Basagita : Pulang Bareng

1.5K 388 174
                                    

Gita mendongak dan mendapati Mario sudah berdiri di hadapannya dengan membawa segelas Es Cincau dan satu piring bola-bola ubi berwarna ungu. Ia panik! terlebih saat Mama sudah mulai melirik dengan mata dan penglihatan supernya. Meskipun Mama tidak menoleh, Gita tahu pasti wanita itu melirik melalu ujung matanya yang masih awas meski hampir memasuki usia lima puluh empat.

"Ngapain kesini?!" serunya dengan suara tertahan. Takut Mama dengar. 

Mario segera menjatuhkan pantatnya di kursi yang berseberangan dengan kursi Gita. Membuat gadis itu melotot karena Mario sudah memasuki kandang singa. Dalam konteks ini, yang dimaksud singa adalah Mama Gita. "Males ah, diledekin terus sama Mas Dika, lagian juga diatas nggak ada temen ngobrol"  sebetulnya bukan sepenuhnya salah Dika. Kalau masalah diledekin Adika sih Mario sudah kebal. Tante-tantenya itu lho repet banget nanyain kapan nyusul Jagad, kapan ngenalin pacar, kapan nikah? Mario lama-lama jadi capek sendiri menghadapi keluarga besarnya.

Gita makin mendelik!

Yang ada kalau Mario duduk satu meja dengannya justru makin diledekin! Ah Saipul nih pikirannya kemana sih?

"Mending juga duduk disini kan, lebih seger banyak pohonnya!" Mario nyengir bagai kuda.

Banyak pohonnya ndas mu!

Gita sudah bersungut-sungut dalam hati. Ini pasalnya sang Mama sudah berdiri dari kursinya. Tanpa menunggu lama pasti Mama akan segera menggeser pantatnya dan duduk semeja dengan Gita. Saat nanti Mama sudah duduk satu meja, percayalah nyawa Gita sudah separuh keluar dari tubuhnya. Bye World, I love you!

"Ehem!"

Mario menoleh.

Gita? Jangan ditanya deh. Gadis itu bahkan tidak berani menatap ke arah sumber suara. Karena sudah yakin suara tersebut milik Mamanya. 

Mario memberikan senyuman paling lebar. Dalam sekali lihat juga Ia tahu bahwa beliau adalah Ibunda dari Gita. Lihatlah senyum itu dan matanya yang sangat mirip dengan milik Gita. "Selamat siang Tante" ucapnya sambil berdiri. "Perkenalkan saya Mario, rekan kerja Gita di Kampus" Mario mengulurkan tangannya yang langsung di jabat hangat oleh Mama Gita.

"Oh, kamu ya yang sering nganterin anak Tante itu?" Mama Gita membulatkan matanya pura-pura terkejut. Padahal sih sudah tau. Kan sering ngintip melalui jendela kalau Gita diantar pulang.

Mario menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kemudian Ia mengangguk kikuk. "Iya Tante"

Mama Gita sudah mendaratkan pantatnya di kursi tepat di sebelah Gita. "Lho ini janjian sama Gita?" ucapnya lagi.

Mario menggeleng. "Enggak Tante, kebetulan ada acara keluarga di lantai dua. Terus nggak sengaja ketemu Gita" Mario meraih Es Cincaunya yang masih setengah gelas meminumnya perlahan-lahan. Ia butuh pengalihan supaya tidak harus menatap mata nyalang milik Ibunda Gita.

"Tante ada acara ya sama Gita? Kayaknya saya ganggu?" Mario berujar yang nyaris membuat Gita tersedak. Buru-buru gadis itu mendelik ke arahnya. Memberikan sebuah tanda untuk tidak membuka percakapan kalau tidak ditanya oleh singa betina.

Tapi memang dasar Mario itu lemot, otaknya lama sekali memproses sebuah informasi. Sehingga belum selesai Mario menangkap pesan yang Gita sampaikan atensinya sudah teralih pada Mama Gita.

"Tante ada arisan sih, Gita cuma nemenin. Nggak ganggu kok Nak Mario. Tante kali nih yang ganggu kencan kalian"

"Ma, please" Gita sudah melotot dan meminta sang Mama pergi.

Mario berusaha menguasai udara yang tiba-tiba menipis. Rasa panas seketika menjalas di kedua pipinya. Layaknya anak ABG, Mario kini tersipu-sipu malu.

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang