Mario : Group Chat

1.6K 355 100
                                    

Gita tidak pernah menyangka jika makan malam pada hari itu akan terasa sangat berbeda. Biasanya makan malam hanya akan akan ada suara sendok yang beradu dengan piring, namun kali ini suara Mama dan Papa ikut mendominasi. Seolah tidak mau kalah dengan suara sendok dan piring yang mereka ciptakan. Makan malam kali ini terasa berbeda, sebab Mario datang untuk meramaikan suasana. Dari yang awalnya berniat menemani Papa makan malam, berakhir jadi makan malam bersama keluarga Gita ketika Mama pulang lebih cepat dari semestinya.

Mama dan Papa terlihat sangat bahagia, setelah sekian lama tidak ada anak laki-laki yang mampir di rumah mereka, hari ini Mario memecahkan rekor sebagai pria pertama yang Gita bawa pulang semenjak bekerja sebagai Dosen Swasta. Dulu ada sih, jaman Gita masih kuliah S1, tapi itu dulu sebelum semuanya berubah dan sebelum Gita terlihat lebih muram dari biasanya.

"Aku balik ya, makasih makan malamnya. Rame juga Mama dan Papa kamu" Mario nyengir.

"Rame karena ada kamu, biasanya juga suara jangkrik di luar lebih kenceng dari pada suara dari rumah ini" Gita menunjuk rumahnya sendiri. "Baliknya hati-hati ya, kabarin kalau udah sampai rumah. Makasih banyak Yo"

"Eh besok jadi?"

"Ke bengkel?"

Mario mengangguk. Gita nampak berpikir sejenak.

"Jadi, kan mau ambil mobil" ujar Gita

"Yaudah aku jemput kamu jam berapa?"

"Jam sepuluh aja, biar nggak terlalu pagi"

Mario kembali mengangguk kemudian Ia bersiap segera meninggalkan kediaman Lazuardi.

Gita melepas kepergian mobil Mario yang mulai berjalan meninggalkan kompleks perumahan tempat tinggalnya. Saat Gita berbalik, Mama sudah berdiri di belakangnya sembari mengunci lengannya di balik punggung.

"Boleh juga ya Mario" ucap Mama sambil menaik-turunkan alisnya. "Mama suka"

Gita memutar bola matanya.

Yeu, Mama sih anakonda operasi plastik sama dikasih parfum juga bakalan suka.

Gita berjalan tanpa menghiraukan ucapan sang Mama. Ia sudah sangat yakin apabila meladeni sang Mama maka tidak akan ada habisnya. Mama selalu memiliki seribu alasan dan cara supaya membuat Gita kalah.

"Besok janjian mau kemana?"

Gita segera berbalik menatap yang sama.

"Lihatinnya biasa aja dong. Nggak usah pake nyureng-nyureng itu matanya" Mama berujar sambil terkikik mirip kuntilanak.

"Mama tuh, bisa nggak sih nggak usah kepo!" sungutnya kesal.

"Nggak sengaja dengerin ihh, galak banget deh anaknya Pak Lazuardi nih. Heran, padahal Mamanya nggak galak"

Gita jadi manyun. Ia segera balik badan dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Bodo amat sama Mama yang masih ketawa-ketawa di depan rumah.

Gita bersungut-sungut masuk ke dalam rumah. Ia butuh air dingin. Seketika Ia segera menuju dapur rumahnya dan membuka pintu kulkas untuk mendapatkan segelas air minum. Gita sangat jengkel jika terus menerus ditanyai atau digoda soal Mario. Ia dan Mario tidak ad ahubungan yang spesial. Murni karena rekan kerja saja. Memangnya laki-laki dan perempuan tidak boleh berteman? Memangnya laki-laki dan perempuan harus selalu terlibat dalam hubungan romantically involved? Ah Gita pusing! Tanpa sadar Ia membanting pintu kulkas dengan sekali hentakkan. Membuat Papa yang sedang membereskan peralatan makan jadi terlonjak kaget.

"Kenapa sih Nak?" Papa yang masih membereskan piring-piring di atas meja makan ikut kepo karena melihat wajah Gita yang sudah terlipat-lipat.

"Mama tuh, kepo banget. Suka nguping" Gita berjalan menuju tempat cuci piring, tanpa dikomando Ia segera mencuci piring yang telah dibereskan oleh sang Papa. Sejak Gita lulus SMP keluarga Lazuardi sudah tidak memiliki asisten rumah tangga. Seluruh pekerjaan rumah dikerjakan bersama-sama dengan penuh tanggungjawab.

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang