Seperti rencananya, Irene benar-benar pergi ke sebuah desa kecil yang tak jauh dari Daegu. Sebenarnya dia ingin sekali menemui ibunya, tapi tak mungkin. Mengingat perutnya yang kini terisi oleh seorang bayi yang akan bertumbuh di sana. Tidak ingin membuat ibunya merasa kecewa karena kini Taehyung bahkan belum tentu mau menerima dan mengakui bayinya.
Namun Irene menghubungi adiknya, dia rasa sikap adiknya sudah cukup dewasa untuk mengetahuinya. Dan lagi, Irene juga membutuhkan seseorang untuk menemaninya selama di sana. Tidak ingin sendiri dan membahayakan janinnya.
"Kak, sudah diminum susunya?" Tanya Jinyoung pada kakaknya yang tengah duduk disebuah kursi didepan rumahnya. Membawakan beberapa makanan dan memberikannya pada Irene.
"Sudah. Tapi, bisakah kau berhenti memberikanku makanan? Bisa-bisa aku sakit perut karena kekenyangan."
Berbeda dengan mulutnya yang mengatakan berhenti, justru tangannya malah meraih makanan yang Jinyoung berikan. Memakannya.
Sebenarnya sejak semalam Jinyoung datang kemari, dia tak henti-hentinya memperhatikan Irene. Menyiapkan susu hamil, ataupun memberikan beberapa makanan untuknya. Walaupun saat ditelepon dia sempat memarahi Irene, sampai lupa siapa sebenarnya yang seorang kakak di sana. Tapi semua itu justru berubah ketika dia datang dan malah membawa susu untuk wanita hamil juga makanan yang begitu banyak.
"Kak, boleh aku bertanya?"
Irene menoleh, dengan mulut yang masih mengunyah. "Hm? Bertanya apa?"
"Ayahnya. Kak Jimin atau Kak Taehyung?" Jinyoung pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Setelah sebelumnya ragu karena takut menyinggung perasaan kakaknya.
"Bagaimana kau tahu tentang Taehyung?"
"Jadi dia?" Bukannya menjawab pertanyaan Irene. Jinyoung malah kembali melemparkan tanyanya. Membuat Irene menghentikan aktifitasnya untuk mengunyah makanan.
"Aku tahu dari Kak Jimin. Dia sempat beberapa kali ke rumahku dan selalu bercerita tentangmu. Sampai beberapa minggu yang lalu dia terlihat kacau dan datang ke rumahku. Menceritakan tentang kak Taehyung yang katanya merebutmu darinya."
"Dia memberitahukannya padamu?"
"Ya, jujur saja aku lebih setuju kalau kau bersama dengan Kak Jimin. Tapi sayang sekali dia sudah menikah. Dan lagi, kau hamil sekarang. Apa si Taehyung itu tidak ingin bertanggung jawab? Kenapa kau bisa bertemu dengan pria brengsek sepertinya?"
"Aku bahkan belum mengatakannya. Aku takut dia tak menginginkan ini." Irene memegang perutnya yang memang sudah sedikit membuncit. Menandakan jika memang janin-nya telah bertumbuh di dalam sana.
"Lalu, sekarang dia tak mencarimu? Ah benar, Kak Jimin menanyakanmu. Sepertinya dia sudah tahu tentangmu." Jinyoung menoleh pada kakaknya yang sudah memasang raut wajah terkejut. "Sebentar lagi dia sampai."
"Jinyoung! Kau memberitahunya?" Irene membulatkan matanya. Tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan adik satu-satunya ini.
Belum lama setelah perdebatan akan Jinyoung yang memberitahu Jimin. Tak lama sebuah mobil muncul di depan rumah. Sebuah mobil berwarna hitam yang tak asing untuk keduanya.
Dua orang turun dari mobil tersebut, dengan salah satunya yang sedikit berlari menghampiri Irene yang sudah bangun dari duduknya.
"Irene!"
"Seulgi, Jimin?"
Irene menatap tak percaya pada keduanya. Memeluk Seulgi yang lebih dulu menghampiri dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
Fiksi PenggemarTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...