4. Bilal?

3.3K 240 5
                                    

Happy reading ✨

Vio keluar dari ruang guru dengan wajah masam dan lusuh.

"Bu Diana nyebelin. Masa Vio disuruh les fisika. Vio kan gamau," Vio bermonolog dengan wajah kesal.

"Mana pake bilang sama Ibu segala lagi. Nanti Vio dimarahin," sepanjang koridor Vio meminum susu strawberry nya sambil berbicara sendiri. Mungkin bagi sebagian orang tingkah Vio terlihat seperti orang yang tidak waras, tapi orang-orang yang dekat dengannya sudah terbiasa dengan sikap Vio yang seperti itu. Bukan karena gila, tapi memang sudah kebiasaan.

Tidak sengaja Vio menabrak punggung seseorang yang menyebabkan susu strawberry nya tumpah.

"Heh, kalo jalan liat-liat dong. Jadi susu strawberry Vio tumpah," mata Vio berkaca-kaca karena susunya sudah tumpah di lantai dengan keadaan yang tak berdaya. Saat hendak melihat pemilik punggung itu, Vio sedikit terkejut.

"Loh? Kamu?" tunjuk Vio di hadapan muka Adli. "Heh Bilal, gara-gara kamu susu Vio jatuh. Vio gamau tau kamu harus ganti rugi. Liat kan kasian susunya tiduran di lantai," tunjuk Vio pada lantai koridor yang kotor oleh susu strawberry miliknya.

Adli tidak menyahut. Dia hanya menatap kosong ke arah lantai yang terkena tumpahan susu strawberry milik Vio.

"Bilal! Kamu denger gak sih Vio ngomong apa?!" Vio kesal dan sedikit membentak Adli.

Adli menatap tajam ke arah Vio. "Nama gue bukan Bilal! Dan lo harus bersihin lantai ini sebelum Pak Bonda ngeliat," Adli pergi begitu saja dengan langkah tergesa-gesa.

Vio yang melihatnya sedikit bingung karena Adli terlihat seperti cemas dan takut. Namun Vio tidak memikirkannya berkepanjangan.

"Dasar si Bilal rese!" Vio terus mengumpat kepada Adli yang sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya. "Ya ampun sayang banget susu strawberry nya."

• • •

"Adli saya memanggil kamu kesini untuk memberikan tawaran kepada kamu," ucap Bu Diana guru fisika tersebut.

"Penawaran apa?" tanya Adli yang duduk di hadapan Bu Diana.

"Sehubungan kamu pandai dalam fisika, saya mau kamu mengajarkan salah satu murid saya yang sangat lemah dalam pelajaran fisika."

"Untungnya buat saya?" tanya Adli.

"Jika murid saya mendapatkan nilai lebih bagus maka nilai sikap minus kamu akan saya coret sesuai dengan angka yang didapat oleh murid saya," tawar Bu Diana.

Adli terlihat berpikir selama beberapa menit. Lalu Adli menyetujuinya karena baginya soal fisika itu mudah dan lumayan juga jika poin kenakalan yang banyaknya berkurang.

Lalu Bu Diana menyerahkan identitas dan nilai muridnya itu. "Ini bisa kamu cek dulu."

Namun Adli tidak mengeceknya karena buru-buru pamit.

• • •

Rafa sedang menunggu Adli di parkiran, namun sudah setengah jam Adli tak kunjung datang.

"Si Adli kemana anjir," celetuk Rafa pada dirinya sendiri.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Adli berlalu kecil ke parkiran menghampiri Rafa.

"Dari mana aja? Lama bener."

"Sorry gue dipanggil Bu Diana," Adli menggunakan helm nya.

"Mau ngapain?" tanya Rafa yang masih diam di tempat.

"Di suruh ngajar muridnya."

Rafa hanya ber oh ria sambil siap siap untuk pergi ke basecamp.

"Eh si Ovan kemana?" tnya Adli sebelum berangkat.

"Nganterin ceweknya," ujar Rafa cuek.

"Siapa?" Adli mengerutkan keningnya karena setahu dia Ovan tidak memiliki pacar.

"Arabella."

Adli mengangguk lalu pergi dan di ikuti oleh Rafa.

🌵🌵🌵

Jangan lupa vote sama semangatnya!
Thanks udah baca💗

✍️Selasa, 25 Februari 2020

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang