Hai guys, aku update hehe. Siapa nih yang seneng aku update? Makasih yang udah nungguin unch.
Untuk chapter ini, aku berusaha semaksimal mungkin. Kalau menurut kalian masih nggak greget atau kurang bagus, maafkan aku ya guys, aku masih dalam tahap belajar huhu.
Kita sudah masuk ke konfilk guys, tenang, nggak tegang-tegang amat kok. Haha santai aja.
Yaudah, jangan lupa vote sama komen kalian💜
🇰🇷🇰🇷🇰🇷
Agust D adalah lelaki yang tidak akan mengingkari setiap perkatannya. Jika dia mengatakan sumpah, maka pantang baginya untuk mengingkari. Jika kemarin malam dia mengatakan Verona tidak akan pergi ke sekolah lagi, maka Verona benar-benar tidak akan bersekolah lagi.
Jam Sembilan pagi, hujan lebat menyiram kota, udara dingin memasuki ventilasi apartemen Agust D, rumah terasa sepi. Agust D duduk sendirian dengan kaki bersilang, segelas kopi menemani kesendirian. Otak Agust D pusing memikirkan banyak hal, hari ini dia akan kembali pulang sesuai yang dia katakan kemarin.
Sejak jam 6 pagi, Verona masih memaksa untuk tetap ke sekolah, dia merengek supaya Agust D mengizinkannya pergi. Agust D tidak akan terbawa suasana oleh rayuan memabukkan Verona, sehingga sekarang Verona hanya meringkuk diri di dalam kamar sebagai hukuman.
Jelas Agust D tidak tega dengan itu semua, tetapi ini demi keselamatannya.
Agust D menghela napas panjang kemudian menyandarkan punggung ke sofa, Hobie masih belum mengangkat panggilannya. Sedetik kemudian dia mendengar suara decitan pintu yang terbuka, Agust D mengangkat tubuhnya kembali.
Terlihat Verona keluar dari kamar, Verona masih memakai piyama yang dia pakai kemarin malam, rambutnya agak kusut, wajahnya bengkak, bibirnya mengerucut sebal. "Agust D, aku lapar." Verona langsung mendengus, menghampiri Agust D.
"Ada makanan di kulkas, aku sudah membelinya." Agust D menunjuk kulkas menggunakan dagunya.
Verona mendengus sebal. "Aku tidak mau!"
Agust D mengangkat sebelah alisnya. "Jangan membuat masalah, Verona, makan saja apa yang sudah aku siapkan." Agust D mengalihkan pandangan. "Masih untung aku mau mengisi kulkas kosong itu untukmu!"
"Aku ingin keluar!" Verona menghentakkan kakinya ke lantai, menatap Agust D yang tidak memperdulikannya.
Agust D berdiri, menghampiri Verona. "Sudah kubilang kau tidak boleh ke luar." Agust D kembali mengingatkan, menekankan setiap ucapannya.
"Memangnya kenapa?"
Agust D mengacak rambutnya frustasi. "Verona, tolong mengertilah."
"Aku harus mengerti apa? Kau tidak menjelaskan apa-apa padaku. Saat aku bertanya, kau hanya membentakku. Kau juga membuatku ketinggalan pelajaran hari ini." Verona meninggikan nada suaranya, menatap Agust D dengan berani.
Agust D terdiam cukup lama mendengar ucapan dari Verona. Memang benar, saat dia menyuruh Verona untuk tidak bersekolah lagi, Agust D tidak menjelaskan apa-apa, dia hanya menegaskan bahwa Verona tidak boleh kembali ke sekolah. Tentu saja membuat Verona kesal, dia suka bersekolah, bertemu dengan Zora, Taehyung dan Jimin.
"Verona, kembali ke kamar." Agust D kembali berjalan menuju sofa, mengabaikan kalimat Verona barusan.
Agust D duduk, mengambil gelas kopi lalu meneguknya. Mata Agust D refleks menatap Verona yang belum beranjak. "Verona, aku bilang kembali ke kam—"
"Aku pusing! Aku lapar dan aku ingin makan di luar!"
Prang!
Agust D melempar gelas kopinya asal, pecahannya berserakan di lantai. Mata Agust D menajam beriringan dengan wajah Verona berubah sendu, matanya berkaca-kaca. "Kau pikir aku tidak pusing?! Kau pikir aku tidak lapar?! Kau pikir aku baik-baik saja sekarang?! Jangankan untuk makan, bernapas saja aku sangat sulit sekarang." Agust D membentak sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Time
FanfictionGenre: Action, romance, fantasy Penulis takdir di Korea Selatan, Agust D. Ia bersumpah bahwa ia tidak akan jatuh cinta pada siapa pun. Namun siapa sangka, ia terjebak dalam sumpah gilanya sendiri, karena Agust D mulai jatuh cinta. Agust D tidak pern...