5. CEO Cha

4.4K 468 22
                                    

Cuti libur yang Irene rasakan akan segera berakhir. Empat hari libur terasa cepat untuk berlalu begitu saja, membuatnya dengan berat kembali berpisah dengan orangtua dan juga adiknya. Dia harus kembali ke apartemen yang dia tinggali, karena besok pagi sudah harus kembali menjalani kehidupannya untuk bekerja menjadi sekretaris si pria tua Cha, ayah dari temannya sendiri.
Moodnya juga masih belum kembali sejak kejadiannya bersama Taehyung malam itu. Ditambah lagi dengan Jimin yang juga mendadak pergi pagi-pagi saat itu karena ada urusan katanya. Entah, mungkin juga urusan bersama wanita, sama seperti Taehyung. Menyebalkan memang.

Irene memandangi ponselnya sambil berbaring di atas ranjang miliknya. Mengingat kata-kata Taehyung yang katanya akan menghubunginya, namun sampai detik ini pun sama sekali tidak ada nomor baru yang menghubunginya. Kesal sekali pada Taehyung atas apa yang telah pria itu lakukan, tapi entah kenapa dia juga berharap Taehyung akan menghubunginya. Mungkin, setidaknya untuk meluruskan apa yang sudah terjadi, hanya itu saja, tidak lebih.

Irene hendak memejamkan matanya di sama, tapi tepat di saat itu telinganya mendengar suara pintu yang terbuka. Tentu saja dia tahu siapa yang datang, siapa lagi kalau bukan Cha Jimin. Pria yang jelas tahu password apartemennya selain dirinya sendiri, tak ada yang lain lagi. Irene bangun, melangkahkan kakinya keluar kamar untuk menghampiri Jimin di sana.

"Irene, kau sudah pulang?" Jimin tersenyum lebar lalu berlari kecil menghampiri Irene dan memeluk wanita itu dengan cepat.

"Kemana saja? Sudah selesai dengan 'urusan' mu? " tanya Irene dengan penekanan dikata yang ia ucapkan.

"Merindukanku, ya? Sebentar lagi juga selesai. Aku juga merindukanmu." Jimin mengeratkan pelukannya, lalu melepasnya setelah beberapa saat. Tangannya memegang bahu Irene dan menatap wajahnya. Hingga sebuah kecupan diberikan pada bibir Irene, beberapa kali kecupan dan sebuah lumatan di akhir. "Nanti saja dilanjutkan lagi. Ada Taehyung," bisik Jimin.

Mata Irene membulat terkejut, melihat ke arah pintu dan benar saja Taehyung tengah berdiri di dekat pintu. Pria itu tengah melihat ke arahnya bersama Jimin. Entah sejak kapan Taehyung berada di sana sampai dia tidak sadar sama sekali kalau ada orang lain yang memperhatikan mereka.

"Ah halo, selamat sore." Taehyung mengangkat satu tangannya melambai pada Irene dan menunjukan senyum kotaknya. Yang hanya dibalas dengan sekali anggukan dan senyuman kikuk dari Irene.

"Aku sedang mengurus sesuatu dengan Taehyung, dan ada beberapa berkas yang ada di sini untuk aku ambil. Kukira kau belum datang. Ah, duduk saja dulu Tae, bersantai sebentar. " Jimin berjalan dan mendaratkan bokongnya di sofa. Menyandarkan tubuhnya dan diikuti Taehyung yang ikut duduk di kursi yang lainnya.

"Aku ambilkan minum dulu." Irene segera berjalan dengan cepat menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil minuman soda kaleng.

Irene menghela nafasnya, mencoba menenangkan dirinya yang terlihat gugup karena ini cukup mengejutkan untuknya. Sebelum pada akhirnya dia membawakan dua kaleng soda itu pada Jimin dan Taehyung yang sedang duduk di atas sofa apartemennya ini.
"Maaf hanya ada ini." Irene meletakan soda itu di meja. Lalu dia duduk di samping Jimin, sebab Jimin sudah menarik tangannya dan memaksanya duduk di sana.

"Tidak apa-apa, aku suka soda," ucap Taehyung mengambil kaleng soda itu dan membukanya lalu tersenyum.

"Maaf, aku terburu-buru waktu itu, ayahku menelpon untuk urusan bisnis. Jadi tidak bisa menemanimu," ucap Jimin sembari memainkan rambut Irene di sana.

"Tidak apa-apa. Asal jangan karena urusan wanita saja," jawab Irene dengan melirik sekilas pada Taehyung. Oh, tidak! Apa ini terlalu jelas?

"Hei, sudah kubilang tidak ada wanita lain. Makannya ayo langsung menikah saja agar kau percaya." Jimin menggenggam tangan Irene dan mengecupinya, membuat Irene sedikit risih karena ada sepasang mata yang tengah memperhatikan.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang