Siang ini matahari begitu terik. Kendati Hyora kini tengah berada di apartemen rasanya masih saja rasa gerah itu ikut menjalar di ruangan apartemen nya. Bahkan ia sudah menyalakan AC hingga suhunya tak bisa diturunkan lagi.
Setengah hari tadi waktunya dihabiskan untuk membahas mengenai anggaran pendapatan.
Setelah itu ia berganti baju, karena ia baru saja kembali dari kantor agensi‒lalu berkutat kembali di meja kerja yang ada disudut ruangan apartemen.
Hyora sangat berdedikasi sekali dalam hal pekerjaan. Bahkan setiba di apartemen pun ia masih harus menyelesaikan apa yang telah menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Sembari meneguk cairan karbonasi dingin yang ia ambil dari kulkas, berharap rasa dahaga itu hilang dari kerongkongan nya.
Saat dirinya masih sibuk berurusan dengan angka. Tiba-tiba dering apartemen nya berbunyi. Bergegas Hyora melangkah menuju pintu. Lantas ia kembali menekan sebuah tombol pemantau keadaan luar. Benar saja apa yang tengah ia duga, di luar sana Jungkook tengah berdiri dengan membawa satu kantung plastik yang entah berisi apa. Hyora lantas tersenyum dan segera menarik tuas pintu. Saat pintu benar-benar terbuka Hyora mempersilahkan Jungkook untuk masuk.
Setelah Jungkook benar-benar masuk dan berada diruang utama. Seketika situasi disudut ruangan sana mencuri perhatian netranya. Pasalnya tepat di meja kerja Hyora, banyak terdapat lembaran kertas yang berserakan juga laptop yang menyala.
“Noona sedang apa?”
Hyora kembali ke meja kerja‒berniat untuk menjeda pekerjaan nya dengan mematikan laptop yang masih menyala. Tidak enak kan jika ada tamu kita justru berkutat dengan pekerjaan. Yah, meskipun itu hanya seorang Jungkook tapi ia tetap merasa harus di hargai. Jungkook yang sedikit ingin tau lantas mendekatkan dirinya ke meja kerja dimana Hyora sedang mencoba membereskan pekerjaannya.
“Mengatur keuangan mu Kookie... kami baru saja mengadakan rapat tadi mengenai anggaran pendapatan yang telah disesuaikan dengan kinerja mu.”
Jungkook mengangguk paham. Kedua lengan nya menumpu pada meja kerja dan menatap Hyora penuh arti. Seketika bibirnya mengulas senyum. Isi kepalanya sedari tadi berencana untuk menjahili Hyora, sebenarnya Jungkook paham jika hal semacam ini juga bagian dari pekerjaan seorang manajer.
“Jadi noona mengatur keuangan ku juga ya?”
Hyora mengangguk mantap. “Jelas, tugas kami tidak hanya mengatur jadwal mu saja. ada banyak, termasuk pendapatan mu.”
Perlu dijelaskan jika seorang manajer tidak hanya menyusun jadwal atau sekedar membantu lebih jauh dari tugas yang semestinya. Menjadi manajer juga harus memiliki kemampuan budgeting atau mengelola keuangan dengan baik. Karena manajer lah yang mengetahui seluk beluk kegiatan apa saja yang telah artisnya lakukan, maka dari itu kesesuaian antara pekerjaan dengan keuangan juga akan terjamin.
“Noona... kalau begitu, sisihkan berapa persen pendapatan ku ya.”
Hyora yang sedang mengumpulkan beberapa kertas yang masih berserakan di atas meja seketika menatap Jungkook dengan tatapan aneh. Pikirnya untuk apa Jungkook menyisihkan pendapatan nya, seperti seorang yang memiliki keperluan.
“Maksud mu? menyisihkan untuk apa?”
“Tentu saja untuk mengadakan acara pernikahan yang super mewah nanti.”
Hyora semakin bingung. Jungkook ini masih muda, untuk apa dirinya membahas soal pernikahan. “Siapa yang menikah?”
“Kookie‒” Jungkook menjeda ucapannya dan kembali tersenyum sumringah pada Hyora. “dengan noona.” Suara itu seolah mengalun merdu keluar dari mulut sang empu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. THE PERFECT MANAGER | JJK ✔
FanfictionTerinspirasi dari game BTS WORLD Mengatur semua hal dari seorang Idol bukanlah perkara mudah. Bagi Kim Hyora, Jungkook adalah kesialan nya. Dipindahkan ke agensi lain atas perintah sang direktur untuk menjalankan misi konyol, sekaligus balas dendamn...