Terbangun dari tempat yang sama, keduanya saling terdiam setelah berusaha bangkit dari sofa yang mereka jadikan untuk tempat tidur mereka. Irene dan Taehyung duduk berdampingan dengan kepala yang mendunduk. Tentu isi kepala mereka tengah sibuk mengingat apa yang terjadi semalam. Hal yang membuat mereka berakhir tidur berpelukan di atas sofa yang sempit tersebut.
Tidak, mereka tidak sampai bercinta. Mereka hanya saling bercumbu di atas sofa, saling menyentuh tanpa melepas pakaian. Iya, itu saja. Sebab, Irene masih bisa menahan Taehyung agar tidak bertindak terlalu jauh. Sekalipun Irene tidak menolak sentuhan Taehyung sebelumnya, Irene tetap tidak ingin mereka bercinta saat Taehyung masih dalam pengaruh alkoholnya.
"Kau bekerja hari ini?" tanya taehyung dengan suara yang masih terdengar serak.
Irene menganggukan kepalanya. "Ah, sial! Jimin." Membahas tentang pekerjaan, dia baru saja teringat soal Jimin. Ponselnya tidak tahu dia letakkan dimana, Jimin pasti juga sudah menghubunginya.
Segera bangkit dari duduknya, Irene mencari ponselnya. Tepat saat dia menemukan ponselnya, benar saja. Jimin telah menbghubunginya beberapa kali, dengan beberapa pesan yang isinya hampir sama, menanyakan apa yang sedang Irene lakukan. "Kembalilah, Tae. Aku harus bersiap untuk berangkat ke kantor. Jimin juga pasti sudah menunggu di sana."
Mendengar Irene yang menyebutkan nama Jimin, membuat Taehyung menunjukan senyuman tipisnya. Untuk kali pertama, dia merasa iri pada Jimin yang bisa mendapatkan perhatian Irene sampai seperti itu. "Baiklah, aku akan pulang sekarang. Tapi—"
Taehyung menggantung kalimatnya, dia bangkit dari duduknya untuk menghampiri Irene yang tengah sibuk membalas pesan dari Jimin, mungkin.
"Bagaimana dengan pertanyaanku? Mau jadi kekasihku?" tanya Taehyung dengan satu pelukan pada pinggang Irene dari belakang.
Dengan cepat Irene berbalik, kepalanya lantas menggeleng menunjukan bahwa 'Tidak' adalah jawaban yang dia berikan untuk pria itu.
Tersenyum dengan miring, Taehyung kemudian memberikan satu kecupan pada pipi Irene. "Aku akan menunggu. Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu semalam. Aku pergi dulu," ucapnya dengan pelukan yang dia lepaskan dari Irene.
Irene tidak mengerti apa alasan utama Taehyung memintanya menjadi kekasih, terlebih yang dipintanya adalah menjadi kekasih kedua. Irene benar-benar tidak paham dengan isi kepala Taehyung di sana. Akan tetapi, jujur saja Irene juga sedikit tenggelam dalam pesona Taehyung. Bohong kalau dia sama sekali tidak tertarik pada pria itu. Apalagi setelah apa yang dia lakukan semalam bersamanya. Namun, dia juga tidak bisa gegabah dalam mengambil keputusan. Itu sebabnya dia masih tetap menolak Taehyung di sana.
Mengusap wajahnya dengan kasar, Irene mendapati satu panggilan yang masuk. Dan nama Jimin adalah yang tertera di sana. Baiklah, dia yakin Jimin akan melontarkan beberapa pertanyaan yang harus dia jawab sebaik mungkin.
"Halo, Jimin," ucap Irene begitu ponselnya sudah dia letakan di telinga.
"Datang ke cafe biasa dua puluh menit lagi. Ada meeting yang harus kita lakukan," ucap Jimin di seberang sana.
Apa yang baru saja Jimin katakan membuat Irene mengernyit heran. Pasalnya, dalam agenda yang dia pegang, tidak ada jadwal meeting untuk hari ini. Dan belum sempat dia menjawab apa yang Jimin katakan, panggilan tersebut sudah Jimin akhiri secara sepihak. Membuat Irene lagi-lagi mengernyitkan dahi heran. Bahkan, Jimin sama sekali tidak memberikan pertanyaan perihal Irene atau apa yang terjadi sehingga Irene tidak menjawab panggilannya. Ini semua benar-benar di luar dugaannya.
"Apa mungkin Jimin marah?" pikir Irene.
Namun, tanpa berpikir panjang lagi, pada akhirnya Irene lebih memilih bersiap dan menuju tempat yang Jimin sebutkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
FanfictionTidak ada yang sempurna di dunia ini, itu adalah kalimat yang benar adanya. Jika menurut orang lain seorang Choi Taehyung sangat sempurna, justru pada faktanya tidak sesempurna itu. Apalagi jika mengingat tentang kisah cintanya, cintanya yang menjad...