masa depan kita. Setelah kita menikah, kamu mau tinggal di mana? Ingin produksi anak berapa banyak? Jangan hanya satu, aku merasakannya menjadi anak tunggal. Tidak enak. Sepi. Ayah dan Ibu kerja, aku tidak punya teman di rumah."

Jisoo menghela napas. Baru beberapa menit ia bertemu dengan Seokmin, keinginan untuk meninju wajah idiot itu sudah memuncak tinggi. Sabar, sabar... Demi gaji besar, aku harus sabar, Jisoo mensugesti diri sendiri. "Aku berada di sini dibayar Ibumu untuk mengajarimu, bukan untuk dirayu olehmu."

"Wow! Ternyata calonku galak, ya? jadi gemas!"

Napas Jisoo tertahan. Tidak kuat lagi. "Begini saja, kita kerjakan dulu tugasmu sampai selesai, setelah itu barulah kamu boleh merayuku. Bagaimana?"

"Itu kurang," Seokmin coba menawar. "Aku punya tawaran yang lebih bagus. Jika tugasku selesai, kamu harus memberikanku dua ciuman. Hanya di pipi, tidak lebih. Bagaimana?"

Ingatkan Jisoo untuk mencakar wajah mesum Seokmin jika nanti lelaki itu bukan lagi berstatus sebagai muridnya.

TBC

tirameashu, 13 September 2019

---
Masih ada yang ingat sama private series di LTS? aku publis ulang di sini dengan versi GS, ya! ^^

Focal Point (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang