They're Bound

1.2K 167 16
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, vote sama komen ya sayang💜

Instagram: @windyvee

🇰🇷🇰🇷🇰🇷

Verona sedikit terkejut dengan sikap Agust D yang tiba-tiba ini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dia juga bahagia mendapatkan pelukan. Sehingga, saat Verona merasakan ujuang kepalanya sudah tertumpu sebuah dagu milik Agust D, di sana gadis itu mulai melingkarkan tangannya ke pinggang milik sang lelaki.

Verona menenggelamkan kepalanya ke dada Agust D, dia memejam sejenak menikmati posisi menghangatkan ini. Agust D mengelus punggung Verona, terus mendekap gadis itu meskipun orang-orang sibuk melihat adegan mereka.

Agust D mengembuskan napasnya di atas kepala Verona, matanya masih terpejam, tangannya masih mengusap punggung Verona. Satu tangan dia gunakan itu mendekap Verona lebih dalam, sesekali satu tangan itu juga mengusap kepala Verona.

"Agust D, kau kenapa?" Verona menengadah, mengubah fokusnya untuk menatap wajah penuh perban milik Agust D.

Agust D menggeleng pelan, tersenyum tipis, membuat darah dalam tubuh Verona berdesir dengan hebat. Senyuman Agust D adalah salah satu hal langkah dalam hidupnya, Verona bahagia bisa membuat Agust D tersenyum.

Selang beberapa menit, Agust D merasa sudah cukup untuk berpelukan, dia akhirnya meregangkan pelukan itu dan menatap Verona sembari memegang kedua bahunya.

"Kau dari mana saja?" Agust D membentak. Meskipun dia membentak, tetapi tatapan matanya tidak seseram Agust D yang sebelum-belumnya. Tatapannya mengatakan dia sangat khawatir, dan tatapannya bisa menghangat saat Verona membalas manik cokelatnya.

Verona menggigit bibir bawahnya tipis, menatap Agust D meskipun harus mendongak. "Maafkan aku," lirih Verona kemudian tersenyum.

"Sudah kubilang kau harus menunggu, kenapa kau pergi?!" gerutu Agust D pada Verona.

"Salah sendiri kenapa kau lama sekali. Aku sampai bosan menunggumu di sana," balas Verona mendengus sebal. Dia bersungut-sungut sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.

Agust D mendecak, dia menunduk sejenak, kemudian dia mengangkat kepalanya lagi. "Maafkan aku,' lirih Agust D pelan, menampilkan senyuman sejenak, kemudian menunduk lagi.

Verona lantas langsung menatap Agust D. Verona terpaku pada wajah yang begitu dia sukai ini. Tetapi, dahi Verona berkerut saat dia melihat balutan perban yang melingkar di kepala Agust D. Ditambah lagi tangan Agust D yang dibebat gips.

Verona menjauhkan dirinya, menatap Agust D dari atas sampai bawah. "Agust D, apa yang terjadi pada dirimu?" Verona mendekat lagi, memegang gips di tangan Agust D kemudian merenung lama.

Agust D menggeleng. "Tidak apa-apa," elaknya sembari terus menatap Verona dengan tatapan yang berbeda.

Verona menengadah, terdiam sejenak. "Jelas sekali ada sesuatu yang terjadi padamu," ucap Verona khawatir, nada suaranya mendadak tinggi.

Mendengar hal itu, Agust D sukses terdiam. Dia tengah berpikir, bukan pasal cara menjelaskan kejadian yang dia alami kepada Verona, tetapi pasal gadis ini yang khawatir padanya.

Agust D tersenyum lagi, matanya selalu tertuju pada setiap lekuk wajah Verona. "Percayalah, aku tidak apa-apa."

Verona mengembungkan pipinya. "Baiklah," dengus gadis itu sembari membuang muka, menandakan dia marah karena Agust D berbohong padanya.

"Hei," panggil Agust D lirih, memajukan wajahnya supaya dilihat oleh Verona.

Verona semakin membuang mukanya, membalik tubuhnya untuk membelakangi Agust D. "Jangan bicara padaku kalau kau tidak jujur," gerutu Verona semakin memajukan bibirnya karena sebal.

The Death Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang