Vote dan komentar nya yaa jangan lupa 💜
__
Kesibukan memang tidak bisa terlepas dari seseorang. Apalagi, jika menyangkut dengan pekerjaan, tidak ada kata selesai untuk mereka. Karena memang yang ada, hanya tentang satu pekerjaan selesai dan akan ada pekerjaan lain yang menunggu. Hanya saja terjeda oleh waktu luang yang bisa mereka dapatkan ketika selesai dengan satu pekerjaan.
Ya, sama halnya seperti Irene yang bisa bernafas dengan tenang karena tugas pentingnya telah selesai dan Tuan Cha tengah mengambil cuti untuk berlibur. Dia bisa dengan tenang mengambil cuti juga untuk beberapa hari ini. Beristirahat sejenak setelah mengurusi hal-hal yang membuatnya tidak bisa menikmati udara bebas bahkan di akhir pekan.
Irene lebih memilih untuk menikmati waktu libur di kampung halamannya, Daegu. Karena memang dia juga merindukan keluarganya di sana. Irene sudah lama sekali tidak bertemu dengan orangtua dan adiknya, mungkin setahun? Atau hampir dua atau tiga tahun? Intinya sudah lama sekali, terlalu sibuk bersama pak tua yang menggajinya.
"Ibu, kemana Jinyoung? Aku tidak melihatnya dari semalam," tanya Irene pada ibunya yang sedang memotong beberapa buah apel dengan Tv yang menyala di hadapannya.
"Kau lupa atau bagaimana? Adikmu sudah memiliki rumah sendiri," jawab ibu Irene tanpa menoleh pada putrinya. Matanya tetap berfokus pada televisi dan tangannya yang tetap berfokus pada pisau yang dengan cepat bisa memotong sebuah apel yang sudah dikupas sebelumnya. Melihatnya saja sudah membuat Irene menggelengkan kepala, karena percuma jika dia menegur Ibunya yang tidak akan pernah mendengarkan.
"Ah, benar juga, aku lupa kalau dia sudah pindah. Ya sudah, aku pergi ke supermarket dulu lalu mampir ke rumahnya. Ada yang harus kubeli juga, ingin menitip?" Pertanyaan Irene dijawab dengan gelengan kepala dari Ibunya. Membuat Irene lebih memilih untuk segera berlalu keluar dari rumahnya dan menuju jalan untuk menunggu sebuah taksi.
Kaki jenjangnya yang terekspos karena rok di atas lutut yang dia kenakan segera memasuki sebuah taksi yang berhenti tepat setelah Irene memanggilnya. Mengatakan apa yang menjadi tempat tujuannya, hingga sang pengemudi taksi menjalankan kendaraan itu menuju tempat yang sudah dia katakan. Namun, belum lama dirinya berada di dalam taksi, ponselnya berdering. Sebuah nama yang sempat ingin dia hindari tertera pada alat pintar itu, membuatnya mau tidak mau tetap harus mengangkatnya.
"Halo. Ada apa, Jim?" tanya Irene setelah ponsel pintar itu menempel pada telinga kanannya.
"Irene, kau pulang ke Daegu?" tanya Jimin di seberang sana.
"Iya, kenapa?" Irene memberikan pertanyaan kembali pada Jimin setelah menjawab pria itu dengan singkat. Bahkan, Irene sebenarnya sempat mengangguk satu kali. Meski dia tahu sebenarnya tak perlu dilakukan karena Jimin juga tak dapat melihatnya. Mereka tidak tengah saling berhadapan atau melakukan panggilan video.
"Aku juga sedang di Daegu. Ayo bertemu, aku merindukanmu," ucap Jimin terdengar antusias di sana.
Yang benar saja, bahkan belum sampai dua hari sejak mereka tidur bersama. Memang mulut Jimin ini hebat sekali jika berkata tentang kebohongan. Tidak heran jika banyak sekali gadis yang bertekuk lutut pada pria Cha ini hanya dengan kata-kata yang dia ucapkan, sekalipun itu semua adalah sebuah kebohongan.
"Baiklah. Besok saja Jim, sekarang sudah terlalu sore." Tentu bukan hanya itu alasan yang sebenarnya.
"Tidak. Bertemu sekarang saja. Aku ingin sekarang juga. Pokoknya, aku akan tunggu di cafe tempatmu bekerja dulu. Oke, bye." Jimin mematikan sambungan telpon sepihak sebelum Irene menolak atau mengiyakan. Membuat Irene mendengus kesal memaki Jimin dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
FanfictionTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...