Happy reading and stay safe ✨
Pagi-pagi sekali Adli sudah nangkring di pekarangan rumah Vio dengan motor kesayangan miliknya. Adli mengalihkan pandangannya dari handphone saat merasakan Vio keluar dari rumah.
"Adli ngapain disini?" tanya Vio bingung sambil menghampiri Adli.
"Mulai hari ini lo pulang-pergi bareng gue," ujar Adli sambil memakaikan helm kepada Vio.
"Eh? Kok gitu?" Vio mengerjapkan matanya saat anak rambut menghalangi penglihatannya.
"Biar aman," Adli menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Vio. Dan itu berhasil membuat pipi Vio memanas.
Setelah itu Adli dan Vio pergi dari pekarangan rumah Vio dan Samapi di sekolah 15 menit setelahnya.
"Adli, Vio duluan ya," setelah memberikan helm nya kepada Adli Vio langsung pergi. Namun, langkah Vio terhenti dan ia membalikan tubuhnya, "Makasih, Adli."
Adli hanya tersenyum tipis.
Vio melanjutkan langkahnya hingga ia sampai di kelasnya. Kelas nya masih sepi karena ini masih jam 06.10, hanya ada satu tas di kelas dan orangnya entah kemana.
Vio hendak duduk di bangkunya namun ia berteriak.
Adli yang sedari tadi mengikuti Vio dari belakang langsung masuk dan menghampiri Vio yang sedang ketakutan.
"Kenapa?" tanya Adli khawatir.
Vio tidak menjawab, ia menangis dalam pelukan Adli.
Adli melihat lima bangkai tikus yang masing-masing tertancap pisau kecil dan darah mengalir di bangku Vio. Adli mengepalkan tangannya saat matanya menangkap kertas kecil yang tak jauh dari bangkai tikus.
Adli meraih kertasnya lalu menimpanya di saku celana tanpa sepengetahuan Vio.
"Udah gapapa, ada gue. Nanti gue minta penjaga sekolah buat ganti bangkunya." Adli mengelus kepala Vio dengan lembut meski amarah nya sedang memuncak.
• • •
Adli kini sedang berdiri di rooftop sambil mengepulkan asap rokok yang sudah di hisap nya. Gara-gara kejadian teror pagi tadi Adli tidak tenang, ia harus segera menemukan pelakunya. Ia sudah muak. Tangannya mengepal saat mengingat coretan yang terdapat pada kertas teror itu.
Siap-siap ya sayang, udah waktunya kamu merasakan kembali kehilangan itu.
—llAdli harus segera menyusun rencana. Bertepatan dengan itu Adli menangkap suara pintu rooftop terbuka.
"Bolos kok gak ngajak," Ovan mendaratkan bokongnya di kursi lusuh yang terdapat di rooftop.
Rafa memberikan sebatang rokok kepada Ovan lalu keduanya pun menikmatinya.
"Teror itu balik lagi," ucapan Adli berhasil membuat Rafa dan Ovan menghentikan pergerakan nya.
"Dia naro bangkai tikus di meja Vio."
"Kita harus cepet bergerak, Dli. Gue yakin dia berbahaya," Rafa bersuara.
"Mungkin gak menurut lo pelakunya musuh Aquila?" Ovan tampak berpikir.
"Maksud lo geng Epsilon?" ujar Rafa.
"Maybe, musuh Aquila bukan cuma satu dua bro," ujar Ovan seraya menepuk bahu Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLI [New Version]
Fiksi RemajaAdli Ghani Mahesa. Ketua geng Aquila yang terkenal dengan sifat dingin dan bengis nya. Sering melakukan perkelahian terlebih dengan musuh geng nya, Epsilon. Seseorang yang penuh dengan sejuta misteri. Hingga suatu saat ia membulatkan tekadnya untuk...