Mario : Inikah Jatuh Cinta?

1.5K 323 74
                                    

Jika ditanya apa hubungannya dengan Mario, maka Gita akan menjawabnya sebagai teman. Saat dicecar lebih dalam lagi oleh orang lain giliran Mario yang akan menjawabnya sebagai, teman paling baik. Namun kedua jawaban tersebut tidak ada yang memuaskan. Justru membuat emosi siapa saja yang bertanya. Sikap Mario yang santai dan Gita yang suka tarik ulur membuat hubungan keduanya jalan ditempat seperti paskibraka yang sedang merapikan barisan.

"Gengs! Aku ada berita baik!" Kalila setengah berlari menghampiri tempat duduk Mario dan Gita. Siang ini Mario dan Gita memutuskan untuk makan siang di lab Mario, dan si centil Kalila datang menginterupsi.

Gadis dengan mata berbentuk seperti rubah itu menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahnya. "Coba tebak?" Ia semakin semangat menggoyangkan tangannya naik-turun seperti berjoget ala ala TikTok yang sedang ramai dibuat oleh mahasiswanya.

Gita melipat keningnya, "Lah katanya mau ngasih tahu berita baik? Kok disuruh nebak sih?" ucapnya. Ia menusukkan garpu ke pada potongan semangka yang sudah disiapkan oleh Mario untuk mereka berdua.

"Aduh nggak asik dong kalau gue langsung kasih tau! Ayo tebak dulu lah!" Kalila masih dengan semangat yang membara mulai menggoyangkan jari-jarinya lagi.

"Menang undian Mirota dapet rumah di Sedayu?" Tebak Mario asal menyebutkan hadiah utama undian salah satu swalayan itu.

"Bukan! Ihh Mario"

"Ah dapet tiket konsernya BTS?" kali ini giliran Gita yang menebak.

"Idiih, gue nggak suka Kpop ya plis! Emangnya lo sama si Dora?!" cibir Kalila. Padahal beberapa waktu lalu Gita memergokinya memperagakan goyangan TT salah satu member Twice.

"Nggak suka Kpop my ass"  cibir Gita.

"Gita, nggak boleh ngomong kasar. Kalau keceplosan di depan Mahasiswa gimana?" Mario menegur gadis itu dan menjepit bibir Gita menggunakan kedua tangannya.

"Ih jangan pegang-pegang tangan kamu bau sambel!" Gita menepis tangan Mario dan mengelap bibirnya dengan cepat. Tadi mereka memang makan ayam geprek dengan ekstra sambal. "Bisa-bisa kena rabies aku ih!"

"Aku udah di vaksin kali!" bukannya mengelak, Mario justru menimpali ejekan Gita.

"Punten, maap nih ya maap. Aku kan mau ngasih kabar baik, kok malah disuguhi pemandangan orang pacaran sih?" Kalila ini memang nggak konsisten, dikit-dikit menggunakan gue, lalu lain waktu msnggunakan kata ganti aku. Ia hanya menggunakan bahasa prokem untuk teman di lingkungan pergaulannya, dan karena Gita adalah teman kuliahnya sehingga Kalila lebih nyaman ber-gue-elo. Lain dengan Mario yang lebih nyaman menggunakan aku-kamu.

"Yaudah sih. Makanya langsung ke poinnya aja! Nggak usah main tebak-tebakan!" sungut Gita.

"Kalian tuh nggak peka emang. Pantesan hubungan nggak naik status. Nih lihat jari-jari aku dong!"

Mario berjengit kaget mendnegar ucaoan Kalila. Ia buru-buru memperhatikan raut wajah Gita yang terlihat biasa saja.

Ah, rupanya hanya Ia yang merasa. Sedangkan Gita biasa saja. Mario tersenyum kecut.

"Nih!" Ila meletakkan kesepuluh jarinya diatas meja. Membiarkan Gita dan Mario menilai.

Pupil mata Gita melebar tatkala menangkap sebuah cicin kecil tersemat di jari manis Kalila. Tangannya menutup mulutnya yang setengah menganga.

"OMG!" teriak Gita begitu menyadari sesuatu. Matanya menatap mata Kalila dengan raut bahagia dan mata yang berkaca-kaca. "You don't say..."

Kalila ikut berkaca-kaca, justru gadis itu sepertinya sudah siap untuk menangis. "Yes!" ucapnya sejurus kemudian membuat Gita bersorak bahagia. Baik Gita dan Kalila keduanya berdiri dari tempat duduk masing-masing lalu saling menghambur ke dalam sebuah pelukan hangat.

Gita's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang