Chapt 33

709 62 19
                                    

Pagi buta yang sungguh tidak terlupakan bagi Riren. Pasalnya, anak itu terbangun lebih pagi dari biasanya. Bahkan semua orang masih tertidur pulas. Pelajaran semalam membuatnya benar-benar lelah namun entah mengapa ia terbangun di pukul 3 pagi? Sungguh aneh.

Riren pun dengan langkah ngantuknya berjalan meninggalkan kamarnya menuju kamar mandi. Biasanya ia akan langsung berendam di air hangat sambil memainkan bebek mainannya.

"Shhh ahh Levi-san akuh...."

Riren terdiam menghentikan langkahnya tepat di depan kamar orang tuanya. Suara apa itu tadi? Mengapa mamanya mengeluarkan suara seperti itu? Riren pun memutuskan untuk mendekat ke kamar itu secara perlahan.

"Ahhh kau benar-benar kuat hingga pagi buta seperti ini."

Riren mengerinyitkan keningnya. Ia sungguh tak mengerti dengan ucapan itu. Namun ia masih berusaha mendengar semuanya hingga suara aneh pun kembali terdengar.

"Sssshhhh ahhh akuhh tidak kuath."

Riren terheran-heran beberapa saat sebelum atensinya teralihkan kepada telepon rumah yang berdering. Ia pun berjalan dengan cepat dan meraih telepon itu.

"Hallo? Siapa ini?"

"Ya ampun Riren, kau sudah bangun? Berarti kita sama."

"Wahhh Yuko tumben sekali kau bangun pagi, dan mengapa kau menelponku?"

"Hehe sebenarnya sih tidak apa-apa--em maksudku aku tak tau harus berbuat apa di jam segini."

"Kau ini ada ada saja Yuko. Lebih baik kau belajar saja. Kata Ayahku, belajar pagi buta seperti ini sangat bagus."

Yuko adalah teman Riren yang usianya 2 tahun lebih tua dari Riren. Mereka satu sekolah dan sering belajar bersama. Dan telepon rumah di depan kamarnya itu adalah alat komunikasi mereka walau masih banyak orang yang menggunakan telepon itu.

"Aku sudah belajar. Dan sekarang apa yang kau lakukan?" Tanya Yuko di seberang sana.

"Hmmm tidak apa-apa, hanya saja Mamaku kembali."

"Mama?! Waahh akhirnya. Aku senang mendengarnya."

"Dan sekarang kamar ayah penuh dengan suara Aneh, suara mamaku lebih sering didengar. Padahal mereka tidur berdua baru malam ini."

"ASTAGA KAU MASIH KECIL!!"

Alis Riren tertaut. "Apa?"

"Jika kau mendengar suara aneh itu, Lebih baik kau menjauhi kamar itu. ASTAGA AKU TIDAK MAU PSIKOLOGISMU TERGUNCANG!"

"Hah memangnya kenapa? Aku takut mamaku—"

"Mamamu tidak apa-apa, anggap saja suara aneh itu tidak ada. Pura-pura tidak mendengar suara itu dan tidurlah!"

"Ta-tapi—"

"Sssttt jangan berisik! Cepat pergi ke kamar dan tutupilah tubuhmu dengan selimut!!!"

Tut tut

Hubungan diputus begitu saja oleh Yuko. Dengan begitu Riren pun menjadi ketakutan saat suara aneh itu kembali terdengar. Dengan langkah cepat, ia kembali berlari menuju kamarnya. Lupakan saja soal kamar mandi dan mainan bebeknya, ia lebih percaya dengan ucapan Yuko. Ia pun menutup pintu dengan pelan kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebalnya. Ia meringkuk tampak seperti orang yang sedang ketakutan hingga akhirnya ia kembali terlelap.

Beberapa menit kemudian, ia kembali bangkit dari tidurnya. Hasrat untuk membuang air kecil mendesaknya untuk segera meninggalkan kamar. Namun, ia masih enggan untuk melepaskan diri dari kasurnya. "Astaga, kenapa disaat seperti ini?!" Gumamnya. Matanya mendelik ketika jam masih menunjukan pukul 4 pagi dan keadaan masih seperti sebelumnya.

Save My Heart [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang