Irene melangkahkan kakinya masuk setelah menekan beberapa angka pada pintu apartemennya. Ia melangkah dengan gontai sebab terlalu lelah dengan hari pertama Jimin menjadi CEO baru, nyatanya menjadi sekretaris Jimin juga tak memudahkan pekerjaannya. Apalagi ini hari pertama sekaligus peresmian Jimin menggantikan ayahnya, dimulai dari meeting bersama pemilik saham dan juga bertemu beberapa klien perusahaannya. Terlalu sibuk untuk memperkenalkan Jimin. Tetapi, untung saja Jimin memperbolehkannya pulang sore ini, sedangkan Jimin memilih kembali di balik meja ruangannya . Mengerjakan beberapa hal yang belum selesai di sana.
Belum sampai kakinya melangkah untuk menuju kamarnya, bel pintunya berbunyi membuat Irene semakin malas untuk melangkah kembali melihat siapa tamu yang tak diundang itu. Tas yang ia pegang sejak tadi diletakan pada sofa yang dilewati. Kakinya melangkah dengan perlahan pada pintu yang terus diketuk walaupun sudah membunyikan bel berkali-kali.
Mengesalkan sekali memang, tamu macam apa yang seperti itu? Terlanjur kesal, Irene membuka pintu tanpa mengintip dulu siapa yang datang. Ingin segera memaki pada tamu yang tidak sabaran tersebut dan mengganggu waktu istirahatnya.
Namun, tepat ketika pintunya terbuka, seseorang sudah memeluknya. Bau alkohol menyeruak jelas tercium di hidung Irene. Mabuk? Di sore hari seperti ini?
"Taehyung. Kau mabuk?" Irene berusaha mendorong tubuh Taehyung, namun Taehyung justru malah melangkah dan mendorong Irene yang berada dalam pelukannya menjauh dari pintu. Hingga pintu kembali menutup dengan rapat.
"Taehyung! Lepaskan!" Irene kembali berusaha mendorong tubuh Taehyung yang malah memeluknya semakin erat.
"Irene, aku membutuhkanmu." Taehyung menelusupkan wajahmya pada leher Irene, membenamkannya di antara rambut Irene yang tergerai. Bibirnya berusaha mengecupi leher Irene yang terus berusaha menghindar, berteriak serta berusaha mendorong Taehyung.
"Taehyung. Kau gila? Jangan macam-macam!" Teriakan Irene membuat Taehyung berhenti, namun tak melepaskan pelukannya. Tangannya malah memeluk Irene semakin erat, membuat Irene semakin kesusahan untuk bergerak.
"Taehyung, lepaskan!"Mendengar suara Irene yang terdengar begitu marah, pada akhirnya Taehyung melepaskan pelukannya dari tubuh Irene. Kepalanya menunduk, merasa bersalah dan merutuki diri. Sebenarnya, Taehyung tidak semabuk itu hingga bersikap seperti ini.
"Kau pikir apa yang kau lakukan?" Irene bertanya dengan tegas. Apa yang Taehyung lakukan benar-benar tak dia sukai. Meski mereka memang sudah saling merasakan bibir masing-masing, bukan berarti Taehyung juga menjadi seenaknya seperti ini. Bersikap tak sopan saat tiba-tiba datang ke tempatnya dengan kondisi setengah mabuk seperti itu. Padahal, yang terjadi sebelumnya sudah disepakati hanya sebagai kesalahan.
"Maaf." Suara Taehyung terdengar begitu berat. Kepalanya terus menunduk seolah tak ingin menatap wajah Irene di depannya.
Suasana kembali hening. Tak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Irene yang bergelut dengan pikirannya merasa bingung apa yang harus dilakukan. Ataupun Taehyung yang masih setengah sadar akan pengaruh alkohol yang diminumnya, dengan mata yang memerah dan penampilan yang jelas berantakan.
Irene hendak kembali masuk dan meninggalkan Taehyung di sana. Karena, jujur saja dia juga tak tahu harus bagaimana lagi. Pikirannya tidak bekerja sebagaimana semestinya. Kedatangan Taehyung yang seperti ini juga membuat banyak tanya. Untuk apa pria itu datang dengan kacau seperti ini padanya? Sedangkan mereka tidak sedekat itu.
"Aku mau mengambil ponsel sebentar. Biar kuhubungi Jennie," ucap Irene dengan solusi yang tiba-tiba dia dapatkan. Mungkin memang menghubungi Jennie adalah solusi yang terbaik, karena bagaimana pun pria ini adalah kekasihnya.
Taehyung meraih tangan Irene, menariknya hingga Irene kembali berbalik berhadapan dengan Taehyung. Kepalanya menggeleng, menatap Irene dengan sendu di balik wajah kusutnya. "Tidak perlu, temani aku saja kalau boleh. Aku tidak ingin Jennie yang menemaniku."

KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
FanfictionTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...