Basagita : Closure

943 222 42
                                    

Dito hampir setiap hari berkunjung ke rumah. Gita selalu saja dapat menemukannya disetiap sudut rumahnya. Wangi khas pemuda itu juga sering tertinggal di sofa, membuat Gita terlempar ke nostalgia. Dimana Dito nyaris dua puluh empat jam dalam sehari berada di rumahnya. Bahkan Mama sudah menganggap Dito anak laki-lakinya sendiri. Gita tidak pernah merasa keberatan saat itu, Ia senang membagi sesuatu miliknya dengan Dito. Ia bahkan membagi hatinya dan memberikan separuhnya pada pemuda itu secara sukarela.

Tetapi sekarang berbeda, Ia senang Dito kembali dan mengisi kekosongan rumahnya dengan sikap ramah dan berisiknya. Ia juga kembali merebut perhatian Mama dan Papa Gita. Ia kembali menjadi anak mereka berdua. Namun sekarang berbeda, ada perasaan tidak nyaman saat Dito kembali datang.

"Eh udah pulang, kok cepat. Baru juga jam dua siang" Dito muncul dari dalam rumah. Ia membawa satu toples berisi pakam ikan Koi yang dipeluknya di depan dada.

Gita menghela napas panjang. Ia tidak berharap menemukan wajah Dito yang muncul dari balik pintu rumahnya. "Jadwal ngajarnya sudah habis"

"Wah asik dong, bisa lihat sunset nih kita. Yuk, udah lama juga kan nggak lihat sunset"

"Capek ah, nggak mau" Gita berjalan ke arah kamarnya. "Ajak Mama aja"

"Udah kemarin, sama Papa juga waktu kamu pulang malem"

Gita cepat-cepat menoleh, matanya sampai menyipit. Kemudian Ia sadar, wajar sih kalau sudah sampai tahap nonton sunset bareng. Mereka memang sedekat itu.

"Makanya sekarang gantian ajakin kamu, sekalian refreshing. Kayaknya penat banget deh kamu"

"Nggak" sentaknya, kemudian berbalik dan kembali menaiki tangga rumahnya yang justru membuat Dito terkekeh.

"Galak banget, untung aku betah sama kamu yang galak" ujarnya dengan nada menggoda yang semakin menyulut api kemarahan dalam diri Gita.

"Katanya betah, kok ditinggalin?" sahutnya sinis tanpa menoleh, kemudian masuk ke dalam dan dengan hentakan kencang Ia membanting pintu kamarnya.

BLAM!

Gita menghilang dibalik pintu. Meninggalkan Dito dan senyumnya yang kian memudar.

***

Gita membanting tubuhnya diatas tempat tidur. Ia merasa bersalah telah berkata kasar pada Dito. Mungkin maksud pemuda itu baik, tetapi entahlah, hari ini perasaan hati Gita memburuk. Mario masih tidak dapat dihubungi, pemuda itu menghilang seperti ditelan bumi. Lenyap begitu saja, dari pandangan Gita juga dari jangkauan tak kasat matanya.

Ia mengalami kejadian buruk dengan hal seperti ini. Dulu Dito yang pergi begitu saja, menghilang tanpa kabar hingga ratusan purnama. Sekarang, Mario pun melakukan hal yang sama. Ada luka di hati Gita yang belum sembuh sempurna, sekarang luka itu kembali mengaga dan meninggalkan trauma sendiri pada dirinya. Apakah pada akhirnya pria yang Ia sayangi akan selalu memperlakukannya seperti ini? Menghilang tanpa kabar. Membuatnya khawatir. Membuatnya cemas.

Gita melirik ke arah kalender duduk yang berada diatas mejanya. Ia meraihnya dan melihat linglaran merah pada sebuah tanggal. Hari dimana Mario akan pulang. Ia mulai menghitung hari, sama seperti saat kepergian Dito dulu, Ia menghitung hari kapan pemuda itu akan kembali. Hingga pada akhirnya Ia melupa. Hingga pada akhirnya Ia merela. Jadi, akanlah Ia melakulan hal yang sama? Melupa lalu merela?

"Gita"

Itu suara Dito, Ia menyusulnya. Gita tidak beranjak sedikitpun dari posisi rebahnya. Ia justru semakin memejamkan matanya. Kepalanya begitu penuh dengan Mario beberapa hari ini.

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang