Mario : Te Quiero Mucho

1.1K 233 66
                                    

Mario duduk di ruang tunggu keberangkatan. Berbekal passport dan tas ransel berisikan laptop, Ia duduk termenung menatap landasan pacu kapal terbang komersial yang berlalu lalang membelah angkasa. Kopernya sudah masuk ke dalam bagasi sejak tadi. Kini pikirannya melayang-layang menatap langit pagi ini yang cukup cerah. Seolah bersorai menyambut kepergiannya selama beberapa hari ke Negeri Gajah Putih. Ia menghembuskan napas berat dan panjang. Sepertinya perjalanannya selama satu minggu ke depan akan nampak sangat membosankan. Meskipun dalam rundown yang tertera di dalam jadwal tidak ada sedikitpun waktu istirahat selain gala dinner dan tidur malam.

Pikirannya berlarian, membayangkan jutaan kemungkinan dan skenario di dalam kepala yang terus Ia rapalkan sebagai mantra agar tidak pernah terjadi. Skenario yang membuat napasnya sesak akhir-akhir ini.

Kekhawatirannya begitu besar. Ia tidak pernah merasa secemas ini.

Namun panggilan terakhir penerbangan menuju Thailand membuatnya menelan bulat-bulat seluruh kekhawatirannya. Menenggelamkannya ke dasar paling dalam dan menguncinya rapat dalam kotak dosa.

Setidaknya sampai seminggu ke depan. Iya, seminggu ke depan. Mario memberi batas waktu hingga Ia mendarat lagi di pangkuan ibu pertiwi.

Setelahnya, apapun itu Mario akan menerima dengan lapang dan ikhlas. Apapun itu, Ia sudah berusaha sangat keras dalam menggerakkan restu semesta. Andai kata tak terwujud, Ia akan tetap keluar sebagai pemenang. Memenangkan pertarungan atas dirinya sendiri. Pertarungan mengalahkan ego dan rasa pongah dalam dirinya.

Setidaknya setelah semua ini berlalu, Mario akan terlahir menjadi pribadi yang lebih tangguh.

Ya, setidaknya begitu cara Mario membesarkan hatinya.

If she says good bye,
He won't be asking why

He would simply let her go.
Sometimes, the harder you hold
The deeper cut that remain

"Yo, sudah last call, ayo gek ndang masuk" (Yo, sudah last call, ayo buruan segera masuk)

Seruan dari Pak Sigit, dosen senior yang menjadi partnernya membuyarkan pikiran Mario. Ia segera bergegas merapikan barang-barangnya dan berjalan menuju burung besi yang akan memberangkatkannya menuju Thailand.

Seminggu lagi, Gita. Tunggu, seminggu lagi.

Rapalnya dalam hati.

***

Hari ini Mario berangkat, Gita sudah tahu sejak kemarin. Pagi tadi pun Ia sengaja bangun pagi buta, dan mengirimkan pesan singkat menanyakan kesiapan Mario untuk bertugas selama seminggu ke depan. Tidak ada yang aneh dalam percakapan itu, tidak sampai Mario berkata sampai jumpa lima hari lagi. Gita merasa seperti akan ditinggal dalam waktu yang sangat lama.

"Sampai jumpa satu minggu lagi"

"Kamu ngomong gini kayak kita nggak akan video call aja deh"

Mario hanya tertawa diujung telepon sana. Kemudian pemuda itu mengakhiri panggilannya dengan satu kalimat asing yang Gita tak mengerti maksudnya. "Te Quiero Mucho, Gita"

"Huh?"

"Bye, sampai jumpa lagi"

Ucapnya sebelum panggilan akhirnya terputus secara sepihak.

Penerbangan yang Mario tempuh hanya memakan waktu paling lama 5 jam perjalanan. Tidak akan selama penerbangan dari New Zealand ke Greend land. Tetapi hingga menjelang sore saat Gita hendak pulang dari kantornya, Mario tidak kunjung mengabarinya.

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang