Perut Irene sudah terlihat membesar di usia kandungannya yang sudah hampir menginjak 18 minggu. Kondisinya tidak benar-benar dalam kondisi yang baik. Punggungnya belakangan ini terasa sakit, kondisi yang biasa wanita hamil rasakan diusia kandungan sepertinya.
Irene menoleh pada jam dinding yang terpasang di kamar yang ia tempati, melihat angka yang sudah menunjuk angka pukul 6 pagi. Perutnya tiba-tiba merasa tak enak, terasa sakit di bagian tertentu. Membuatnya terbangun dan mengelus perutnya berulang-ulang, berharap bisa membaik dan menenangkan bayinya di dalam sana.
Namun bukannya membaik, rasa sakitnya semakin terasa. Peradaannya menjadi tidak karuan sampai dia memutuskan menuju kamar lain yang berada di sebelah kamar yang ia tempati. Mengetuk pintu yang tertutup sembari meringis merasakan sakit pada perutnya.
"Seulgi, bisa buka pintunya? Perutku terasa sakit. Aku butuh bantuanmu."
Mendengar ketukan pintu dan suara Irene di depan pintu membuat Seulgi terbangun dan segera turun dari ranjangnya. Dia segera membuka pintu dan menghampiri Irene yang tengah meringis sambil memegang perutnya.
"Astaga Irene, kenapa?"
Seulgi segera memapah tubuh Irene. Mendudukannya di sofa dengan bantal yang disimpan untuk menjadi sandaran untuk wanita itu.
"Tidak tahu, tiba-tiba sakit. Perasaan ku juga tidak enak." Irene menggelengkan kepalanya. Benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan perutnya.
Jimin yang mendengar kegaduhan ikut terbangun, melihat Seulgi yang sudah tidak ada di sampingnya membuat dia berjalan keluar. Namun melihat Irene dan Seulgi yang sedang panik membuatnya berjalan dengan cepat menghampiri, ikut panik dengan apa yang dilihatnya.
"Astaga. Rumah sakitnya tidak jauh dari sini bukan? Seulgi, hubungi Jinyoung dan kita akan membawa Irene ke rumah sakit. Katakan padanya untuk menyusul ke sana langsung!" Tegas Jimin.
Hal yang membuat Seulgi akhirnya mengangguk, menghubungi Jinyoung seraya membantu Jimin memapah Irene menuju mobilnya.
Irene bersyukur di saat seperti ini ada Jimin dan Seulgi yang menginap karena Jinyoung harus pulang ke Daegu kemarin. Tapi rasanya Irene belum bisa bernafas lega karena perutnya masih terasa sakit bahkan selama di perjalanan. Pikirannya melayang, terlalu takut akan terjadi hal buruk yang menimpanya.
Irene segera dibawa masuk ke ruang pemeriksaan begitu sampai di sebuah rumah sakit yang tal jauh dari tempatnya. Sementara Seulgi dan Jimin kini telah menunggu di luar dengan khawatir. Sampai setelah beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Membuat Jimin dan Seulgi menghampirinya dengan cepat.
"Bagaimana, dok?"
"Bayi dalam kandungannya mengalami shock, mungkin karena pengaruh dari ibunya. Menyebabkan terputusnya oksigen yang masuk untuk bayi. Tapi semuanya sudah ditangani, tapi rasa sakitnya mungkin masih akan ada sedikit untuk beberapa jam ke depan. Dan saya himbaukan agar sang ibu berhenti mengkonsumsi obat penenang atau obat tidur. Itu akan sangat berbahaya bagi bayinya. Nanti pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Saya permisi dulu."
Sebuah anggukan dan ucapan terima kasih diucapkan oleh keduanya pada dokter yang berlalu pergi meninggalkan keduanya.
"Jimin, ponselku tertinggal di mobil." Seulgi teringat ponselnya yang tertinggal di dalam mobil karena terburu-buru membawa Irene. "Aku akan mengambilnya. Tunggu di sini, beritahu aku kalau Irene dipindahkan."
Sebuah anggukan dari Jimin membuat Seulgi melangkahkan kakinya menuju mobil sang suami. Di mana dia juga segera mengecek ponsel miliknya tersebut.
Benar saja, ada beberapa pesan dari Jinyoung yang menanyakan keadaan Irene. Membuat Seulgi segera menekan nomor Jinyoung dan melakukan panggilan sembari berjalan kembali menuju ruangan dimana Jimin dan Irene berada.
![](https://img.wattpad.com/cover/192562252-288-k746291.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
Fiksi PenggemarTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...