Ciee update ciee. Maaf ya agak lama, soalnya aku banyak kesibukan di sekolah, tugas banyak banget ditambah lagi sekarang aku udah kelas tiga SMA. Huh.
Btw, aku udah nulis cerita ini sampai tamat loh. Hm. Jangan kaget sama endingnya, aku juga kaget pas ngetiknya wkwkw.
Nggak bangsat kok, eh iya kayaknya. Eh, nggak tau deh wkwkwk. Kalian baca aja sampai tamat ya sayang unch 💜
Untuk semuanya, i purple you gaes💜💜💜
Enjoy.
🇰🇷🇰🇷🇰🇷
Agust D meregangkan pelukan mereka, namun tangannya masih ada di bahu Verona, tak lama kemudian tangan itu beranjak ke pipi Verona. Agust D menangkup pipi Verona kemudian mengusapnya penuh kelembutan. Agust D berjanji jika tangannya sudah sembuh, dia akan mengusap kedua belah pipi Verona.
"Maafkan aku," sorot mata Agust D menandakan penyesalan yang amat dalam, rekaman setiap kata-katanya untuk mengusir Verona tadi siang kembali terputar, terngiang-ngiang di telinga.
Verona mengulas senyum tipis, namun tak dapat disembunyikan raut bahagia di wajahnya, pipi gadis itu memerah, anak rambutnya berterbangan. Verona mengangguk pelan, memegang dan mengusap tangan Agust D yang menempel di pipinya, sangat nyaman dan hangat.
Suara deburan ombak menjadi saksi bisu Verona dan Agust D. Sedetik setelahnya, Agust D tak sengaja menurunkan pandangannya, dan dia langsung disambut oleh kancing baju Verona yang terbuka, tak ayal jika mata Agust D langsung membesar.
Agust D meneguk ludahnya kasar, dia langsung mengubah fokus tatapanya pada bulan malam yang terang. Detak jantung Agust D kembali tak beraturan, tidak ingin berlama-lama berada di posisi gugup seperti ini, akhirnya Agust D menemukan sebuah ide.
Agust D mendesah perlahan, dia melepaskan tangannya yang ada di pipi sang gadis. Verona terpaku sejenak, raut kebingungan dia tampilkan. Agust D dengan wajah kembali datar mulai membuka hoodie-nya, kemudian dia sampirkan ke bahu Verona.
Verona terpaku sejenak, menatap pemberian Agust D dengan wajah lugu. Lalu, gadis itu tersentak sontak menutup dadanya menggunakan kedua tangan, Verona mulai mengancingkan buah bajunya kembali setelah berbalik membelakangi Agust D.
Agust D dapat melihat Verona memukul dahinya pelan, membuat lelaki itu terkekeh kecil. Sembari menunggu Verona menyelesaikan kegiatannya, Agust D kembali menatap ke depan, pantai indah yang hampir saja memberikan semua penyelasan jika Verona benar-benar pergi
Agust D menutup matanya ketika angin pantai menerpa kulit wajahnya, dia memilih untuk duduk di atas pasir sembari terus menatap ke depan.
Tak lama kemudian, Verona ikut duduk di samping Agust D, gadis itu duduk bersila di pasir pantai. Sedangkan Agust D duduk sambil memangku lutut dengan tatapan tidak beranjak dari ujung pantai.
"Jadi kau anak dari para duyung?"
Tiba-tiba saja Agust D bertanya, membuat Verona langsung menoleh padanya. "Kau benar," Verona mengangguk-ngangguk sembari mengulas senyum tipis.
"Lelaki yang dijodohkan denganmu, kenapa kau menolak lelaki itu?" tanya Agust D lagi, tidak sedikitpun menoleh pada Verona.
"Aku tidak suka dengan cara itu." Verona mengembuskan napasnya berat, tatapan gadis itu mendadak suram.
Agust D mengangguk, dia mengerti keadaannya.
"Alasan pertama aku menolak tentu saja karena aku tidak mencintainya. Alasan kedua sangat klasik, dia kasar, tidak adil, tidak beribawa, dia pemarah, dingin dan banyak lagi." Lanjut Verona, membuang tatapannya ke bibir pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Time
FanficGenre: Action, romance, fantasy Penulis takdir di Korea Selatan, Agust D. Ia bersumpah bahwa ia tidak akan jatuh cinta pada siapa pun. Namun siapa sangka, ia terjebak dalam sumpah gilanya sendiri, karena Agust D mulai jatuh cinta. Agust D tidak pern...