4. Calon Suami

64.1K 5.9K 226
                                    

Cuma part pendek buat yang gemes sama Mas & Us Us. Ngetik semalam, makanya bisa up sekarang.

Selamat hari raya Idul Adha untuk teman-teman pembaca muslim.

Oya di extra part Arranged Marriage, Irene aku ceritakan umurnya 23 tahun ya, kayaknya aku kurangi aja deh, jadi 22, sedang Arham 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oya di extra part Arranged Marriage, Irene aku ceritakan umurnya 23 tahun ya, kayaknya aku kurangi aja deh, jadi 22, sedang Arham 24.

Di wattpad ini segala penulisan masih mentah ya, belum revisi. Aku kadang masih suka pakai kata non baku atau yang terdengar familiar padahal udah tahu yg bener di KBBI. Misal kata sholat, di KBBI itu salat. Aku masih suka nulis sholat, soalnya nggak biasa pakai salat. Tapi kalau semisal diterbitkan biasanya diganti jadi salat.

Tiga hari berlalu. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Arham. Entah kenapa, hari-harinya mendadak sepi dan kosong. Suasana pondok yang dihiasi keramaian para santri pun serasa hampa. Ia merasa asing di tengah banyak orang.

Tiga hari ini juga ia tak enak makan, tak lelap tidur, dan pikirannya berkelana pada satu nama "Mas Irene".

Ia tak mengerti tentang perasaannya. Sejenak ia bertanya, apa ia sudah jatuh cinta pada gadis tomboy itu? Entah kenapa wajah Irene selalu menggelayut di pelupuk mata. Ia teringat akan sikap manja, kolokan, dan absurd Irene yang sering kali membuatnya gemas.

Saat tengah galau memikirkan gadis itu, Arham mengambil air wudhu, salat, atau membaca Al-Qur'an. Ia memohon ketenangan sekaligus minta didekatkan pada Irene jika memang gadis itu menjadi jodohnya.

Sering Arham bertanya-tanya dalam benak, apa gadis itu juga merindukannya? Apa terbersit namanya dalam pikirannya? Ah, ia menghela napas. Ia berpikir mungkin ini hanya euforia sesaat. Sekembalinya Irene ke Bandung, gadis itu tentu sudah lupa akan hari yang singkat selama di pondok. Singkat, tapi sudah mampu hadirkan kenangan yang tak terlupakan.

Sejenak Arham merenung. Apakah ia benar-benar yakin menyukai Irene? Apa Irene wanita yang dipersiapkan Allah untuknya? Dengan sifatnya yang absurd, manja, kolokan, kadang sok sangar, selengekan... Apa kabar dengan ustazah Sabrina yang diharapkan orang tuanya untuk menjadi istrinya? Gadis itu baik, shalihah, menutup aurat dengan baik, ilmu agamanya baik, pengamalan agamanya insya Allah baik. Namun dia tak merasakan getaran atau chemistry apapun saat melihat atau berbicara dengan Sabrina. Sebaliknya, Irene yang baru dikenalnya justru membuat hatinya seperti tangah menaiki roller coaster. Kadang menukik tajam membuat deg-degan tak karuan, kadang menurun membuatnya tersenyum melihat tingkah Irene yang tak jelas. Kadang membuatnya galau dan gelisah.

Kenapa godaan jatuh cinta itu semburatkan rasa yang tak menentu? Ada rasa bahagia, berdesir, dunia serasa tampak lebih cerah, bunga-bunga seolah membanjiri hatinya... Tapi di satu sisi ada rasa takut... Takut jika matanya tak bisa berhenti mencuri pandang ke arahnya. Takut membayangkan sesuatu yang romantis bersamanya. Takut terjerumus dalam ikatan tak halal....

Arham memejamkan mata kuat-kuat, berharap rasa kantuk akan datang agar malam ini terbebas dari kegalauannya memikirkan Irene. Sungguh menyiksa... Menahan rasa rindu... Rindu pada seseorang yang belum halal.

Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang