Happy reading and Stay safe ✨
"Mama apa kabar?" Adli berbicara pada gundukan tanah yang di ujungnya terdapat papan kayu yang bertuliskan Melly Ghina Mahesa.
"Adli kangen mama, dan itu selalu." Adli tersenyum getir memandang nisan almarhum ibunya itu. Saat umurnya menginjak delapan tahun ia harus kehilangan ibunya dengan cara yang tragis. Lain kali kita cerita.
"Papa gak bisa dateng hari ini. Dia sibuk karena harus ngurusin banyak pasien." Ayahnya Adli adalah seorang dokter. Sudah menjadi rutinitas bersama sang ayah untuk mengunjungi makan ibunya seminggu sekali, tapi hari ini ayah Adli tidak bisa datang karena ia benar-benar sibuk dan mengatakan pada Adli bahwa besok ia akan nyekar sendiri.
"Papa sayang banget sama Adli. Meski Papa sibuk dia selalu meluangkan waktu buat Adli. Adli bersyukur punya Papa, tapi itu gak lengkap tanpa kehadiran Mama." Hatinya teriris saat mengingat kejadian itu, kejadian yang menyebabkan Mama nya pergi ke sisi Allah.
"Adli pamit. Adli sayang Mama." Setelah itu Adli pergi menuju makam yang tak jauh dari makan Mama nya.
Adli menyimpan buket bunga. "Hai, Bi." Adli tersenyum luka pada gundukan tanah yang sudah sangat penuh oleh rumput liar.
"Kehilangan Lo itu luka yang gak pernah sembuh di hati gue." Adli tersenyum miris. Mengapa takdir sejahat ini padanya? Apa tidak cukup ia kehilangan Mama nya? Kenapa ia juga harus kehilangan 'dia'?
"Maaf gue gagal ngejaga Lo." Lagi-lagi yang keluar dari mulut Adli adalah kata 'maaf' saat mengunjungi makam 'dia'.
"Bi, semoga keputusan gue kali ini gak salah. Gue gak mau kehilangan lagi." Mata Adli berkaca-kaca, tapi ia menahannya untuk keluar. Jangan mengatakan Adli cengeng. Hey, laki-laki juga manusia yang memiliki perasaan. Jika laki-laki sudah menangis itu artinya ia sangat terluka. Apalagi Adli adalah seseorang yang dikenal dengan sifatnya yang garang, berarti jika dia menangis lukanya dalam bukan?
"Gue pamit. Gue sayang Lo, Bi." Adli berdiri meninggalkan makam yang bertuliskan 'Bianca Azela Pramasta', seseorang yang menjadi salah satu alasan dibalik sikap Adli kepada Arashla Rablee Violyn.
•••
Seorang pria tengah berdiri di balkon kamarnya sambil menatap foto wanita cantik didalamnya.
"Kenapa Lo pergi saat gue sadar akan perasaan gue ke Lo?" Pria itu menatap nanar wajah seseorang yang ada dalam foto tersebut.
"Lo mau mempermainkan gue? Lo bohong! Lo gak sayang gue." Pria itu masuk kedalam kamarnya dan duduk di kursi belajarnya.
"Takdir jahat. Dia ngambil Lo saat gue udah sayang sama Lo." Pria itu menatap kosong tembok seolah-olah ia sedang berbicara pada seseorang.
"Apa ini karma?" Lagi-lagi gumamnya, "Ini terlalu berat."
"Kenapa harus Adli? Kenapa semuanya cuma Adli?" Raut sedih diwajahnya sudah terganti dengan raut murka, bahkan tangannya terkepal kuat. "Gue benci Lo Adli Ghani Mahesa!"
•••
Mari kita deskripsikan satu kamar ini, selimut yang ada di lantai, bantal sedang tidur cantik di meja belajar, seprei kasur yang terbuka, guling dan boneka berserakan di lantai, sampah dimana-mana, makanan yang penuh di atas kasur beserta gadis cantik yang sedang fokus pada layar laptop di hadapannya.
"Hiks... Hiks... Kenapa cowoknya meninggal? Hiks... Hiks... Kasian cewenya di tinggalin..." Vio dengan keadaan yang berantakan tak hentinya menangisi Drama Korea yang sedang ia tonton. Ini sudah jam 09.24 dan Vio masih duduk manis di kasurnya yang empuk itu? Oh ayolah, dia anak gadis, tidak baik bermalas-malasan.
Tok Tok Tok
"M-masuk." Ucap Vio sesenggukan.
"Astagfirullahaladzim! Ini apa-apaan Vio?" Hana terbelalak saat melihat kondisi kamar Vio yang mengenaskan.
Vio baru tersadar jika kamarnya ini sudah seperti kapal pecah hanya cengengesan. "Nanti Vio beresin. Ibu jangan marah ya, nanti cepet tua. Vio gak mau punya ibu cepet tua. Vio maunya ibu cantik kaya gini." Jika bukan Hana, mungkin Vio sudah di timpuk dengan wajan dapur karena kurang ajar padanya.
Gue heran sama si Vio, kelakuannya ada-ada aja.
Hana memelototi putrinya itu. "Maaf Ma, Vio salah." Vio menundukkan wajahnya karena merasa bersalah atas apa yang ia perbuat.
"Mama maafin. Jangan kaya gini lagi ya. Cepet beresin abis itu mandi." Ucap Hana dengan lembut.
Vio menganggukkan lalu bergegas membereskan kamarnya, sedangkan Hana sudah keluar.
Saat sedang merapikan kasur tiba-tiba cairan kental bewarna merah jatuh di atas seprei. Vio meraba hidungnya dan benar saja darah itu keluar dari sana. Vio segera mengambil tissue dan membersihkan hidungnya, namun pusing menyerang kepalanya dan saat itu juga Vio kehilangan kesadaran.
•••
Sudah satu jam setengah Hana menunggu Vio turun, niatnya ia akan mengajak Vio untuk pergi ke minimarket. Karena khawatir Hana pun pergi ke kamar Vio. Hana begitu terkejut melihat Vio yang pingsan dengan wajah pucat dan darah di hidungnya. Ia memanggil asisten rumah tangganya. Untuk membawa Vio kedalam mobil.
Saat ini Hana dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia sangat khawatir terhadap Vio, wajahnya pucat sekali seperti mayat. Melihat itu membuat hati Hana teriris.
Saat sampai Hana segera memanggil perawat untuk segera mengurus Vio. Vio dibawa ke UGD dan terpaksa Hana harus menunggu diluar. Saat menunggu Hana mencoba menghubungi sang suami untuk memberi kabar.
"Ibu Hana mari ikut saya." Ujar dokter Fransco yang keluar dari UGD.
Hana mengikuti dokter Fransco ke ruangannya.
"Apa Vio baik-baik saja?" Tanya Hana khawatir.
"Kondisi Vio semakin memburuk—"
🌵🌵🌵
Bianca siapa? Pria itu siapa? Kenapa benci Adli? Vio juga kenapa?
Udah masuk konflik nih:)
Yaudah jawabannya bakalan kalian temuin di bab-bab berikutnya. Makannya terus ikutin Adli biar tau
Btw maap digantung lagi:)
Jangan lupa follow
@adlimahesa_
@arashlaviolyn
@giovano.ganteng
@arabellafreek
@hasnarffKalo ada typo kasih tau euy,
✍️Senin, 30 Maret 2020
Penulis yang udah minum dua gelas susu Dancow.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLI [New Version]
Fiksi RemajaAdli Ghani Mahesa. Ketua geng Aquila yang terkenal dengan sifat dingin dan bengis nya. Sering melakukan perkelahian terlebih dengan musuh geng nya, Epsilon. Seseorang yang penuh dengan sejuta misteri. Hingga suatu saat ia membulatkan tekadnya untuk...