16. Papa Mertua

2.1K 161 8
                                    

Happy reading and stay safe ✨

Seorang anak laki-laki memperhatikan ibunya di sebrang sana yang sedang  tersenyum ke arahnya.

"Tunggu disitu!" Teriak wanita cantik kepada sang anak.

Anak laki-laki itu hanya menatap ibunya yang sedikit kesusahan membawa keresek besar yang berisi buah strawberry. Wanita cantik itu hendak menyebrang namun ada mobil pick up dengan kecepatan di atas rata-rata mengarah kepada wanita cantik itu.

"Mamaa!"

Adli bangun dengan nafas terengah-engah, keringat membasahi tubuhnya, matanya memerah. Adli melihat ke arah jam di nakas nya yang menunjukan pukul 01.23 dini hari. Ia turun dari ranjang king size nya dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Saat ia akan menaiki tangga terdengar suara Papanya yang sedang berbicara dengan seseorang di ruang kerjanya. Adli menghampiri Papanya untuk menyapanya. Saat memegang kenop pintu ia terdiam.

"Kondisi Vio saat ini tidak baik-baik saja. Lebih baik Ibu membawanya ke rumah sakit sekarang. Disana ada dokter yang berjaga malam ini. Saya akan memeriksa keadaan Vio besok pagi,"

Sepertinya Papa Adli telah selesai menelepon. Karena ia penasaran ia masuk kedalam ruang kerja Papa nya.

"Papa," Adli duduk di sebuah sofa di ruangan tersebut.

"Hai, sayang. Kenapa belum tidur?" Papa Adli sekilas menatap Adli lalu kembali fokus pada berkas-berkas rumah sakit.

"Adli kebangun,"

Papa Adli menganggukan kepalanya,"Mau begadang sama Papa?" Kini Papa Adli menatap Adli sambil tersenyum.

Adli berfikir sebentar lalu menganggukan  kepalanya, lalu ia pergi ke dapur untuk membuat kopi dan mengambil beberapa snack di kulkas. Ini yang Adli sukai, meski Papa nya sangat sibuk tetapi ia memiliki waktu berdua bersama Papa nya. Bukan sekali dua kali ia begadang dengan Papa nya, tapi ini untuk kesekian kalinya.

Jika para orang tua akan marah saat mengetahui anaknya tidur malam, tidak dengan Papa Adli. Karena baginya ini kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama. Meski lelah karena bekerja dari pagi hingga larut bagi Papa Adli lelahnya akan terbayar jika bersama dengan Adli. Pernah saat itu Adli memarahi Papa nya karena begadang, tapi bukan Papa Adli jika tidak keras kepala. Jadi kalian tahu kan sifat keras kepala Adli berasal dari mana?

Adli sudah duduk di sofa ruang kerja Papa nya. Ia meletakan secangkir kopi di meja Papa nya dan satu lagi untuk dirinya.

"Pa," Adli membuka pembicaraan.

"Kenapa?" Tanya Papa Adli yang masih fokus pada berkas-berkas nya.

"Tadi Adli denger Papa nyebut nama Vio pas lagi telponan,"

Kini Papa Adli menatap anaknya itu, "Kamu kenal?"

Adli mengedikan bahunya, "Mungkin," Adli rasa bukan Vio yang dimaksud Papa nya bukanlah Vio yang ia kenal.

Kini Papa Adli menghampiri Adli yang sedang mengunyah makanan. Papa Adli duduk di sebelah Adli.

"Gimana sekolah kamu?" Kini Papa Adli memasukan makanan pada mulutnya.

"B aja,"

Papa Adli tersenyum memaklumi anaknya ini. "Kalo geng kamu?" Ya, Papa Adli tahu bahwa anaknya itu adalah ketua dari sebuah geng besar. Namun ia tidak mempermasalahkan nya jika geng nya baik-baik. Aquila memanglah geng yang terkenal dengan keberingasannya, tapi geng itu adalah geng baik-baik. Jika sekarang? Entahlah.

"Aman kok Pa,"

"Kalo pacar?" Tanya Papa Adli dengan jail.

"Apaansi Pa," Adli berdecak kesal.

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang