My Little Jiminnie(5)

9.5K 435 85
                                    

Ini isinya dikit.. Mbohlah. Rated M.

POV Min Yoongi sebagai Pelaku ekwkwk. Enjoy!

______________

Dia menarik

Tawanya, senyumnya

Tingkahnya

Tawa candanya

Apalagi kenaifannya, yang diwariskan dari kecil. Aspek itu yang membuatku terjatuh padanya, dimana saat masih kecil, seseorang akan menjadi lebih polos, naif, dan baik, tanpa prasangka

Aku bersyukur bahwa Jimin adalah seorang little, yang menjadi kecil kembali dengan sadarnya. Fungsinya untuk melepas stressnya. Aku berterimakasih, sangat, kepada siapapun yang menciptakan Jimin di dunia ini.

Aku berterimakasih karena ia harus menyita masa bahagia kecilnya dan menundanya sampai umurnya legal. Mugkin bagi seseorang, menjadi caregiver nya akan terasa merepotkan. Namun tidak bagiku. Aku sudah terbiasa merawatnya sejak kecil. Jadi semua terasa mudah

Apalagi sekarang dia ada di usia legalnya... jadi.. yah.. tidak ada masalah.

Aku tersenyum miring, melihatnya kewalahan di bawahku sambil menghisap pacifiernya. Tangan kanannya memeluk sebuah boneka Barney yang baru kubelikan saat aku mengajaknya ke mall.

"Ayaah~"

"Iya Jiminnie?"

"Diminnie.. anak baik kan??" Tanyanya dengan nada polos setelah melepas pacifier nya karena ku hentak pelan. Ah. Aku tak bisa bermain kasar saat dia menjadi little seperti ini. Ia bisa merasa kesakitan lebih dari ini. Aku dapat merasakan kakinya menghimpitku karena sakit.

Aku terkekeh dan mencium kening berkeringatnya.

"Yes you are.. you always makes me happy.. now, you better spread your leg wider for daddy, hm?"

Putraku kembali memeluk Barneynya dengan kencang saat ia melebarkan kakinya, menerimaku kembali lebih dalam.

"Ung.. ayaah.. ayaaah~" rengeknya saat aku menyentuh titik itu. Aku masih bergerak konstan, memandang diriku keluar masuk di lubang pinknya yang sukses membuatku hampir sampai.

"Ready for your milk?"

Jimin menatapku dan mengangguk kecil dibalik boneka itu.

"Tahan sebentar ya, Jiminnie.."

Di titik ini, aku akan mempercepat gerakkanku. Tentunya Jimin akan merasa kesakitan.

Karena sekarang Jimin benar benar mengeluarkan air matanya sambil merengek di balik boneka barunya. Mata basah itu masih menatapku penuh harap.

Kenapa bisa ada mahluk semanis ini tega di sia siakan ibunya?

"Ayah.. peyuuuk Diminnie..". Kedua tangannya terjulur kedepanku, dengan isak tangisnya, susah payah memintaku untuk memeluk tubuhnya. Aku mengabulkan permintaan itu, tanpa memperlambat tempoku.

Aku segera mencabut milikku dan merangkak di atas dadanya, menyingkirkan boneka barneynya dan mendekatkan milikku ke bibir plumpnya, mengocoknya dengan cepat.

"Buka mulutmu, sayang"

Jimin walaupun habis menangis, ia tak pernah membuang spermaku sia sia. Ia selalu menerimanya dengan baik dan menelannya seperti menelan vitamin.

Aku melenguh panjang, merasakan perasaan yang luar biasa puasnya. Sedangkan Jimin di bawah sana sedang membersihkan ujung kepemilikanku dengan lidahnya setelah menelan habis 'sarapannya'.

"Tutuna enaakk~" Jimin kembali menggenggam Barneynya. "Aniy mau tobak?? Da boye! Ini una atuw!" Sembari mengecup ujung kepemilikanku dan menjulurkan lidah ke boneka barneynya. Benar benar manis anakku ini. Akupun terkekeh melihatnya.

"Biasanya Jiminnie nggak mau tuan barney melihat.."

Bibir penuhnya mengkerucut lucu, membuatku sekarang beringsut ke samping tubuhnya, memeluk pinggang rampingnya.

"Baniy nang ini bedaa tawu! Nang ini tan nang bayuu. Nang yama tan maci titiiiill. Nang ini guuudeeee. Tapapa tatina"

Barney yang baru ini memang lebih besar daripada yang lama. Namun pemikiran bahwa besar kecil adalah ukuran umur menurutnya sangat membuatku gemas. Jiminnie memang sedang berada di littlespace nya sekarang.

"Ayah mencintaimu"

Jimin tersenyum sumringah setelah mendengarnya, kemudian memelukku.

"Ddiminnie tuma mawu ayah!!"

Shit. Kata kata itu. Kata kata itu bagai kunci yang membuka pintu nafsuku lagi. Bagaimana ia sangat menginginkanku untuknya. Iya. Hanya aku. Tanpa siapapun.

"Kalau ayah ingin melakukan 'itu' dengan Jiminnie lagi boleh?"

Lihat. Wajah itu memerah sempurna. Ia menunduk.

"Nda tawu.."

Aku tertawa "kenapa memangnya?"

"Abisna tatit nii bumbum ddiminnie.."

Sial.. dia benar benar tahu cara membangkitkan gairahku lagi

"Hmm.. nanti ayah pakai pelumas. Bagaimana?"

"Benel yaa?"

"Iyaa sayang ayah.."

"Ote~"

________

UDAH.

Gitu doang. Wekekkek. Berasa pedo anjir

Apa hayo pesan moralnya?

GAADA DONG WKWKWKW

Yoonmin RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang