Basagita : Dua Gelas Thaitea

1.7K 401 62
                                    

Gita tertawa nyaring melihat wajah bingung Mario.

"Bercanda kali, tadi Pak Adika emang bilang mau telepon kamu Yo, tapi aku nggak tahu kenapa Pak Adikanya justru ninggalin kita berdua begini" ucapnya lalu disertai senyuman yang sangat cerah.

Mario sedikit terpesona. Ia seperti baru saja melihat matahari. Senyumnya itu lho, cerah banget menyegarkan kayak minuman baru dikeluarin dari kulkas.

"Kamu ngerti soal mobil Yo?" ucapan Gita menyadarkan Mario dan membuatnya kembali berpijak pada bumi.

"Eum... Sedikit sih. Nggak paham banget sebenarnya. Ini mogoknya kenapa emangnya?"

Gita ketawa, "Ya kalau aku tahu udah aku benerin sendiri Yo"

"Oh iya bener juga. Kenapa aku nggak kepikiran. Udah pernah cek air karburatornya?" Mario menatap Gita.

"Itu sebelah mananya tangki bensin?" ini Gita beneran nanya karena nggak paham soal permobilan sama sekali.

Mario mengernyitkan dahinya. Ini kenapa jadi tangki bensin. Nggak bisa nih kalau begini caranya. Mario tanya apa, si Gita jawabnya apa. "Bentar ya" kemudian Mario mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor telepon yang sudah Ia hafal di luar kepala.

Gita memperhatikan Mario dalam diam. Cowok itu sepuluh sentimeter lebih tinggi dibandingkan Gita, atau mungkin lebih. Tidak terlalu kurus, tidak pula terlalu gemuk. Pas istilahnya. Senyumnya juga lucu, bisa gitu ya berbentuk kotak.

"Aku udah telepon bengkel Git, nanti mereka ke sini buat lihat kondisi mobilnya. Kalau emang harus nginep di bengkel, nanti kamu aku antar pulang aja"

"Eh jangan, rumahku jauh. Dan pasti nggak searah kan. Nanti aku pesen taksi online aja"

Gita masih tau diri lah ya, kondisi jalan ke arah rumahnya itu macet. Bisa-bisa Mario pulang terlambat karena harus mengantarkannya terlebih dahulu.

"Aman, tenang aja. Udah biasa kok jalan-jalan, nggak usah sungkan. Kan sekarang kita rekanan"

Gita tampak menganggukkan kepalanya. "Oh iya, hampir lupa" Gita menyodorkan Thai Tea yang sedari tadi dipegangnya. "Aku nggak tahu kamu suka Thai Tea atau enggak. Ini juga tadi yang nitip Pak Adika. Tapi diminum aja kalau haus. Aku nggak mungkin habisin dua gelas"

Mario tersenyum, "Makasih. Aku suka apa aja kok Git"

"Duduk sana yuk" ucap Gita menunjuk sala satu kursi panjang yang terletak di depan Perpus Teknik. "Capek juga berdiri dari tadi"

Kemudian mereka berpindah duduk di depan Perpustakaan Teknik sambil menunggu petugas bengkel yang sedang dalam perjalanan. Mereka bertukar banyak cerita. Dari mulai awal mula Gita menjadi dosen, mengapa Gita mengambil mata kuliah Teknik, mengapa Mario tidak mendaftar menjadi dosen di Universitas tempat Ayahnya bekerja. Sedikit banyak Gita melihat kepribadian Mario ketika pemuda itu bercerita.

Dari caranya berbicara Mario terlihat pandai, namun tidak menggurui. Selain itu Ia juga ramah dan hobi melucu. Satu hal yang membuat Gita kagum, Mario itu smart dan cowok smart adalah kelemahannya. Banyak yang mereka bicarakan sampai tidak sadar bahwa petugas bengkel langganan Mario sudah datang.

"Mas Mario, mana mobilnya yang mogok?"

"Eh Jek, baru dateng?" Mario segera berdiri dan menghampiri Zacky, atau yang biasa dipanggil Jeki. "Kok lo yang dateng, nggak anak buah lo gitu?"

"Tadi Mas Fajrin yang nyuruh, katanya pelanggan harus didatengin langsung sama ownernya biar seneng gitu. Gue bawa back up sih Mas, orang lain yang lebih paham. Mobilnya mana?"

"Itu disana!" tunjuk Mario. "Mobil temen gue. Kenalin, ini Gita yang punya mobil"

Zacky mengalihkan pandangannya pada Gita dan senyum simpul yang di balas oleh senyum dan anggukkan dari Gita. "Waduh, temen apa temen nih mas?"

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang