Happy reading and stay safe✨
"Kondisi Vio semakin memburuk. Mungkin kelihatannya ia baik-baik saja, tetapi tubuhnya mulai melemah. Untuk beberapa hari Vio harus dirawat dulu disini sampai kondisinya stabil." Ujar Dokter Fransco serius.
"Baik, Dok." Hana hanya bisa pasrah dan berdoa saat mengetahui bahwa anaknya sedang dalam kondisi buruk. "Kalau begitu saya permisi." Lanjut Hana dan pergi dari ruangan Dokter Fransco yang sudah menangani Vio dari dulu.
• • •
Adli dengan kedua temannya saat ini sedang berada di basecamp Aquila, disana juga terdapat beberapa anak Aquila lain. Ada yang sedang bermain kartu, bermain PS, merokok, ngobrol, bahkan ada yang sedang tidur. Lihatlah mereka tidak segan-segan disini, karena bagi mereka basecamp ini adalah rumah kedua. Sedangkan Aquila sendiri adalah keluarga kedua.
Setelah kejadian dimana Epsilon mengobrak-abrik basecamp Aquila, anak-anak langsung berinisiatif untuk membereskannya bahkan sedikit merenovasinya.
Jika bayangan kalian sebuah basecamp anak geng itu menyeramkan, penuh debu dan terlihat usang maka bayangan kalian disini salah. Basecamp milik Aquila ini sangat besar seperti rumah pada umumnya. Dindingnya bercat biru tua dicampur hitam serta banyak foto menghiasi dinding, dan tentunya itu foto anak-anak Aquila. Di sana terdapat sofa panjang yang tak jauh didepannya terdapat tv. Juga tak lupa sebuah kulkas di pojokan yang gunanya untuk menyimpan makanan dan minuman. Tak jauh dari TV terdapat sebuah lemari yang berukuran sedang, isinya? Tentu saja alat tempur mereka. Sedangkan di dalam sana ada tiga ruangan lagi. Pertama adalah kamar mandi, kedua adalah tempat rapat untuk merencanakan sesuatu yang penting, dan yang terakhir adalah tempat latihan. Ada yang nanya latihan apa? Oke, aku jawab. Tempat latihan bela diri. Biasanya tempat itu diisi oleh anggota baru yang masih perlu di asah ilmu bela dirinya.
Mari kita mengintip ruang latihan. Di sana terdapat Adli yang sedang berlatih. Ada juga Ovan yang sedang bermain game di ponselnya dan Rafa yang sibuk memperhatikan Adli berlatih sambil memakan kuaci.
Rafa melihat Adli yang begitu berapi-api meninju samsak dihadapannya. Rafa menggeleng ketika melihat Adli yang menghajar samsak secara brutal dengan gerakan yang tidak teratur.
"Kasian samsak nya woy!" Teriak Rafa yang tak dihiraukan oleh Adli.
Adli semakin bersemangat dan semakin menjadi.
"Van, temen lu kenapa dah?" Tanya Rafa sambil mencolek bahu Ovan.
"Apaansi diem ah elah." Ovan masih fokus pada handphonenya dan Rafa hanya berdecak kesal karena ia di abaikan oleh kedua sahabatnya itu.
Adli kini telah terduduk di lantai dengan nafas terengah-engah dan keringat membasahi sekujur tubuhnya, bahkan keringat mengucur deras di pelipisnya dan itu terlihat, errr— sexy, mungkin?
Akhir-akhir ini Adli banyak pikiran, dan itu semua tentang musuhnya—Rafa dan juga Vio.
Ah, ngomong-ngomong soal wanita itu Adli ingin memberi tahu kalian sesuatu.
Adli tidak mencintai Vio. Bahkan Adli baru kenal dengan Vio. Tapi keadaan yang memaksanya untuk menjaga Vio. Yap, menurut Adli dengan cara memiliki Vio maka ia dengan mudah bisa menjaganya. Apa Adli salah?
Katakan saja Adli egois. Tapi Adli melakukan ini demi keselamatan Vio dan Adli sendiri yakin bahwa Vio tidak akan terbawa perasaan, sebab Vio gadis lugu yang tak mengerti soal asmara, bukan?
Tapi aku rasa Adli salah.
"Dli, kenapa lo?" Panggilan Rafa membuyarkan lamunan Adli.
Adli melirik Rafa sebentar lalu menggelengkan kepalanya.
"Kalo punya masalah nyerita dong." Rafa memancing Adli kali ini. Namun Adli masih diam.
"Lo akhir-akhir ini aneh." Sekarang Ovan yang berbicara. Ia menyudahi game nya dan lebih tertarik pada pembicaraan mereka saat ini.
"Aneh?" Pertanyaan yang Adli keluarkan itu malah ditujukan pada dirinya sendiri.
Ovan mengangguk, "Sejak kapan Lo deket sama Vio? Bukannya Lo nutup rapat hati Lo buat dia?"
Adli mengangkat sebelah halisnya, "Deket bukan berarti gue buka hati buat dia kan?"
Rafa dan Ovan terkejut mendengar kata yang terlontar dari mulut Adli.
"Bukannya Lo pacaran sama dia?" Rafa jadi punya firasat tidak enak.
Adli mengangguk dan membuat Ovan dan Rafa makin tidak enak hati.
"Apa motif Lo pacaran sama Vio?" Ujar Rafa langsung pada intinya.
Adli terdiam cukup lama dan pada akhirnya ia hanya mengedikan bahunya lalu melenggang pergi keluar tanpa sepatah katapun. Lagi-lagi Adli pergi saat membicarakan hal yang penting seperti ini.
"Adli! Woy! Gue belum beres ngomong!" Teriak Rafa yang tak dihiraukan oleh Adli.
"Gak mungkin Adli jadi cowo brengsek. Pasti ada sesuatu yang dia sembunyiin." Gumam Ovan yang masih bisa di dengar Rafa.
"Bener. Adli bukan cowo brengsek." Rafa mencoba meyakinkan dirinya. "Kaya Lo!" Setelah itu Rafa pergi meninggalkan Ovan yang sedang mengumpat kesal.
🌵🌵🌵
Makasih udah baca yaaa. Maapin makin sini makin geje huwaaa >o<
Jangan tinggalin cerita ini'( aku harap kalian bisa stay disini sampe semua selesai')Tadinya sih gabakalan nulis, tapi spesial aja hari ini first love nya gue ulang tahun, jadinya semangat nulis:) happy birthday dulu buat bapake Ter-luv!♡
Jangan lupa tinggalin jejak biar semangat.
Dapet notip vote/komen dari kalian bahagianya setara sama dapet notip dari mas crush :D serius, eh engga, sejutariusNaonsi, Thor😭
Yaudah deh makasih-makasih banyak buat yang udah baca, itu aja udah lebih dari cukup:)
Jangan lupa di follow Instagram nya ni
@adlimahesa_
@arashlaviolyn
@giovano.ganteng
@arabellafreek
@hasnarff✍️Selasa,31 Maret
Author yang lagi kangen tidur di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLI [New Version]
Novela JuvenilAdli Ghani Mahesa. Ketua geng Aquila yang terkenal dengan sifat dingin dan bengis nya. Sering melakukan perkelahian terlebih dengan musuh geng nya, Epsilon. Seseorang yang penuh dengan sejuta misteri. Hingga suatu saat ia membulatkan tekadnya untuk...