14. Pertahanan

2.2K 175 8
                                    

Happy reading and stay safe✨

Hari ini tepat hari ke-lima Vio di rawat di rumah sakit. Dan hari ke-lima juga Vio tidak melihat batang hidung Adli. Banyak pertanyaan yang ingin Vio lontarkan kepada Adli, namun rasanya Vio tidak memiliki keberanian untuk menanyakan hal itu. Melihat mata tajam Adli saja Vio dibuat gelagapan, dan ia tidak ingin menatap mata itu. Namun seperti ada perasaan aneh ketika ia tidak melihat Adli di rumah sakit. Menanyakan kabarnya pun tidak. Sebenarnya apa yang terjadi pada Adli?

"Lo mau minum?" Pertanyaan Bella membuat lamunan Vio buyar.

"Boleh, Bel."

Sudah lima hari ini Bella dan Ibunya Vio selalu bergantian untuk menjaga Vio. Seperti saat ini. Hana sedang pulang ke rumah untuk mengambil beberapa baju Vio dan mengurus rumah. Meski di rumah ada pembantu tapi Hana sudah biasa mengurus rumah. Bagi Hana pembantu itu gunanya hanya sekedar membantu, bukan mengerjakan seluruhnya.

"Bel." Setelah selesai minum Vio mulai membuka mulut.

"Kenapa?" Tanya Bella.

"Soal Adli—" Ucapan Vio terpotong oleh Bella yang berteriak.

"O em ji! Gue lupa! Lo hutang cerita sama gue! Apa yang terjadi sama Lo dan Adli?" Bella berteriak dengan melemparkan tatapan menyelidik pada Vio.

"Bella pelan-pelan. Ini rumah sakit." Vio berdecak kesal karena Sura Bella membuat gendang telinganya terasa sakit. Vio tidak melebih-lebihkan, tapi memang faktanya Bella itu memiliki suara cempreng yang menggelegar.

"Sorry-sorry, hehe." Bella nyengir dengan mengangkat kedua jarinya membentuk peace. "Jadi?" Bella tidak sabar mendengar ceritanya.

Vio mulai menceritakan semuanya tanpa terlewat satu pun. Mulai dari Adli yang memaksa dirinya untuk jadi pacarnya hingga sampai Adli yang aneh, kadang perhatian dan kadang dingin.

"SUMPAH DEMI APA LO?!?!" Lagi-lagi toa mengeluarkan bunyi nyaring—eh, maksudnya Bella.

"Bella!" Vio menggeram kesal karena telinga dibuat sakit lagi oleh Bella.

"Oke-oke maaf. Jadi, ceritanya Lo pacar ketua geng Aquila?" Sekarang Bella malah menggoda Vio.

"Ish, Bella." Kesal Vio dengan wajah yang memberengut.

"Eh tapi Lo baper ga?" Bella ingin memastikan sesuatu.

Vio mengangkat bahunya menandakan ia sendiri tidak tahu.

"Vi, gue harap Lo bikin pertahanan di hati Lo. Karena kita gak tau apa yang ada di pikiran Adli. Dengan adanya pertahanan mungkin Lo bisa jaga-jaga." Ujar Bella dengan serius kali ini. "Perasaan gue ga enak, Vi." Lanjutnya dalam hati.

Vio hanya mengangguk sebagai jawaban. "Maaf, Bel. Vio ga bisa janji." Itu adalah kalimat yang terucap dalam hati Vio.

Sejujurnya Bella khawatir dengan Vio. Siapa yang tidak curiga jika tiba-tiba ada pria yang baru kamu kenal lalu ia menyatakan perasaan padamu? Padahal kamu sendiri tahu bahwa pria itu sangat dingin terhadap perempuan. Apa kamu pikir dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Mungkin bisa jadi. Tapi jika untuk Adli? Apa itu mungkin? Dari sikap nya saja tidak bisa kita baca. Maka wajar jika Bella khawatir. Apalagi kondisi Vio saat ini juga menjadi ke-khawatiran Bella juga. Vio bilang ia kecapean, tapi tetap saja Bella sebagai sahabat terbaik Vio merasa khawatir.

"Eh, Vi, gue mau ke kantin dulu ya. Lapar soalnya." Ujar Bella yang langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Ya udah sana." Kata Vio.

"Lo gapapa gue tinggal sendiri?"

"Gapapa Bel, lagian Vio kan udah mendingan." Vio meyakinkan Bella.

"Ya udah, tunggu bentar ya." Bella melenggang pergi keluar kamar rawat Vio dan menuju ke kantin.

Saat sedang berjalan, Bella melihat dari arah yang berlawan seseorang yang sangat ia kenal. Bella berlari kecil untuk menghampiri orang itu.

"Kebetulan ada Lo." Ujar Bella yang tiba-tiba itu membuat orang yang berada di depan Bella tersentak kaget. Namun ia masih diam tidak mengeluarkan suara.

"Gue mau ke kantin beli makanan. Lo tolong jagain Vio di kamar nomer 216-C, kalo gitu gue duluan, bye." Bella langsung pergi tanpa memberi kesempatan lawan bicaranya untuk berbicara.

"Vio? Di rawat?" Karena penasaran orang itu pun segera pergi menuju kamar inap yang telah disebutkan Bella tadi.

Ketika sampai di depan pintu nomer 216-C, orang tersebut membukanya secara perlahan. "Vio?"

Vio membalik ke arah orang yang memanggilnya di pintu. Dan Vio terkejut saat melihat—

🌵🌵🌵

Maap pendek:( maap juga gantung :D
Btw thks udah baca yaaa')
Tetep disini, jangan kemana-mana 🙃

Ada sesuatu yang mau disampein dari Adli dkk nih

Adli     : mksh udh bca
Vio      : Adli ngomongnya yang bener, biar yang baca pada ga ambigu.
Rafa    : Tau Lo, Dli. Gue kira Lo bilang makasih ke bank.
Ovan   : HUWAHAHA BANK, HUWAHAHA.
Bella    : apaansi kalian receh-_
Adli      : garing
Vio       : ga lucu
Author : bisa langsung ke intinya ga? Kasian pembaca pada kesel.
Ovan   : sabar, Thor.
Rafa    : gue aja yang ngomong. Jadi gini... Itu... Emh... Anu... Itu...
Ovan   : lama Lo anj—
Author : bahasanya di jaga, Van!
Ovan   : hehe
Adli      : Lama. Intinya makasih udah baca. Jangan lupa di vote.
Bella    : Nah gitu doang susah bgt sih, Raf.
Rafa     : grogi diliatin si Siti.
Author : Siti siapa?
Rafa     : gatau
Adli      : gj
Vio       : 2^
Bella     : 3^
Ovan    : 4^
Author  : 5^
Rafa      : jahat lu semua!

Instagram
@adlimahesa_
@arashlaviolyn
@ovan.gans
@arabellafreek
@hasnarff

✍️Rabu, 1 April 2020

Penulis yang uring-uringan gegara pms

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang