Basagita : Pacaran dulu ya!

1.2K 219 11
                                    

Gita membawakan camilan berupa pisang goreng dan teh manis hangat ke ruang tengah. Di sana sudah ada Mario yang duduk menatap layar laptopnya dengan sangat serius. Orang tua Gita minggu ini memang sedang pergi ke Gresik untuk menghadiri salah satu pernikahan kerabat. Gita yang memang malas ikut acara-acara keluarga sejak lulus S2 memutuskan untuk tinggal di rumah. Dari pada pusing ditanyain kapan nikah, kapan punya anak, dan kapan-kapan yang lain lebih baik Gita menghabiskan waktu di rumah. Hitung-hitung me time mengganti lima hari jadwal kerja yang sudah seperti romusha.

Jangan kira menjadi dosen itu mudah. Gita harus mengerjakan RPS, belum lagi ada proposal pengabdian masyarakat, proposal pengajuan hibah, dan ditambah mengoreksi sederet laporan serta revisi tugas akhir. Apalagi kalau  ada rapat pimpinan dan rapat koordinasi. Udah deh rasanya Gita ingin resign saja. Tapi apa daya, Gita belum kaya raya, jadi tidak bisa resign. Gita yakin untuk mengajukan resign kalau calon suaminya macam pewaris Dinasti Hartono. Kalau belum setara dengan keluarga Hartono Gita masih mikir-mikir. Pasalnya harga tanah semakin mahal, belum nanti juga butuh untuk beli mobil, ditambah pula kalau sudah memiliki anak Ia juga harus memikirkan biaya vaksin serta pendidikannya kelak. Astaga puyeng banget, belum juga nikah pusingnya udah dari sekarang. 

Nggak usah nikah aja apa yak?!

"Serius banget sih, ngerjain apaan?" Gita meletakkan nampan diatas meja dan menurunkan sepiring pisang goreng serta dua gelas teh hangat dari sana. Ia kemudian duduk di sofa dengan memangku nampannya diatas paha.

"Proposal penelitian buat apa lagi? Dana hibah?" Tanya Gita.

Mario mengangguk, "Buat INSINAS" jawabnya singkat.

"Ngajuin penelitian apaan?"

"Pesawat nirawak buat eksplorasi bahan galian gitu"

Gita mengangguk singkat. Otaknya kemudian lari kemana-mana memikirkan beberapa metode dan kemungkinan untuk mewujudkan pesawat nirawak tersebut. "Pake SWARM?"

"Nggak, ini single robot aja"

"Kenapa nggak pake SWARM aja gitu, kan lebih efisien. Adaptasi aja gerak naturalnya lebah. Aku kayaknya ada contoh pemodelannya. Bentar aku ambil laptop dulu" Gita beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

Sedangkan Mario rehat sejenak untuk mencomot pisang goreng yang masih hangat dan baru diangkat dari penggorengan tersebut. Tak lama Gita datang dengan laptop ditangannya. Ia kemudian duduk bersila tepat di sebelah Mario.

"Kamu pernah bikin SWARM emang?"

Gita tidak menjawab, Ia justru melontarkan pertanyaan yang lain, "Tau Rakasya nggak?"

"Oh mahasiswa songong itu?" Mario masih asin kalau membicarakan soal Rakasya, salah satu mahasiswa jeniusnya yang songong. "Nyebelin banget masa waktu aku ngajar image processing dia nyalahin metode yang aku pake. Padahal kalau di impros tuh nggak bisa kita paten pake satu metode, soalnya kan based on practice bukan based on theorem"

"Dia yang ambil penelitian itu?" Tanya Mario.

Gita mengangguk, "And guess what? Dia milih aku jadi pembimbingnya. Gila, aku nggak siap membimbing mahasiswa kelewat jenius, bukan masalah takut kalah saing sih. Tapi lebih ke orang pinter tuh kadang dikasih taunya susah, ngerasa paling pinter sedunia dan nggak butuh orang lain"

"Terus kamu tetep ambil?"

"Ambil, tapi aku bilang maunya jadi dosen pembimbing 2 aja. Puyeng banget kalau harus debat sama dia" ucap Gita dengan mata yang masih sibuk mencari folder dan laporan penelitian mahasiswanya.

"Dosbing satunya siapa?"

"Pak Rasni, biarin deh puyeng-puyeng tuh Pak Rasni debat tiap hari sama Rakasya"

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang