Chapt 5

1.5K 164 1
                                    

Sampai sekarang ini, aku masih tidak tahu asal-usul bayi ini. Levi sering mengatakan, bahwa ia menemukannya di desa yang katanya sudah hancur bekeping-keping di dalam tembok Maria. Alias di luar tembok Rose, yang saat itu aku tempati. Aku berpikir sejenak, bukankah di dalam tembok itu sudah lenyap karena serangan titan? Tapi kenapa bisa ada bayi di situ? Bahkan saat itu, Levi mengatakan bahwa para titan sudah berlari keluar dari tembok Maria karena adanya bayi itu. Sebenarnya ada apa dengan Riren. Seperti ada yang tidak beres.

"Oy Eren, ayo makan!" Seru Mikasa sambil menyodorkan sebuah makanan kepadaku. Aku pun menerimanya, kemudian memakan makanan itu dengan beberapa suapan. Sepertinya, aku harus memikirkannya ketika bersama Levi saja.

Levi? Ngomong-ngomong dimana dia? Saat ini sudah pukul 8 malam. Ah aku makin khawatir padanya.

"Ohiya, apa kalian tau dimana Levi?" Tanyaku pada semua orang yang berada di sekitarku.

"Ahh dia sedang--emmpph." Mikasa menutup mulut Armin. Ada apa dengan Mikasa? Aku pun menghela napas. Kemudian memberi Riren sebuah biskuit kepadanya karena biskuit tersebut cocok dengan kondisi Riren yang tidak mampu mengunyah makanan dengan baik.

Aku tersentak, tiba-tiba Mikasa menarik tanganku. "Ayo ikut aku." Ucapnya. Dengan begitu, aku pun bangkit dan mengikuti Mikasa.

Mikasa membawaku ke belakang rumahnya yang memamerkan pemandangan yang indah sekali. Aliran sungai yang tenang serta bulan yang bercahaya kini berada di depan mataku. "Dia sudah pergi." Ucapnya yang membuatku mengerinyit.

"Dia?" Tanyaku. Mikasa kemudian mengangguk. "Iya Dia, orang yang dari tadi kau cari.... Dia sudah pergi meninggalkanmu." Ujarnya yang sontak membuatku terkejut.

"Pergi maksudmu apa Mikasa?!"

Mikasa menatapku sebal. "Kenapa kau selalu saja peduli dengannya? Dia sudah pergi!!!" Pekiknya. Aku hanya berdehem. Setelah itu aku membuang wajah ke sembarang arah yang penting tidak melihat wajah Mikasa yang menyebalkan itu.

Tiba-tiba, aku melihat sesuatu yang aneh di dekat sungai itu. Karena aku penasaran aku pun melangkahkan kakiku lebih dekat ke sungai itu. Dan sialnya, Mikasa mengikutiku.

Eren's pov end

Eren terus melangkahkan kakinya agar bisa mengetahui sesuatu yang janggal. Dan barulah ia tahu, ternyata ada seorang pria tengah melemparkan batu ke sungai itu. Menyadari-seseorang mendekatinya, pria itu pun menoleh ke arah Eren.

"Le-Levi?!"

"Ya Eren?"

"Ke-kenapa ada disini? Sendirian pula, aku kan sedang mencarimu." Ucap Eren sambil menghampiri Levi lebih dekat.

Levi hanya diam sambil melihat wanita bersurai hitam di belakang Eren. "Ohh, kau sedang di belakang rumah Mikasa. Saat ini aku dan teman-teman sedang makan malam bersama. Apa kau ingin ikut?" Tanya Eren. Wajah Mikasa hanya datar melihat Eren dan juga Levi.

"Tidak, aku akan pulang. Maaf sudah membuatmu repot-repot mencariku." Ujar Levi. Setelah itu ia melangkahkan kaki menjauhi Eren, namun Eren memegang lengan Levi dengan erat sehingga Levi tertahan langkahnya. "Benarkah kau akan pergi? Ngomong-ngomong kau dari mana saja?" Tanya Eren.

'Sial kau gagal Mikasa' batin Mikasa. Ia hanya bisa melihat 2 orang itu dengan perasaan yang amat kesal. Karena itu, ia langsung meninggalkan Eren.

"Eh eh Mikasa?!!"

"Aku ingin ke toilet." Ujar Mikasa bohong.

Eren pun kembali menatap Levi. Dan Levi pun menjawab pertanyaan Eren. "Pergi? Aku tidak akan pergi, dan aku baru saja kabur dari pekerjaan membosankan itu. Sangat menyebalkan, baru hari kedua aku bekerja di sana, malah lembur. Menyebalkan sekali." Jawab Levi.

Eren menyipitkan matanya keheranan. "Kau pasti kelelahan bukan. Ayo kita pulang." Eren menggenggam tangan Levi, namun Levi menepisnya. "Dimana Riren?" Tanyanya.

Eren menunduk dan itu berhasil membuat Levi mengerinyit. "Dimana dia?!" Tanya Levi dengan nada yang cukup mencekang.

Pria brunette itu kaku sejenak. "Hmm Di-dia di rumah Mikasa." Jawabnya pelan tapi itu berhasil membuat Levi menatapnya keji. Didorongnya Eren menjauh darinya.

"Bukankah sudah kubilang, jangan bawa dia kemana-mana?!! Jangan bodoh Eren!"

"A-aku hanya ingin mencari mu bersamanya. Lagipula, dia tidak pernah di bawa jalan-jalan. Apa kau tidak kasihan padanya?"

Levi menghela napasnya sebal. "Justru itu yang menyebabkan nyawanya terancam." Ujarnya. Eren pun bergeming.

"Te-terancam?"

"Hmm! Sekarang bawa dia pulang!" Titah Levi. Kemudian, ia pergi meninggalkan Eren.

Eren pun bergegas pergi menuju rumah Mikasa. Disana, ia melihat Jean menggendong bayi mungilnya. Jean menatap Eren dan diserahkannya bayi itu ke tangan Eren. "Sepertinya dia ingin pulang." Seru Jean. Riren tampak kotor karena bajunya sudah dipenuhi dengan kotoran makanan. "Oh baiklah, sepertinya aku harus membawanya ke kamar mandi dulu." Ujarnya. Tanpa basa-basi lagi, Eren berjalan menuju kamar mandi-ingin membersihkan pakaian Riren. Yah, tentu saja ia tidak ingin melihat Levi yang maniak kebersihan itu mengomel.

"Hei Mikasa, aku akan pulang." Ucap Eren kepada Mikasa yang sedang menyantap makanannya.

"Eh tapi kan kau belum menghabiskan makananmu Eren." Mikasa menyuruh Eren duduk kembali namun Eren menolaknya.

"Aku harus pulang, dia sudah mengantuk." Ujar Eren sambil memperlihatkan kondisi Riren di gendongannya.

Armin pun mengangguk. "Benar juga, sebaiknya bawa dia pulang." Ucap Armin. Kemudian Armin mengusap lembut surai Riren. "Hei nanti kau kemari lagi ya." Ucap Armin lembut.

Mikasa menunduk. "Ya baiklah, hati-hati." Ucap Mikasa.

Eren pun beranjak pergi dari ruang makan, meninggalkan rumah Mikasa secepatnya.

"Hei, bukannya itu Eren ya?"

"Benar itu Eren, tapi bayi yang dia gendong itu siapa?"

"Entahlah."

"Hmm patut dicurigai."

Eren merasa risih dengan obrolan dua orang pria di sekitarnya sehingga ia pun mempercepat langkahnya. Sesampainya di rumah, ia pun disuguhi dengan tatapan Levi yang tajam tersebut. Levi langsung mengambil Riren dari gendongan Eren dan membawanya ke dalam rumah.

Eren baru sadar, ia belum memasak makanan untuk Levi. Karena itu, ia langsung ke dapur tanpa basa-basi.

"Aku akan menanyakan hal itu setelah aku masak saja." Gumamnya.

"Oi Eren." Panggil Levi yang berhasil membuat Eren terkejut. Eren pun menoleh ke Levi yang kini sedang menatapnya tajam.

"Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Levi. Eren hanya bisa berkeringat dan terdiam.

"Aku hanya ingin menca-"

"Kau tidak perlu mencariku bodoh!"

Eren tersentak. "Kau pikir aku ini lemah dan gampang dibunuh? Lagi pula, tidak ada ancaman atau serangan di kota ini bahkan di dunia ini kan? Kenapa kau harus mencariku?" Tambah Levi. Eren pun menunduk dibuatnya.

"Ano... Levi, aku hanya kasihan padanya." Ujar Eren.

Levi menghela napasnya. "Seharusnya kau patuhi perintahku. Dia masih bayi, tentu saja kau tidak boleh membawanya keluar rumah. Apalagi bayi itu belum diketahui asal-usulnya." Jelas Levi yang membuat Eren menatapnya lekat.

"Orang-orang pasti mencurigainya dan itu bisa membahayakan nyawanya."

Eren pun diam membisu. Setelah itu, Levi meninggalkannya.

Save My Heart [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang