Bab 18

1.5K 198 20
                                    

Meskipun Taehyung sudah berjanji untuk datang melamar Yoona, sebenarnya ia sendiri merasa bingung bagaimana cara memberitahu keluarganya tentang rencana pernikahannya ini. Pernikahan Seokjin dengan Irene akan dilangsungkan hampir satu bulan lagi. Ia tak mungkin sekonyong-konyong datang dan berkata hendak menikah juga. Dalam kepercayaan keluarga ayahnya, tidaklah baik jika sebuah keluarga menyelenggarakan dua pesta pernikahan dalam kurun waktu satu tahun, apalagi dalam tempo yang berdekatan. Konon kalau dua pernikahan semacam itu dilangsungkan, malapetaka akan menghampiri rumah tangga mereka, bahkan biasanya akan berakhir dengan perceraian.

Tapi Yoona tak bisa menunggu. Ia takut Lee Seunggi akan terlanjur menyakiti orangtua mereka jika ia tidak cepat-cepat menikah dengan Taehyung. Pikiran Seunggi yang sudah terganggu itu sungguh tak bisa ditebak lagi.

Akhirnya dengan menahan perasaan tak enak dan menebal-nebalkan muka, Taehyung datang ke rumah ayahnya.

"Aku dan Yoona akan segera menikah." Ujar Taehyung. Ia sengaja datang saat mereka semua usai bersantap malam.

"Kau bilang apa, Tae?" Seokjin menatapnya kaget.

"Maafkan aku, Hyung. Tapi sepertinya aku harus menikah sebelum pernikahan Hyung dilangsungkan."

Seokjin menatap adiknya. Lelaki itu tak bisa menutupi rasa bingungnya. "Tak bisakah kau dan Yoona menunggu?" Ia mencoba untuk bernegosiasi.

Taehyung menggelengkan kepala. Ia sungguh merasa tak enak hati karena terpaksa membuat kekalutan semacam ini di tengah-tengah keluarga mereka.

"Benar-benar anak tak tahu diri." Ibu tiri Taehyung melemparkan serbet ke atas meja makan. "Kau datang hanya untuk merusak keluarga ini. Di mana rasa terimakasihmu? Kami membesarkanmu tapi apa balasanmu, hah?"

"Eomma," Seokjin mencoba untuk menenangkan ibunya. Ia tak mau ayahnya sampai terkena serangan jantung melihat kericuhan ini. Ia melirik ayahnya yang duduk di kursi roda. Pria itu tampak kaget tapi masih dalam kadar wajar. Seokjin menghela nafas. Ia bangkit dari duduknya. "Taehyung ah, ayo kita bicara empat mata."

"Jangan kau bela anak haram itu lagi." Ibunya ikutan bangkit. "Eomma ingin tahu apa alasannya kali ini. Dia selalu saja ingin merusak ketenangan kita."

"Eommaaa." Jisoo mendecah dan menahan tangan ibunya.

"Jisoo, kau jangan ikut campur." Hardik ibunya.

Taehyung sudah terbiasa disebut 'anak haram', ia tak pernah tersinggung. "Maafkan aku semuanya." Ia menoleh Seokjin, "Hyung, aku benar-benar tak ada niat untuk merusak-----"

"----Alah, alasan!" Ibu tirinya segera menuding, "kau pasti iri pada Seokjin, kan? Melihat dia menikah, kaupun ingin menikah dan mendapatkan semua perhatian. Bagus!" Ibu tirinya terlihat seperti hendak bertepuk tangan. "Ibu dan anak sama saja. Bisanya cuma merebut dan merusak kebahagiaan orang lain."

Wajah Taehyung merah padam. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Jika bukan demi Yoona, takkan sudi ia masih berdiri tegak di hadapan ibu tirinya. Ia menoleh pada ayahnya. Seperti biasa, lelaki tua itu hanya bisa membuang muka seolah-olah malu menghadapi wujud dosanya sendiri.

"Taehyung ah, apa kalian tak bisa menunggu hingga tahun depan?" Seokjin berusaha untuk membujuk adiknya dan mendinginkan suasana yang sudah memanas itu. "Kau tak usah menunggu hingga satu tahun penuh, tunggulah sampai tahun baru tiba. Kau toh tak perlu terburu-buru."

Taehyung menoleh kakak tirinya. "Aku tidak bisa, Hyung."

"Kenapa?" Seokjin mengernyit.

"Karena sekarang Yoona sedang hamil." Dusta itu terlontar begitu saja dari mulut Taehyung. "Sekarang ini Yoona tengah mengandung anakku." Ujarnya enteng.

Relax, It's Just Love || Vyoon FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang