22. Broken

1.8K 140 17
                                        

Happy reading and stay safe ✨

"Adli kenapa post foto Vio? Hapus Adli! Vio nanti geer," sepanjang perjalanan pulang Vio tidak henti nya mengoceh kepada Adli untuk menghapus postingan Instagram Adli.

"Vio diem. Gue lagi nyetir." Adli tak menghiraukan omongan Vio. Ia kesal karena tangannya di tarik-tarik oleh Vio. Bagaimana jika Adli lepas kendali dan besok pagi ada berita kecelakaan mobil? Adli masih sayang nyawa gais.

"Vio bakalan berhenti kalo Adli hapus postingannya. Adli jangan kaya gitu dong. Vio jadi berharap." Vio menatap sendu wajah Adli. Vio masih ingat dengan jelas bagaimana perasaannya dulu dipermainkan oleh Adli.

"Kali ini lo boleh berharap," ujar Adli enteng.

Vio mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha mencerna apa maksud Adli. "Jadi, Adli suka sama Vio?"

"Engga."

"Terus?"

"Lebih tepatnya belum."

"Jadi?"

"Gue usahain." Adli tersenyum menatap Vio yang sedang gugup di hadapannya. "Ga usah gugup. Gue belum nembak lo kok."

"E-eh i-itu i-ini deg-degan." Ucap Vio terbata-bata sambil memegang dada nya.

"Cutegirl." Adli mengacak-acak rambut panjang Vio.

Vio menundukan wajahnya yang sepertinya berwarna merah padam saat ini. Adli bersikap manis pada Vio? Ini sangat langka.

"Vio ga boleh cuci rambut, hihihi." Gumam Vio namun masih terdengar oleh Adli.

"Gue deng— TUNDUKIN KEPALA LO VIO!" tiba-tiba dari depan ada sebuah mobil hitam yang hampir menabrak mobil Adli. Namun, untungnya semua tidak terjadi karena Adli memutar stir mobilnya ke samping sehingga menabrak dinding pembatas yang berada di jalan itu.

Terlihat kaca mobil hitam itu diturunkan dan dengan tiba-tiba sebuah batu besar dilemparkan ke kaca mobil Adli. Setelah itu mobil hitam misterius melesat pergi.

"AWAS VIO!" Adli menarik Vio yang sedang menangis kedalam dekapannya sehingga batu itu mengenai kepala Adli.

Darah bercucuran di kening Adli, pening menghampiri kepala Adli dengan perlahan.

"A-adli ini gimana?" Vio menangis panik masih di dekapan Adli. Ia ketakutan apalagi melihat darah Adli yang menetes  hingga ke pipinya.

"Diem. Sebentar, gue pusing." Adli mengambil batu yang tadi dilemparkan oleh sosok yang tidak diketahui, yang kebetulan batu itu ada dibelakang Vio jadi, Adli gampang meraihnya. Batu itu terbungkus oleh kertas yang besar. Di ambilnya kertas itu oleh Adli dan ia baca dibelakang punggung Vio. Ia sengaja, ia tidak ingin Vio tahu.

Jadi gini, sayang? Kamu udah berani ya sekarang? Emh... Persiapkan diri kamu untuk kehilangan wanita itu.
-ll

"Shit!" Adli meremas kuat kertas yang ada di genggaman nya namun, genggaman kuat itu hilang bersama dengan kesadarannya.

• • •

"Adli udah bangun?" saat pertama kali membuka mata yang dilihat oleh Adli adalah gadis yang akhir-akhir ini telah menjadi alasan kebahagiaan nya.

Adli berusaha bangkit untuk duduk namun, pening menyerang kepalanya.

"Adli, udah tidur aja," Vio membantu untuk merebahkan tubuh Adli. "Vio mau panggil dokter Fransco dulu ya. Adli tunggu."

Adli meraih tangan Vio yang hendak pergi. "Gak usah. Lo diem disini, gue mau ngomong." Adli menarik Vio untuk duduk di kursi yang tadi Vio tempati.

"Kenapa, Adli?"

"Mulai saat ini lo Jangan pernah deket-deket sama gue lagi, ngerti?" Adli menatap dalam mata bulat milik Vio.

"Lagi-lagi Adli bersikap gini." Vio tersenyum, namun mata nya menyiratkan kecewa.

"Arashla," Adli meraih kedua tangan Vio, tatapan nya sendu dan suara nya parau. "Berada di sisi gue bahaya, Vio. Ini bukan perintah, ini permintaan. Gue mohon, Vi." Adli mengusap lembut tangan Vio.

"Engga mau, Adli. Vio gak mau pergi. Vio bakalan temenin Adli. Vio sayang sama Adli."

Perlahan Adli melepaskan genggaman tangannya. "Gue gak sayang sama lo dan akan pernah sayang sama lo."

"BOHONG! Adli bilang bakalan berusaha buat sayang sama Vio." Mata Vio sudah berkaca-kaca.

"Gue kebawa suasana, bukan dari perasaan." Adli menghela nafas berat.

"Vio gak akan pergi. Vio gak peduli Adli sayang atau enggak sama Vio." Pada akhirnya air di pelupuk mata Vio pun meluruh.

"PERGI VIO! GUE GAK SUKA SAMA LO! JANGAN KERAS KEPALA!" Adli membentak Vio.

"Adli—"

"GUE GAK SUKA SAMA CEWE CENGENG KAYA LO! GUE GAK SUKA SAMA CEWEK MANJA KAYA LO! GUE GAK SUKA SAMA CEWEK YANG GAK TAU TERIMAKASIH! GUE JUGA GAK SUKA SAMA CEWEK PENYAKITAN KAYA LO! PERGI SEKARANG, ARASHLA!" Adli terengah-engah. Nafasnya memburu, wajahnya memerah.

"Adli, sakit." Vio memegang dadanya dengan tangisan pilu. Tubuh Vio bergetar, perlahan ia berjalan mundur. Rasanya benar-benar menyakitkan.

Adli hanya memperhatikan Vio dengan wajah datar. "Tutup lagi pintunya," setelah itu Adli memejamkan matanya tanpa peduli dengan Vio.

Vio membalikkan tubuhnya lalu berlari keluar ruangan tanpa menutup pintunya seperti yang diperintahkan oleh Adli.

Setelah Adli merasakan Vio sudah pergi, ia membuka matanya dan menatap keluar pintu yang terbuka.

"Gue juga sakit, Vio." Adli memegang dadanya.

🌵🌵🌵

Thanks for reading❤️
Sorry pendek🥺
✍🏻Minggu, 9 Agustus 2020

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang