Mario : Berdua Saja

1.6K 390 69
                                    

"Jadi makan siang sama Gita?" Adika yang kebetulan tidak ada jadwal mengajar sengaja banget pagi-pagi sudah nongkrong di ruangan Mario.

Si adik yang baru saja menyalakan laptop jadi mendengus kasar mirip kuda.

"Ih pundungan ditanyain sama Abang sendiri juga" Adika menarik kursi yang ada di hadapan meja Mario lalu duduk berhadapan dengannya. "Nggak apa-apa, pepet aja. Gita udah lama jomblo tau"

Mario menatapnya malas. Sumpah ya ini nggak ada yang mau tukar tambah abang dengannya? Sudah malas nih Mario meladeni segala tingkah aneh Adika. "Masih pagi mas, nggak usah ganggu orang. Udah sana balik ke ruangan lo!" hardiknya.

Emang racun sih kalau cerita ke Adika, antara dia bakalan ember ke Ibu atau bakalan digodain habis-habisan. Kali ini Adika melakukan opsi yang kedua, setelah disogok akan dibelikan satu set gundam terbaru. Tapi yagitu, jadi tidak bisa diam. Sebentar-sebentar tanya. Salah juga sih Mario pake lupa ngunci kamar dan membiarkan Adika menginvasi kamarnya. Membuka ponselnya saat Ia mandi dan menemukan chat ajakan makan siang Gita.

Habis sudah martabat Mario di hadapan abangnya, terlelang tak bersisa. Diledek sampai lebaran monyet atau mungkin sampai hari perhitungan di padang makhsyar nanti.

Adika meletakkan sebotol parfum ke atas meja dan menyorongkannya ke arah Mario.

"Parfum?" tanya Mario.

"Gita sensitif sama bau-bauan. Ini kata Kalila, gue udah tanya-tanya ke Kalila soal apa yang Gita suka dan apa yang Gita nggak suka" Adika kemudian memamerkan senyuman yang sangat lebar. Ia berbangga hati dengan kinerjanya yang sangat luar biasa dalam membantu kisah percintaan sang adik.

"Mas! Bisa nggak sih lo tuh biasa aja. Nggak usah begini-begini amat! Gue sama Gita tuh nggak ada apa-apa!" sewotnya.

"Ih kenapa sih. Cuma parfum doang. Biar wangi. Sini gue semprotin" Dika menyodorkan parfum ke arah Mario dan menyemprotkannya dalam jarak dekat. Membuat pemuda itu terbatuk-batuk akibat butiran air parfum masuk ke saluran pernafasannya.

Ini sih Dika bukan nyemprot parfum, tapi emang niat mau bunuh adeknya sendiri. Batin Mario.

Sumpah ya, tingkat kerempongan Adika jauh melebihi Ibunya sendiri.

"Mas!" bentaknya "Gue bisa mati, ih udah!" Ia merebut parfum dari tangan Adika kemudian menyeretnya hingga berdiri dan mendorongnya keluar ruangan.

"Lama-lama lo rese kaya Ibu. Udah sono balik kerja!"

Adika hanya tertawa, namun sebelum Ia pergi, Adika sempat membisikkan sesuatu untuk Mario, "Goodluck ya cil, semoga emang kali ini berjodoh"

"Bacot, sana balik" Balas Mario dengan suara selirih mungkin, karena Ia tidak boleh mengumpat dilingkungan kampus. Kalau dilihat mahasiwanya bisa-bisa turun kredibilitas Mario sebagai seorang dosen.

Mario buru-buru menutup pintu ruangannya. Sengaja Ia menahan dirinya di balik pintu, supaya Adika tidak dapat mendorong pintu tersebut dan memaksakan untuk masuk. Tapi bulan Dika namanya kalau nggak rese!

Laki-laki itu berteriak agak kencang yang membuat Mario tengsin setengah mati.

"Jangan makan ayam geprek, nanti mulut lo bau bawang! Ajakin makan ke Bilik Kayu aja ya Yo!" ucapnya dengan lantang.

Bilik Kayu Heritage tempat makan favorit keluarga Danishwara, bahkan acara pernikahan Adika dan Ardita juga di selenggarakan di Bilik Kayu karena nuansa jawa-nya yang khas dipadukan dengan nuansa modern dan kebun-kebun yang luas sehingga menjadi spot favorit untuk mengadakan pesta pernikahan.

Mario buru-buru membuka pintu dan langsung menyemprot Adika, "Bacot bang--"

"Ehem!"

"--nget..."

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang