Happy reading ✨
Suasana kantin saat ini sangat ramai karena sudah waktunya jam makan siang. Para siswa sedang berburu makanan dan ada yang sedang mencari tempat duduk.
"Dli, Van, liat deh tempat duduk kita di dudukin sama anak lain," Ujar Rafa kepada kedua sahabatnya, Adli dan Ovan.
"Ya udah nyari tempat lain," Jawab Adli dengan santainya.
"Kok nyari tempat lain? Itu tempat kan buat kita, Dli," Ovan ikut berbicara.
"Ya terus lo mau ngusir dia?" Tunjuk Adli kepada dua wanita yang sedang makan di meja yang biasanya di tempati Adli bersama dengan teman-temannya.
"Ya iya dong bapak!" Ucap Ovan geram.
"Ah elah, gitu aja di ributin. Kenapa gak bareng sama mereka aja sih? Lagian meja gede gitu masih muat tujuh orang mah kali," Lerai Rafa kepada Adli dan Ovan.
Adli berjalan terlebih dahulu menuju meja yang biasa ia tempati dan di ikuti oleh kedua temannya.
• • •
"Jangan duduk disitu, Vi," Cegah Bella kepada Vio yang akan menduduki meja tempatnya ketua geng Aquila. Siapa lagi jika bukan Adli.
"Loh, emangnya kenapa, Bel?" Vio mengerutkan keningnya.
"Itu tempatnya Adli. Jangan di situ, mending kita nyari tempat lain," Bela menyapukan pandangannya ke seluruh kantin untuk mencari meja yang kosong. Namun nihil karena hampir seluruh meja telah terisi kecuali meja Adli.
"Adli?" Tanya Vio lagi-lagi. Wajar Vio bertanya karena dia murid pindahan dan sudah dua hari bersekolah di Global High School ini.
Bella menarik tangan Vio dan membisikkan sesuatu. Vio mengagunkan kepalanya menandakan bahwa dia paham apa yang Bella katakan.
"Ya udah lah Bel, ikut aja sebentar disini ya. Please..." Vio menunjukkan puppy eyes andalannya.
Bella yang melihatnya hanya pasrah dan menuruti keinginan Vio. Karena Bella tahu Vio sangat lapar, sebab saat jam pelajaran tadi Vio memaksa Bella untuk mengantarnya ke kantin. Ya kali Bella mau, ketahuan Pak Bonda bisa berabe, pikirnya.
Vio dan Bella memesan makanan dan tak lama kemudian makanan yang mereka pesan telah sampai.
Saat sedang makan tiba-tiba ada tiga orang pria yang menghampiri meja mereka. Bella yang melihatnya langsung tersedak oleh makanannya dan buru buru mengambil minum. Sedangkan vio tidak menghiraukannya dan dengan santainya ia makan nikmat.
"Ekhm, permisi," Ujar Rafa.
Bella menginjak kaki Vio dari bawah mengisyaratkan bahwa mereka sedang dalam bahaya.
"Aww, sakit ih Bella," Vio meringis karena injakan dari Bella cukup kencang.
Bella menggerakkan matanya seperti menunjuk ke arah belakang Vio yang ada Adli bersama teman-temannya. Lalu Vio membalikan kepalanya dan...
"Iya? Ada apa?" Ucap Vio mengerjapkan matanya berkali-kali seperti anak kecil.
Bella yang melihat tingkah Vio hanya bisa tepuk jidat.
"Aduh sorry ya kita duduk disini. Abis gitu gak izin lagi. Kita mau pergi kok. Sekali lagi maaf ya," Bella meminta maaf kepada Adli dan kedua temannya lalu hendak berdiri namun Adli keburu berbicara.
"Gapapa lanjut aja. Kita bisa bagi tempat duduk," Setelah itu Adli memilih duduk di sebelah Vio sedangkan Ovan dan Rafa duduk di sebelah Bella.
"Eh? Serius gak apa-apa?" Tanya bela was-was.
"Ya udah sans aja kali," Ucap Ovan lebih santai kepada Bella. Dan Bella kembali duduk dengan perasaan yang kurang nyaman.
Vio yang tidak mengerti apa-apa hanya diam dengan santai dan polosnya melanjutkan makan siangnya yang sedikit terganggu.
"Bro, lo pada mau makan apaan?" Tanya Rafa kepada Adli dan Ovan.
"Gue pengen siomay aja deh sama ice lemon tea," Jawab Ovan.
"Gue samain," Kata Adli.
Lalu Rafa pergi untuk memesan makanannya.
Suasana di meja sangat hening dan canggung. Adli sedang sibuk dengan handphonenya dan Ovan memecahkan keheningan itu.
"By the way nama kalian?" Ovan bertanya pada Vio dan Bella.
"Arabella Hans Freek. Panggil aja Bella." Jawab Bella seadanya.
"Kalo lo?" Tanya Bella pada Ovan.
"Serius lo nanya? Lo gak kenal gue gitu?" Ucap Ovan kepedean dan mendapatkan decakan dari Adli.
Bella yang di tanya hanya tersenyum, ia sebenarnya hanya basa-basi. Seantero sekolah tahu pada inti geng Aquila ini. Ya iya lah mereka jelas terkenal. Dari tampang aja mereka gak bisa di ragukan.
"Tau kok," Bella cengengesan.
Ovan mengangkat kedua halisnya seolah-olah ia bertanya 'siapa?'
Bella yang mengerti pun langsung menjawab dengan mantap. "Giovano Anggara,"
"Tepat! Karena lo bisa jawab bener, lo gue traktir hari ini,"
Rafa datang membawa tiga piring siomay di atas nampan. "Makanannya tuan,"
Adli memasukan handphonenya dan mulai memakan siomay di hadapannya.
Suasana kembali hening di antara mereka. Lagi-lagi Ovan mengeluarkan suara. "Eh, lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi loh," Tunjuk nya kepada Vio.
Vio yang di tanya malah sibuk menghabiskan makanannya dan tidak merespon pertanyaan Ovan sama sekali. Hingga akhirnya makanan Vio habis dan ia minum air mineral di hadapannya.
"Aduh maaf ya. Kata Ibu Vio kalo lagi makan gak boleh ngomong," Seluruh mata yang ada di meja itu melihat Vio dengan tatapan takjub.
"Bella udah makannya? Kita ke kelas yu," Vio bersiap untuk pergi dan berdiri dari kursinya.
Bella tersentak. "E-eh, iya udah, ayo."
Saat hendak pergi, tangan Vio dicekal oleh Adli."Temen gue nanya nama lo siapa. Lo bisa sopan sedikit kan?" Ucap Adli tajam.
Vio dengan wajah polosnya hanya menjawab, "Arashla Rablee Violyn. Panggil aja Vio. Rumah Vio ada di komplek cempaka nomer delapan. Vio anak tunggal. Ibu Vio cantik, Ayah Vio juga ganteng, dan Vio sekarang permisi mau ke kelas,"
Penjelasan panjang dari Vio mampu membuat mereka yang ada di meja menganga. Adli melepaskan genggamannya dan membiarkan mereka pergi.
🌵🌵🌵
Jangan lupa vote sama semangatnya!!
Huwa akhirnya bisa update bab satu ini. Makasih udah baca ♥️
✍️Kamis, 20 Februari 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
ADLI [New Version]
Teen FictionAdli Ghani Mahesa. Ketua geng Aquila yang terkenal dengan sifat dingin dan bengis nya. Sering melakukan perkelahian terlebih dengan musuh geng nya, Epsilon. Seseorang yang penuh dengan sejuta misteri. Hingga suatu saat ia membulatkan tekadnya untuk...