TPM 19

1K 79 9
                                    


Malam ini selalu sama dengan malam-malam lain. Pekerjaan selalu mendominasi ditiap waktu tanpa hentinya. Tak ada rasa lelah bagi mereka jika hal itu menyangkut soal penghargaan. Malam ini Seoul sedang dimeriahkan dengan ajang penghargaan lain, dan membawa nama BTS kembali dalam nominasi penghargaannya.

Suatu kebanggan yang berulang-ulang mereka raih, karena mendapakan kesempatan untuk tampil diacara tersebut bersama idol lain.

Sedangkan Hyora masih sama dengan kebiasaan nya menunggu di backstage sembari bermain game kesukaannya demi menghabiskan waktu. Kendati matanya sudah sangat berat bekerja seharian, lalu bermalam disebuah ajang penghargaan. Namun hal itu sudah terlalu biasa ia rasakan sebagai manajer profesional yang sudah ia jalani bertahun-tahun lamanya. Terkadang acap kali ia mengeluh jika ingin pensiun saja dari pekerjaan seperti ini lalu menikah, melelahkan sekali pikirnya.

Noona jangan menemui mereka lagi ya?”

Tiba-tiba saja Jungkook sudah berdiri didepan Hyora dengan tampannya. Ya, Jungkook dan teman-temannya baru saja selesai men-transformasi penampilan bersama stylist dan coordi noona. Bola matanya bergerak merangkum Jungkook dari ujung kepala hingga ujung kaki, balutan jas hitam formal mengingatkan dirinya pada seseorang. Tampan sekali astaga. Bagaimana bisa tatanan rambut klimis dan wajah tampan Jungkook menyatu sempurna. Jungkook tak kalah tampan dari Johnny. Gumam nya.

Noona..” Panggil nya dengan nada keras. Sementara yang terpanggil mendadak tersentak karena sadar dari kegiatannya memandangi Jungkook.

“Tenang saja Chanyeol dan teman-temannya tidak disini. Mereka dapat penghargaan, tapi mereka tak bisa hadir.” Jawab Hyora ketus lalu membuang muka.

Sayang sekali EXO tidak datang, padahal diacara-acara penghargaan seperti inilah peluang untuk bisa bertemu. Masa bodo dengan perkataan Jungkook, memangnya dia siapa Hyora melarang-larang.

“Dari mana noona bisa tau kalau mereka tidak datang?” Sahut Jimin antusias, yang sudah terduduk dikursi sebelah Hyora. Sedangkan Jungkook sekarang menatap Hyora tak santai, bagaimana bisa manjernya itu tau kalau EXO sedang tak bisa hadir. Seintes itu kah hubungan Hyora dan EXO, hingga Hyora masih mengetahui apapun tentang mereka.

“Memangnya kalian tidak liat Twitter, jadwal, atau semacamnya yang menyatakan siapa saja yang hadir dalam acara ini, huh?”

“Ah, benar aku tidak memperhatikan soal itu. Hehe...” Jimin terkekeh merasa malu karena telah mengutarakan pertanyaan yang mengada-ada.

Tatapan tak santai itu akhir nya berubah pada posisi semula. Setelah mendengar pernyataan dari Jungkook perasaannya sedikit lega. Jungkook khawatir jika Hyora kembali bertemu dengan EXO, khawatir kalau-kalau mereka melakukan drama peluk-pelukan lagi. Jungkook seperti sudah mengkalim Hyora miliknya saja hingga tak boleh berhubungan dengan siapa-siapa. Dasar aneh.

Merasa terusik dengan keadaan, Hyora melangkahkan kakinya keluar menuju toilet, sekedar untuk membasuh wajah berharap rasa kantuk nya hilang terbawa oleh raupan air. Ia menghembuskan nafasnya panjang dan memejamkan mata sesaat. Melihat pantulan dirinya sendiri secara seksama melelui kaca besar yang terpampang dihadapannya.

Dari semua perilaku-perilaku aneh Jungkook itulah terkadang Hyora merasa tak nyaman. Ia masih tak bisa mengambil kesimpulan tentang perasaannya sendiri. Sama sekali tak pernah terfikirkan olehnya jika jiwa nya bisa terguncang dari kesadaran tatkala berada disisi Jungkook akhir-akhir ini. Hati nya seolah menjadi magnet kuat yang memaksa untuk mencintai seorang Jungkook namun tidak untuk dirinya. Diri Hyora sendiri menolak keras perasaan itu, ntah apa sebabnya. Apakah ini terkait masa lalu nya yang pernah diperlakukan tak adil oleh Jungkook, atau Hyora menyadari sendiri jika umur lah yang berperan penting menolak untuk tak meninggalkan jejak rasa setitik pun.

3. THE PERFECT MANAGER | JJK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang