Pikiran Irene mendadak kacau setelah Taehyung di kantor tadi mengatakan hal menyangkut tentang Jimin. Irene bahkan tak habis pikir jika dampaknya akan sekuat ini pada dirinya. Namun, berusaha menahan sampai Jimin mengatakan dengan sendirinya pada Irene. Setidaknya menunggu Jimin berterus terang dan mengatakan yang sebenarnya.
Selain itu, satu hal lagi yang membuat pikirannya kacau. Irene bahkan tidak tahu akan sekecewa ini, padahal dia jelas-jelas selalu menolak permintaan Jimin untuk menjadi kekasihnya. Tidak, bukan karena Irene menolak Jimin berarti tak ada perasaan yang berarti untuk Jimin. Hanya saja, Irene bahkan tidak tahu pasti bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Terlalu takut untuk memulai hubungan yang lebih jauh atau berada dalam ikatan.
Terlebih lagi, saat ini kehadiran Taehyung semakin meragukan perasaannya. Jelas tidak mungkin juga kalau pada Taehyung adalah sebuah perasaan suka atau bahkan cinta. Irene hanya berpikir dengan Taehyung dia bisa menemukan kepuasan tersendiri, juga tantangan tersendiri. Tidak lebih, Irene yakin akan hal itu.
"Irene. Aku merindukanmu." Suara yang berasal dari pintu kamarnya menyadarkan Irene dari lamunan. Dan itu adalah suara dari pria yang baru saja menjadi alasannya melamun, Cha Jimin.
"Jim, bukannya kau bilang harus membawa Chimmy untuk pemeriksaan?" Irene tetap dalam posisinya, kembali menatap langit-langit kamarnya yang bahkan tak ada yang menarik di sana.Mengabaikan Jimin yang sudah membaringkan tubuh di sampingnya.
"Tidak jadi. Ibuku yang akan membawanya. Aku mau bersamamu saja di sini." Jimin mengecupi bahu Irene yang berada di hadapannya. Tangannya bergerak menggelitik mulai menelusup pada kaos yang Irene kenakan. "Aku merindukanmu. Kapan ya terakhir kali kita tidur bersama seperti ini?" bisik Jimin tepat di telinga Irene dengan suaranya yang terdengar sengaja sekali diberikan kesan seksi yang menggoda.
"Jimin, aku sedang datang bulan sekarang." Irene menghentikan aktifitas yang Jimin lakukan. Menahan tangan Jimin yang sudah menelusup masuk dan menjauhkan telinganya dari bibir tebal Jimin yang berbisik di sana.
"Bukannya minggu lalu? Jangan berbohong, aku hafal jadwal datang bulanmu." Jimin menarik tubuh Irene untuk berhadapan dengannya. Meraih tangan Irene dan mengarahkannya pada bagian di balik celananya. Wajahnya mendekat mengecupi wajah Irene berkali-kali
Mendapat kecupan dari Jimin, Irene hanya bisa terdiam. Kali ini dia membiarkan Jimin memberikan pagutan pada bibirnya. Bahkan, tangan pria itu juga sudah bergerak untuk mengusap pinggang Irene. Pagutan yang Jimin lakukan memanglah lembut, tapi Irene bisa merasakan jika pria itu tengah begitu bergairah. Entah apakah Jimin memang begitu merindukannya, atau memang ada hal lain yang membuatnya seperti itu.
"Aku lelah, Jimin. Hentikan." Irene mendorong pelan tubuh Jimin hingga tautan mereka terlepas. Dia bahkan kembali menahan tangan Jimin yang berniat melepas pakaian Irene di sana.
"Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Jimin pelan. Suaranya sedikit berat, menahan sesuatu yang sempat bergejolak tadi. Dia juga penasaran dengan apa yang terjadi pada wanita yang banyak menghabiskan waktu dengannya sehingga terlihat seperti itu. Seolah tengah berada dalam mood yang buruk.
Irene menggelengkan kepalanya. Tangannya memegang tangan Jimin yang kini melingkar di perutnya. "Aku hanya mengantuk," jawab Irene setenang mungkin. Berusaha menyingkirkan kecurigaan Jimin di sana.
"Tidak, beberapa hari ini sikapmu juga terlihat berbeda. Apa ada hal lain yang membuatmu seperti itu jika bukan karena aku? Ceritakan padaku, aku akan mendengarkanmu." Jimin menatap Irene lekat. Posisi mereka yang tengah saling berhadapan membuat Jimin lebih leluasa menatap Irene di sana. Memperhatikan raut wajah yang ditunjukan oleh Irene.
Irene kembali menggelengkan kepalanya, walaupun sebenarnya ingin sekali mengangguk dan bertanya secara langsung pada Jimin tentang apa yang Taehyung bicarakan. Namun, jelas harus menahannya. Sebab belum siap juga akan kebenaran yang akan Jimin katakan. Takut kecewa terlalu jauh jika saja yang Taehyung katakan itu benar. "Tidak ada. Aku tidak apa-apa. Ayo tidur, kau juga lelah bukan? Beberapa hari ini kau tidak tidur dengan baik karena pekerjaanmu. Maaf aku tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
أدب الهواةTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...