Bab 8

1.3K 199 10
                                    

Meskipun Yoona meminta Taehyung untuk tidak mengganggunya selama 6 bulan, ternyata baru delapan bulan kemudian mereka bertatap muka lagi. Itupun dengan cara yang sama sekali tidak direncanakan oleh Yoona.

Hari itu Yoona diwisuda. Ia berdiri di atas podium sebagai seorang valedictorian. Selagi mengucapkan pidato perpisahan, Yoona memandang kedua orangtuanya yang tersenyum bangga padanya. Pandangan gadis cantik itu sengaja melewati Lee Seunggi yang duduk di sebelah ibu tirinya.

Begitu Yoona selesai menyampaikan pidato perpisahannya dan seluruh rekan-rekannya bersuka cita merayakan kelulusan mereka, Seunggi tak membuang-buang waktu. Ia segera menghampiri adik tirinya itu. Seunggi berpura-pura tidak merasakan tangan ibunya yang menahan lengannya agar ia tidak berdiri menghampiri Yoona.

"Kapan kau akan kembali ke Korea?" Tanya Seunggi tanpa basa-basi. Ia tak mengacuhkan kawan-kawan Yoona yang sedang mengajak gadis cantik itu untuk befoto bersama.

"Aku takkan kembali ke Korea." Yoona tersenyum pada kamera ponsel yang dipegang salah satu temannya. Namun Seunggi tahu ucapan itu ditujukan untuknya karena Yoona mengatakannya dalam bahasa Korea.

"Kenapa kau tak mau kembali?"

"Aku diterima bekerja di Scholastic Publishing. Aku akan mulai bekerja pekan depan." Jawab Yoona sambil terus berpose untuk kamera dan mempertahankan senyumannya.

Wajah Seunggi memerah. Ia sama sekali tidak suka dengan jawaban Yoona. "Oke, kalau itu maumu. Aku akan pindah ke New York. Kau takkan bisa lari lagi dariku."

Yoona spontan menoleh kakak tirinya. "Apa maksud Oppa? Kapan Oppa akan berhenti mengusik kehidupanku?"

"Tidak akan. Aku akan terus menunggumu."

"Yoona." Ayah dan ibu tiri Yoona menyelesak di antara gerombolan para wisudawan. Ayahnya melambaikan tangan dan berusaha menarik perhatian anak perempuannya itu.

"Appa." Yoona menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari Lee Seunggi.

Ayah serta ibu tirinya memberi ucapan selamat pada Yoona dan menanyakan rencana hidup gadis itu selanjutnya.

"Aku akan tinggal di New York. Aku sedang mengajukan permohonan untuk mendapatkan green card dari pihak imigrasi. Dan Scholastic Publishing bersedia menjadi penjaminku." Ujar Yoona.

Ayah dan ibu tirinya saling pandang. Mereka sebenarnya menyayangkan pilihan Yoona untuk tinggal jauh dari mereka, tapi ayah dan ibu Yoona mengerti kalau itu adalah keputusan yang paling tepat untuk putri bungsu mereka. Yoona tidak boleh mengulang hubungan asmara dengan kakak tirinya, apalagi setelah Seunggi menikah dan memiliki seorang anak dengan wanita lain. Memang sepertinya lebih baik jika Yoona tinggal dan bekerja saja di New York.

"Semoga kau segera bertemu dengan lelaki baik yang akan menjadi suamimu, Yoona." Ayahnya mendoakan.

Seunggi mendengus. "Huh. Sebelumnya kau tentu harus mencampakkan monyet dekil itu dulu jika ingin bertemu dengan lelaki lain yang lebih baik untukmu."

Kedua orangtua mereka menoleh pada Seunggi. "Siapa yang kau maksud dengan monyet dekil?" Tegur ayah tirinya.

"Tanya saja pada Yoona." Seunggi melirik adik tirinya dengan pandangan menyindir. "Ayah tidak tahu saja dengan siapa Yoona bergaul di sini. Dan apa saja yang sudah mereka lakukan. Si monyet bahkan sering menginap di tempat Yoona. Ayah boleh bayangkan sendiri apa yang diperbuat Yoona bersamanya di dalam apartemen. Yang pasti mereka tentu tidak belajar baca-tulis bersama."

Wajah Yoona sedikit merona. Ia tak terima disindir-sindir seperti itu. Tapi kalau ia membantah, itu hanya akan membuat Seunggi senang. Akhirnya Yoona memilih untuk diam saja. Tapi rupanya ayah dan ibunya tidak membiarkan topik monyet ini berlalu begitu saja.

"Siapa yang dimaksud oleh Seunggi, Yoona?" Ibu tirinya bertanya penasaran.

"Aku tidak tahu, Bu." Jawab Yoona.

"Kau pasti sudah bosan bermain-main dengan lelaki itu, bukan? Kau sudah putus dengannya?" Seringai tipis di bibir Seunggi semakin tampak jelas. "Sejak awal aku sudah tahu kalau kau takkan lama bermain-main dengan monyet itu. Dia memang tidak pantas untukmu, Yoona."

"Aku tak paham apa yang Oppa katakan." Yoona menahan diri untuk tidak terlihat kesal karena terus-terusan disindir oleh Seunggi.

"Siapa yang kalian bicarakan?" Ayah Yoona menekuk alis. "Apa kau sudah punya pacar di sini?" Tanyanya pada Yoona.

"Hah?" Yoona menoleh pada ayahnya. "Tidak, aku----"

"-----Kalau kau memang sudah punya pacar, jangan rahasiakan dari ayah dan ibumu. Kenalkan dia pada kami. Mana dia? Apa dia salah satu dari teman-teman kuliahmu ini?" Ayahnya menoleh kiri-kanan demi mencari sosok lelaki yang mungkin sedang dikencani oleh anak perempuannya itu.

"Dia mungkin tidak ada di sini, Ayah." Cetus Seunggi. "Yoona hanya memanfaatkan monyet itu sebagai pelarian. Benar kan, adik kecilku?" Seunggi menatap dingin pada Yoona. "Kalau si monyet itu memang benar pacarmu, dia pasti kau undang untuk datang ke acara wisudamu ini. Dan kalau lelaki itu memang mencintaimu, dia pasti akan datang dan takkan melewatkan hari penting seperti ini."

Mendengar kata-kata Seunggi, ayah Yoona kontan menatap putrinya. "Apa pacarmu itu bukan pria baik-baik? Apa dia serius denganmu atau hanya mempermainkanmu saja?"

Yoona benar-benar terperangah mendengar semuanya. Ia sama sekali tak tahu apa mesti menyangkal atau mengiyakan saja tuduhan kakak tirinya tadi.

"Yoona! Hey, Yoona!"

Dari arah pintu masuk aula, Taehyung menyelesak di antara para wisudawan dan keluarga mereka. Pemuda tampan itu mengacungkan satu buket bunga yang ia lambai-lambaikan di atas kepalanya.

Yoona, Seunggi, dan kedua orangtua mereka spontan menoleh ke arah Taehyung.

"Maaf aku terlambat, sayang. Bodohnya aku, bunga yang kupesan ini tadi tertinggal di apartemen, aku terpaksa kembali untuk mengambilnya." Taehyung tersenyum lebar-lebar. "Selamat ya." Ia menyerahkan buket bunga warna-warni itu pada Yoona yang menerimanya dengan wajah bingung.

"Kau datang?" Gadis itu bertanya tak jelas. Ia tak pernah menyangka bahwa Taehyung akan menyempatkan diri untuk hadir di upacara kelulusannya. Dua bulan lalu Yoona memang pernah memberitahu Taehyung bahwa ia akan segera diwisuda. Tapi ia sama sekali tak mengira kalau Taehyung akan mengingat tanggal kelulusannya. Apalagi saat itu mereka hanya mengobrol santai melalui sambungan telepon dan Yoona pun tak pernah meminta lelaki itu untuk datang.

"Tentu aku datang. Tak mungkin aku akan melewatkan acara wisudamu." Taehyung tersenyum lebar menatap Yoona dengan penuh pesona. Lelaki itu lantas menoleh ayah, ibu Yoona, dan juga pada Lee Seunggi.

"Paman dan Bibi pasti orangtua Yoona. Perkenalkan saya adalah Kim Taehyung." Taehyung membungkuk hormat. "Hyungnim." Tak lupa ia menyapa Seunggi yang hanya mendengus dingin melihatnya.

Ayah Yoona memerhatikan Taehyung. Wajah pemuda itu sangat tampan, pakaiannya juga sangat rapi dan formal. Ayah Yoona tersenyum mengisyaratkan sesuatu. "Apa kau teman dekat putriku?"

Senyuman di bibir Taehyung semakin merekah lebar. Ia mengangguk penuh percaya diri. "Benar sekali, Paman. Kami memang sudah lama dekat."

Yoona tahu maksud pertanyaan ayahnya pada Taehyung. Ayahnya tengah menyelidiki apakah Taehyung adalah pacarnya atau bukan. Dan dengan mantapnya si Taehyung malah membenarkan dugaan ayahnya. Tentu Yoona tak bisa berbuat apa-apa.

Ayah Yoona tertawa dan menepuk-nepuk pundak Taehyung. "Kelihatannya kita mesti berbincang panjang lebar. Aku ingin tahu apa kau cocok untuk puteriku atau tidak."

Yoona dan Seunggi kontan menoleh. Yoona sedikit kaget dengan sikap ayahnya yang relatif mudah menerima Taehyung, sedangkan Seunggi terkejut karena ia sama sekali tak menghendaki kehadiran Taehyung di tengah-tengah keluarga mereka.

"Begini saja, nanti malam kau datanglah ke tempat Yoona. Kita akan makan malam bersama. Kau bisa main catur, tidak?" Ajak ayah Yoona.

"Catur? Saya mungkin tidak mahir bermain catur, tapi kalau Paman ingin coba-coba, boleh saja. Saya takkan menolak." Jawab Taehyung.[]

================================

Relax, It's Just Love || Vyoon FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang