Desire

1.5K 219 11
                                    

Jangan lupa taburkan bintang dan komen kalian setiap membaca. Hal itu bisa menambah semangat author untuk berkarya, terima kasih :))

Instagram: @windyvee

🇰🇷🇰🇷🇰🇷

Agust D menarik napasnya dalam-dalam saat dinginnya cuaca malam semakin menusuk hingga ke tulang, Agust D sesekali menggesekkan kedua telapak tangannya guna menghangatkan diri dari kedinginan, rahangnya terasa sangat ngilu akibat kedinginan.

Belum beranjak untuk pulang, Verona dan Agust D masih terlihat duduk berdua di bangku taman. Satu per satu pengunjung sudah memilih untuk kembali, perubahan cuaca tidak memungkinkan mereka bertahan lebih lama lagi. Tetapi, tidak berpengaruh pada Verona, dia sama seperti Agust D, dia juga tidak memakai pakaian tebal, gaun selututnya memungkinkan jika Verona lebih kedinginan dari Agust D.

Tetapi, gadis itu memang berbeda, di saat Agust D sudah mulai menggosok-gosok tubuhnya guna mengurangi rasa dingin, dia masih sibuk berceloteh tentang bagaimana dia bisa sampai ke tempat ini, mau tak mau Agust D harus mendengarkannya.

"Agust D, aku suka tempat ini, banyak wahana permainan dan juga banyak anak-anak. Tadinya aku sangat takut melihat wahana itu, tetapi saat aku melihat senyuman anak-anak yang mengembang saat menaikinya, ketakutanku mulai berkurang. Aku ingin naik, tapi mereka mengusirku." Verona dengan antusias tinggi menunjuk sebuah wahana anak-anak tidak jauh dari tempat mereka duduk. Agust D mengikuti arah tunjuk Verona, mata lelaki itu menyipit.

Lalu, Agust D menatap Verona, raut wajah gadis itu berubah sendu, mengingat dia sangat antusias ingin memasuki wahana itu, tetapi rasa antusiasnya berkurang saat para penjaga wahana mulai mengusirnya.

Bagaimana tidak? Ini taman permainan khusus anak-anak, wahana yang Verona tunjuk adalah wahana kuda-kuda yang bisa berputar. Tentu saja Verona tidak bisa menaikinya, wahana memiliki bobot dan umur khusus untuk siapa pun yang ingin naik dan bermain.

"Mereka tidak suka saat kau datang," celetuk Agust D tiba-tiba, menaikkan ujung bibirnya menggoda.

"Apa maksudmu?" tanya Verona bingung.

"Mereka tidak suka kau ada di sini," ulang Agust D dengan mantap dan tegas, ucapannya terdengar mencemo'oh.

Verona terdiam cukup lama, dia tampak berpikir. "Ah, Agust D. aku tidak mengerti," rengek Verona sembari memukul lengan Agust D kesal.

Agust D yang mendengarnya mulai mengembuskan napas perlahan, setiap embusan napasnya menimbulkan asap putih samar, sebuah uap yang disebabkan oleh cuaca dingin. Lalu, tanpa aba-aba Agust D mulai berdiri, menatap ke segala arah kemudian berakhir pada Verona.

"Ayo pulang," ajak Agust D lembut, masih menggosokkan telapak tangannya guna menimalisir rasa dingin.

Verona mengangguk, dia sangat bahagia saat Agust D kembali datang untuk menjemputnya. Sungguh, jika Agust D tidak datang, Verona tidak tahu dia akan berakhir di mana, apakah dia akan tetap di tempat penuh keributan ini atau kembali pulang?

Tetapi, raut wajah Verona berubah lagi saat matanya tak sengaja menatap jari-jari Agust D dibaluti darah kering, goresan-goresan kecil terdapat di sana, membuat Verona bergidik ngeri membayangkan betapa perihnya luka itu.

"Agust D. tanganmu kenapa?" dengan kepolosan tingkat akhir, seorang Verona mulai bertanya dengan raut malu-malu.

Lantas Agust D langsung menoleh pada Verona, terpaku pada wajah memerah gadis itu sejenak. Kemudian dia tersadar, matanya refleks menatap luka hampir dia lupakan itu.

"Tidak apa-apa," jawab Agust D singkat.

Verona mengembuskan napas penuh kekecewaan. "Baiklah," lirihnya pelan sembari mengembungkan pipi.

The Death Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang