Chapt 31

600 62 7
                                    

Warning: belum diedit


"Jadi Selama ini Eren..."

"Iya, mereka sungguh kejam. Lalu dia tidak kelihatan lagi di sekitar shigansina. Kemudian saat aku sedang banyak tugas untuk melakukan pencarian di Marley, Ara menelpon dan meminta bantuanku."

Nanaba sengaja menjeda kalimatnya, tenggorokannya terasa kering. Sementara 3 orang dewasa sedang memperhatikannya. Setelah menyegarkan tenggorokannya ia lalu menceritakan tentang Eren.

"Aku seperti pernah melihatnya, namun keadaanya sangat berbeda jika dibandingkan dulu. Ia sangat kurus Levi. Jadi saat itu aku masih ragu jika ia adalah Eren yang dulu bersamamu. Dan Eren saat itu terlihat tertarik dengan Ara.

Levi mendengarnya dengan hati yang amat perih. Tega sekali orang-orang terdekatnya memperlakukan Eren seperti binatang. Nanaba kemudian menunduk-murung dan mengambil telapak tangan Levi.

"Aku minta maaf, aku pernah membuat hati Eren sakit. Saat itu aku tersulut emosi sebab Ara tidak peduli dengan diriku." Ucapnya.

"Saat itu Eren telah menjalin hubungan dengan Ara sebagai sepasang kekasih, dan aku tidak menyukainya."

Rachael dan Tara hanya melongo saat Levi melepaskan genggaman Nanaba. Helaan napas menjadi awal pembicaraan Levi. "Tak masalah." Ucapnya singkat, lagi pula Nanaba telah membantunya untuk menemukan Eren.

"Aku akan membantumu."

"Terima Kasih Nanaba, jika tidak ada kau mungkin aku tidak bertemu dengannya."

Dan dua minggu setelah kejadian tengah malam itu, Levi tidak pernah bertemu dengan Eren. Ia menjadi sangat khawatir. Khawatir dengan Eren tentunya. Wajah kesakitan Eren masih membekas di pikirannya dan melihat bagaimana Eren menangis saat melihatnya tentu saja Ia tahu Eren benar-benar merindukannya dan tak menyukai kelakukan Arano.

Ia pun berharap semoga Eren masih tetap mencintainya. Seandainya ia tidak terdampar di pulau terpencil itu mungkin ia hidup bahagia sekarang bersama Eren dan bayi mungilnya.

Angil sepoi meniup surai ravennya dengan aliran sungai yang tenang--membuatnya mencoba untuk merasa rileks. Duduk di atas batang pohon yang rindang dengan kicauan sepasang burung biru membuatnya sedikit lebih tenang. "Hatimu itu sangat berharga Eren, tunggu sebentar dan jaga hatimu dari siapapun. Aku akan datang menemuimu untuk menjalin hidup yang lebih baik." Gumamnya.

Selepas siang yang terik, ia kembali ke tepi sungai dimana halaman belakang Rumah Nanaba berada. Ia membawa Nanaba dan Tara serta dua bilah pisau dan pistol. Tara sedikit terkejut melihatnya sebab ia tidak tahu apa yang akan Levi lakukan dengan benda yang bisa disebut senjata tersebut.

"Tunggu, apa yang akan kita lakukan disini?" Tara semakin kaku ketika Levi memegang pistol tersebut seolah-olah akan menembaknya.

"Berlatih." Ucap Nanaba.

"Kita akan berlatih menggunakan senjata itu, terlebih lagi kau yang hanya pandai menggunakan pistol." Lanjut Nanaba sambil memegang pisau.

"Eh dari mana kau tahu jika aku hanya bisa menggunakan pistol?"

"Rachael."

Tara berdengus kesal sekaligus malu. Kemudian ia diberi pisau oleh Nanaba. "Ayo belajar menggunakan pisau." Katanya. Dan disitu bisa terlihat wajah malas Tara yang sungguh menjengkelkan dimata Nanaba.

Save My Heart [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang