15. Orang itu

2.2K 162 1
                                    

Happy reading and stay safe✨

Vio membalik ke arah orang yang memanggilnya di pintu. Dan Vio terkejut saat melihat—

"Adli?"

Adli menghampiri Vio, "Kenapa Lo?" Nada nya terdengar ketus namun seperti ada rasa khawatir.

"I-itu Vio kecapean." Ujarnya dengan gugup karena bertemu lagi dengan mata tajam yang Vio hindari.

"Oh."

Keheningan menyelimuti keduanya. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Adli sebenarnya tidak niat untuk bertemu dengan Vio. Ia hanya penasaran mengapa Vio di rawat. Niatnya hanya sekedar melihat, bukan menjenguk seperti ini.

"A-adli." Vio memanggil Adli dengan kepala menunduk karena rasa takut ditatap tajam lagi oleh Adli.

"Apa?"

"Emh i-itu—"

"Kalo ngomong liat orangnya. Gue disini, bukan dibawah." Ujar Adli yang membuat Vio mengangkat kepalanya.

"Maaf."

"Mau ngomong apa?" Tanya Adli.

"Adli kenapa jadiin Vio pacar Adli? Padahal kita baru ketemu. Adli sayang sama Vio?" Akhirnya pikirannya pun tersuarakan.

Adli mengangkat sebelah bibirnya dan menatap Vio tajam.

"Cukup nurut sama gue dengan begitu nyawa Lo dalam keadaan aman. Sayang?" Adli terlihat seperti berpikir namun wajah seramnya tak kunjung hilang. "Ga usah kepedean. Gue ga sayang sama Lo, apalagi cinta."

Vio sedikit kaget karena ucapan Adli barusan. Nyawa Vio dalam keadaan aman? Maksudnya apa? Dan Adli tidak menyayangi Vio? Vio kira Adli mencintainya, maka dari itu Adli menjadikannya sebagai pacar. Jujur saja Vio terluka karena merasa di permainkan. Vio tidak berharap sama sekali pada Adli, bahkan Vio tidak menyukai Adli. Tapi jika mengetahui dirinya dipermainkan apa Vio tidak sakit hati? Se-polos-polosnya Vio, ia juga memiliki hati yang bisa terluka karena hal-hal yang menyakitkan baginya. Contohnya pengakuan Adli seperti saat ini.

"Maksud Adli nyawa Vio aman itu apa?" Vio mengesampingkan pertanyaan masalah hatinya. Karena rasanya permasalahan nyawa lebih penting. Bukan begitu?

"Belum saatnya Lo tau."

"Kenapa? Kenapa Vio ga boleh tau? Bukannya ini juga menyangkut nyawa Vio?" Vio memberanikan diri menatap lekat mata Adli.

"Gue bilang BELUM SAATNYA Lo tau!" Adli dengan sengaja menekan kalimatnya dengan tujuan agar Vio mengerti.

"Engga! Kasih tau Vio sekarang!" Kali ini Vio meninggikan suaranya. Tidak peduli dengan tatapan itu. Bagi Vio, Adli sudah berlebihan.

Jangan salahkan Vio jika dia keras kepala. Karena sikap Adli yang tidak jelas membuatnya merasa risih dan terganggu. Vio sudah muak dengan ketidak jelasan dari sikap Adli. Dan sekarang Adli membicarakan soal nyawa Vio secara terang-terangan lalu membuat Vio penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya? Apa mau Adli?

"Ternyata Lo keras kepala." Ucap Adli masih tenang.

"Apa tujuan Adli sebenarnya? Alasannya kenapa?" Sekarang raut wajah Vio seolah memohon meminta penjelasan dari Adli.

"Nyawa Lo terancam karena gue! Gue cuma berusaha melindungi Lo!"

Vio semakin mengernyit bingung. Ia memijat pelipisnya, kepalanya terasa berat. "Vio ga ngerti. Kenapa terancam karena Adli?"

Adli terdiam.

"Kenapa Adli?" Tanya Vio lagi.

"Engga sekarang, Vi." Suara Adli sangat pelan, bahkan terdengar seperti bisikan. Tatapan tajam itu hilang digantikan oleh tatapan sayu.

ADLI [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang