7. Mine

3.1K 229 24
                                    

Happy reading ✨

Saat ini Adli sedang berdiri di depan kelas IX IPA-4. Dia sedang menunggu Vio. Yap betul, sekarang Adli ada di depan kelas Vio, ia sudah berjanji akan meminta maaf pada ibunya Vio, sesuai permintaan gadis unik itu. Saat sedang menunggu tiba-tiba ia melihat pria berkacamata memasuki kelas Vio, namun sebelum benar-benar masuk Adli memanggilnya.

"Heh lo," panggil Adli kepada pria yang bernametag Rian.

"Gue?" tunjuk Rian kepada dirinya sendiri.

"Suruh Vio kesini," titah Adli tanpa basa-basi.

Rian mengerutkan keningnya. Ada apa dengan pria yang notabene nya 'ganas' ini mencari gadis lugu seperti Vio. Apa jangan-jangan Adli memanfaatkan ke polosan Vio? Tanpa pikir panjang Rian langsung memanggil Vio karena tidak ingin menjadi korban kekerasan Adli.

Vio keluar dengan penampilan kusutnya. Ia habis menangis karena menonton drama Korea di kelas. Vio nonton Drakor secara maraton karena ini jam kosong. Mata Vio sembab dan rambutnya sedikit kusut.

Adli yang melihatnya sedikit kaget. "Lo kenapa?"

Vio menggelengkan kepalanya. Ia masih tidak mood untuk berbicara. Dasar baperan!

"Gue tanya lo kenapa?!" suara Adli menyeramkan di telinga Vio. Adli yang melihat raut wajah Vio yang ketakutan pun langsung memegang pipi Vio dengan lembut.

"Lo kenapa?" tanya Adli lebih lembut. "Liat gue."

Vio menatap mata hitam legam milik Adli. Tajam namun teduh. Vio yang melihat itu pun memegang dadanya.

"Adli, kenapa jantung Vio kaya yang joget-joget ya," ucap nya polos dihadapan Adli.

Adli menarik tangannya dari pipi Vio dan ia pun hanya menatap Vio dengan tatapan—yang tidak bisa di artikan.

"G-gue tanya lo kenapa Arashla Rablee Violyn?" Adli sedikit gugup karena penuturan Vio yang frontal seperti tadi.

"Oh iya. Vio abis nangis soalnya nonton drama Korea. Adli mau apa kesini?" selalu saja menggemaskan tingkah Vio ini.

Cuma gara-gara Drakor? Dasar cewek! Untung lucu, kalo engga oo udah gue baku hantam disini juga. Batin Adli.

"Lo pulang bareng gue. Sekalian gue mau ketemu sama Ibu lo," ucap Adli dengan santai.

"Vio dijemput sama supir. Adli ikutin aja dari belakang," usul Vio.

"Lo pulang sama gue!" ucapan Adli penuh penekanan. Artinya tidak bisa di tolak dan itu mutlak.

Vio meneguk salivanya susah payah karena ternyata Adli seram juga, jika dipikir-pikir dari awal pertemuan mereka Adli selalu memberikan tatapan tajam kepada Vio. Tajam dalam artian lain dan itu... Entahlah Vio juga tidak mengetahuinya.

"I-iya Adli," Vio menundukkan kepalanya tak berani menatap mata Adli.

"Gue tunggu depan gerbang," setelah itu Adli pergi untuk kembali ke kelasnya, namun baru beberapa langkah Adli membalikan tubuhnya dan kembali kepada Vio.

"Ada apa Adli? Ada yang lupa?" tanya Vio yang heran dengan Adli.

Tangan Adli membenahi rambut Vio yang berantakan. "Ini yang lupa," ujar Adli dengan mata yang fokus pada rambut Vio. Oh jangan tanya keadaan Vio, dia—

"Adli jangan pegang-pegang Vio. Dari tadi jantung Vio joget mulu gara-gara dipegang Adli," Vio melangkah mundur dan mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Adli tersenyum gemas melihat tingkah Vio. Lalu ia pergi begitu saja dengan senyum yang menghias di bibirnya.

"Lucu," gumam Adli.

Sedangkan Vio masih termenung dengan tangan yang setia di dadanya.

"Ya Allah, Adli manis banget," Kedatangan Bella membuat Vio kaget.

"Astagfirullah, Bella ngagetin aja."

Bella terus menatap punggung Adli yang menghilangkan di belokan koridor. Bella senyum-senyum sendiri seolah-olah yang barusan mendapatkan perlakuan manis dari Adli adalah dirinya.

"Bella kamu kenapa?" Vio menggoyangkan tubuh Bella.

"VIO LO HARUSNYA PEKA!"

• • •

Adli menunggu Vio diluar gerbang, sesuai janjinya tadi. Ngomong-ngomong soal Vio perlakuan Adli saat tadi kepada Vio itu refleks. Adli sendiri tidak sadar jika ia melakukan hal itu kepada Vio. Shit! Kenapa ia jadi memikirkan Vio?

"Adli!" Vio memanggil Adli sambil menghampirinya. "Ayo."

Adli langsung menaiki motornya dan diikuti oleh Vio dibelakangnya, namun Adli melihat paha Vio terekspos karena roknya yang terangkat. Adli menggeram dalam hati lalu menyuruh Vio untuk turun dulu.

"Ada apa?" tanya Vio yang sudah turun.

Adli tidak menjawab ia malah membuka jaket hitam yang terdapat lambang Aquila di bagian dada kanan jaket tersebut. Lalu ia mengikat jaket itu pada pinggang Vio. Dalam posisi yang dekat seperti ini membuat aroma strawberry dari rambut Vio menyeruak dalam hidung Adli. Tiba-tiba Adli mundur.

"Ganti sampo lo pake yang jeruk. Gue gasuka bau strawberry," ucapan Adli terdengar seperti seorang ibu yang melarang anaknya.

"Loh kok Adli jadi ngatur-ngatur Vio sih? Suka-suka Vio dong. Lagian Vio suka strawberry," Vio tidak terima jika Adli seenaknya mengatur Vio.

"Gue berhak ngatur lo." tegas Adli dengan mata tajam yang menatap Vio dalam.

"Apa hak Adli? Ini hidup Vio," Vio kesal dengan perlakuan Adli kepadanya.

"Karena mulai saat ini lo pacar gue!"

Vio tercengang mendengarnya. Ia tak berkutik sedikitpun. "M-maksud Adli apaansih?" Vio mencoba bersikap biasa saja, namun percuma karena detak jantungnya kembali berjoget ria. Bahkan kali ini lebih dari sekedar joget.

"Lo milik gue sekarang! Dan gue gak nerima penolakan!" FINAL! Ucapan Adli tidak dapat dibantah.

"Adli ka—"

🌵🌵🌵

Jangan lupa vote sama semangatnya!

Makasih udah baca♥️

✍️Rabu, 4 Maret 2020

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang