Berjalan santai di koridor panjang dengan beberapa orang berlalu-lalang dengan kepentingannya masing-masing. Aroma alkohol yang kuat terhisap penciumannya, hingga dentuman besi-besi kecil yang terdengar dari beberapa ruangan.
Segera ia menaruh tas sedangnya diatas nakas dan memberikan kecupan hangat disana. Kedua manusia yang Hyora rindukan selama berbulan-bulan ia tinggal demi pekerjaan. Dan juga kecupan pada kening yang tergeletak lunglai tak sadarkan diri disana. Penampakan yang selalu mengiris hati nya selalu dan selalu. Berfikir kapan alat bantu pernapasan itu bisa lepas dari sang Ayah yang selalu berbaring lemah dengan bantuan oksigen.
Dan seorang Ibu yang setia menunggu merawat sang Ayah telah menitihkan air mata ketika ia mengecup dan merengkuh punggung tegap itu. Memberikan kekuatan batin disana. Hyora meraih tangan sang ayah dan mengelus punggung telapak yang terpasang jarum infus itu pelan, berharap kedatangan sentuhannya tak mengganggu waktu tidurnya yang lama.
Bukan tanpa alasan Hyora harus banting tulang seorang diri, berjuang sekeras mungkin diperkotaan demi menyelamatkan orang tuanya yang kini tengah sakit kanker paru-paru. Namun Hyora masih bersyukur karena ibunya masih sehat-sehat saja, dan bisa menjaga sang ayah dengan baik.
Seketika bulir mata merosot jatuh dari pelupuknya, sampai kapan ia harus melihat ayahnya menderita seperti ini. Hampir tiap bulan ayah nya selalu dirawat di rumah sakit, ketika serangan penyakit itu tiba-tiba menghampiri. Ya, betapa lelahnya Hyora yang harus rutin mengirimi sebagian besar gaji nya untuk membayar biaya rumah sakit. Yang seharusnya uang itu bisa ia pergunakan untuk kebutuhan yang lain atau sekedar menyenangkan hati kedua orang tuanya. Justru itu semua tak seperti yang ia harapkan. Namun ia tak kecewa sedikit pun, ini demi kesembuhan ayahnya. Hyora bersumpah sekuat tenaga ia bekerja sekuat yang ia bisa.“Bagaimana kabar mu nak? Kau sangat kurus sekarang.” Tangan Ibu Kim memegangi pergelangan Hyora yang terasa mengecil. Perubahan semakin drastis terlihat pada tubuh sang anak yang tengah membawa tatapan sendu.
“Aku baik-baik saja bu. Aku hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan.”
“Ya.. Kim Hyora. Menikahlah, umur mu sudah tua. Ibu ingin melihat mu bahagia dengan seorang pria. Kau terlalu lelah bekerja nak. Sudahi semua kerja keras mu.” Ibu Kim membelai surai anak nya dengan lembut, memberikan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran.
“Lalu jika aku berhenti bekerja, siapa yang akan membayar biaya rumah sakit bu. Ibu tidak perlu khawatir.” Kedua tangan Hyora menggenggam erat pada telapak tangan sang ibu. Mengartikan jika ibunya tak perlu gusar dengan statusnya. “Seseorang akan datang tepat pada waktunya bu, mungkin saat ini belum. Untuk saat ini aku hanya ingin mengabdi pada kalian.” Lirihnya menegaskan.
Hyora segera mengambil 3 kotak bertingkat dari dalam tas nya. Membuka dan mengambil beberapa makanan dan buah-buahan yang diduga ia bawa sendiri. Lalu menyodorkan sesuap demi seseuap pada sang ibu. “Ibu, aku membawa buah dan masakan kesukaan ku. Ibu juga makan yang banyak. Ibu tidak boleh sampai sakit sedikitpun. Ibu harus kuat”. Hyora menorehkan senyum penuh arti kasih sayang pada sang ibu, dan aksinya di balas dengan ibu nya yang mulai membuka mulut untuk menerima makanan yang ia bawa.
“Terimakasih putriku sayang. Ibu sangat menyayangi mu. Kau harus tetap kuat menjalani hidup. Kau juga semangat. Ibu tidak akan menuntut apapun dari mu. Hiduplah dengan cara bahagia mu sendiri.” Ibu Kim seketika melingkarkan lengannya pada tubuh sang anak dan menopangkan dagu nya pada sang pundak yang lebih kuat. Memberikan kehangatan disana. Hingga air mata itu lagi dan lagi tak terbendung dan mulai membasahi pundak Hyora. Ibu Kim bangga memiliki anak seperti Hyora.
Hyora tersenyum bahagia dan mengelus pelan pundak tua itu. “Sepertinya sumber kekuatan ku ini berasal dari ibu.” Hyora terkekeh dari balik sana.
Setelah sekian menit mereka mulai menjauhkan jarak dan torehan senyum yang tak lepas dari tempatnya. “Aku akan menginap 1 hari bu.”
Ibu mana yang tak bahagia jika anaknya bisa pulang untuk berkunjung. Apalagi Hyora adalah anak semata wayang yang mereka miliki. Berharga? Tentu. Memanfaatkan waktu sesingkat ini untuk kedua orangtua nya sangat jarang ia miliki. Tuntutan pekerjaan sudah merenggut masa-masa dimana ia bisa bermanja-manja, bermain, dan menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Tak adalagi yang bisa ia lakukan selain membalas jasa kedua orang tua yang sudah berusaha membesarkan dan mendidik nya hingga sesukses ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. THE PERFECT MANAGER | JJK ✔
FanfictionTerinspirasi dari game BTS WORLD Mengatur semua hal dari seorang Idol bukanlah perkara mudah. Bagi Kim Hyora, Jungkook adalah kesialan nya. Dipindahkan ke agensi lain atas perintah sang direktur untuk menjalankan misi konyol, sekaligus balas dendamn...