Chapt 20

663 86 0
                                    

[A/N]: maaf cuma 600 word, dan gak diedit. Sumpah nanabak sekarang lagi males nulis. Gak ada semangat lagi :(
Maaf upnya tengah malam, karena cuma pake kuota malem wkwk

Mikasa terlihat sangat kaget ketika pria itu menatapnya. Mengetahui hal itu, Eren hanya bisa berdehem kemudian segera berlalu meninggalkan kedua orang yang tadi mematung kini tersentak. "Yah memang seharusnya dia pergi." Ucap pria raven itu.

"Kenapa kau ke sini?" Tanya Mikasa pada pria itu.

Pria itu mengeluarkan senyumnya. "Aku datang ke sini ingin menagih janjimu." Ujarnya. Lalu, ia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya.

Mikasa sangat terkejut ketika pria itu mengeluarkan sebuah benda kecil yang sangat familiar di matanya.

"Err kau?"

"Ya!!! Aku datang untuk ini, kau pikir aku lupa?" Pria itu menatap Mikasa dengan raut yang sendu namun kemudian ia merasa senang.

"Aku senang kau mengingatnya." Lanjutnya. Lalu pria raven tersebut, mendekati Mikasa seraya memberikan benda kecil itu.

"Aku mencintaimu." Ucapnya.

Mikasa membeku, bahkan bibir dan matanya tampak tak hidup, hingga pria raven tersebut menghela napas sejenak. "Ada apa denganmu? Apa kau ingin aku yang memasang cincin ini?"

Mikasa tetap saja diam. Ia tidak menyangka pria yang dulu ia cintai kini  sudah berada di depan matanya, bahkan pria itu masih ingat dengan janjinya bahwa mereka akan menikah jika perang yang mereka jalani sudah selesai.

Tetapi tentu saja ini membuatnya cukup terguncang, karena ia mulai mencintai Eren.

Mikasa sungguh tak tahu apa yang ingin ia ucapkan pada pria yang diketahui bernama Ruzaki.

Ya pria itu merupakan orang oriental seperti Mikasa, namun bedanya Ruzaki bukan berasal dari keluarga ackerman.

Ruzaki sudah mulai jatuh cinta pada Mikasa sejak mereka harus bekerja sama dalam sebuah misi. Awalnya ia hanya kagum dengan kekuatan yang dimiliki Mikasa, tetapi setelah itu rasa kagum tersebut telah membuatnya takut akan kehilangan gadis itu, ia sangat mencintai Mikasa.

"Mikasa?"

"Eh, ya?" Mikasa tersentak dari lamunannya, kemudian ia menatap Ruzaki.

Dengan senyumnya, Ruzaki mulai memainkan cincin itu hingga jari Mikasa sudah dilingkari dengan satu perhiasan yang membuatnya berdegub kencang. Jujur saja, baru kali ini ia memakai cincin.

"Sekarang kau milikku, Mikasa." Seru Ruzaki sambil mendekap gadis itu di dada bidangnya.

Mikasa terkaku, ia mendapatkan kembali pelukkan yang ia rindukan, akan tetapi entah kenapa ia merasa sangat gelisah. Ia sekarang sudah menjadi milik Ruzaki. Dengan begitu, ia tidak bisa mendapatkan Eren. Itulah yang sekarang berada di pikirannya.

---

"Tuan? Apa kau lapar?"

"Tidak juga. Kita bisa beristirahat disini. Jika kau lapar, berbuatlah sesuatu. Aku akan mengurus Riren disini."

"Baiklah."

Levi duduk bersama anaknya yang tertidur. Ia merasa sangat lelah di perjalanan jauhnya. Melihat hal itu, Rachael sangat terpukul. Dengan begitu, ia harus mencari sesuatu agar waktu istirahat mereka sangat berguna.

Rachael mencari tanaman yang bisa mereka makan. Tanpa rasa takut, ia membasmi serangga yang mengganggunya dan kembali fokus pada tujuannya.

Suara ombak menghentikan langkahnya. "Astaga!" Pekiknya.

"Pantai!"

Rachael langsung berlari untuk menemui Levi.

"Tuan, sebentar lagi kita akan sampai ke pantai!" Serunya dengan wajah yang sangat bahagia.

"Benarkah?"

"Benar tuan, saya mendengar suara ombak tak jauh dari sana." Rachael menunjuk arah yang membuatnya mendengar suara ombak.

"Kalau begitu, kita harus kesana sebelum matahari tenggelam."

"Baik tuan."

Dengan langkah yang cepat, mereka bertiga pergi ke arah pantai karena mereka tau hari sudah mulai petang.

---

"Mikasa, apa yang ada di tanganmu? Coba perlihatkan padaku!"

Armin menarik tangan Mikasa secara paksa karena sedari tadi Mikasa selalu menyembunyikannya.

"Wah cincin? Dari siapa?"

"Eh i-itu—"

"Pasti dari pria yang ke rumah tadi bukan." Eren tiba-tiba menebak.

"Heh, siapa Eren?"

Eren menggeleng, "Aku tidak mengenalnya, tapi aku rasa pria itu cukup dekat dengan Mikasa."

"Bahkan aku mendengar percakapan kalian." Tambah Eren.

Mikasa terkejut. "Kau mendengar semuanya?!" Tanyanya.

"Hooh, emangnya kenapa. Sudahlah menikah saja kalian, aku sangat tak sabar menantinya." Ujar Eren.

Seketika hati Mikasa merosot mendengarnya. "Eren!"

"Eh tolong jelaskan kepadaku, aku tidak mengerti sama sekali!"

"Aku akan menceritakan semuanya setelah aku mandi, Armin."

Kemudian Eren bergegas ke kamar mandi.

"Huh, ya sudah kalau begitu, aku harus melihat keadaan kedai."

Mikasa hanya diam, diam karena perkataan Eren.

'Eren, kenapa kau membuat hatiku sakit?'

Save My Heart [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang