12. Strategi

47.6K 5.4K 218
                                    

Btw sering ada pembaca yang bilang, kok partnya kepotong, ya? Ini aku juga gak ngerti kenapa kadang wattpad pembaca ada yg eror dan cuma bisa baca setengah part. Jadi kalau kalian lagi baca terus ada bagian yang kepotong, coba logout dulu. Karena di akun pembaca lain bisa baca sampai full. Itu artinya akun kalian lagi eror. Setipe sama tulisan yang tiba-tiba double atau berulang, ini juga bisa jadi karena wattpad kalian lagi eror. Solusinya dilog out dulu. Gak tahu ya kadang bisa eror gini. Jadi kalau tanya ke author, kok kepotong ya? Kok tulisannya double-double, wah itu aku juga gak tahu karena aku nulisnya full dan gak double-double. Wattpad kadang emang ajaib haha...

Btw yang belum follow, follow dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw yang belum follow, follow dong. Butuh 4rb menuju 50rb. Masih butuh banyak, huaaa... Awal join di wattpad followernya cuma satu-dua orang. Makasih banyak ya teman-teman yang udah sudi memfollow hehe.

Seusai makan malam, adik Sabrina yang bernama Ayub menjemputnya. Ayub juga yang mengantar kakaknya ke rumah orang tua Arham, tapi ia tidak ikut makan malam karena ada janji mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Sebenarnya orang tua Sabrina juga diundang. Namun karena saat ini orang tua Sabrina sedang berada di Jakarta, akhirnya hanya Sabrina dan adiknya yang datang.

Arzan menatap Sabrina tajam ketika berpamitan dengan orang tuanya dan berjalan menuju pintu. Sabrina tahu, sorot mata Arzan tak henti mengikutinya, tapi ia tak peduli. Ia tak ingin kembali pada laki-laki itu. Baginya Arzan hanyalah masa lalu yang datang di saat jiwanya masih labil. Pria itu hanya seseorang yang pernah singgah dan mengukir kisah, tapi ia tak mau tarian pena milik Arzan akan berputar lebih lama di lembar diary hidupnya. Ia tak mungkin menyerahkan masa depannya pada orang yang salah.

Setelah Sabrina undur diri, Arham menyiapkan mental untuk berbicara dengan orang tuanya. Ia bahkan sudah mempersiapkan diri agar hatinya lebih lapang jika nanti mendapat penolakan dari bapak ibunya.

"Pak, Bu, Arham ingin bicara." Arham menghirup napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan.

"Bicara apa?" Pambudi menaikkan alisnya.

"Orang tua Irene ingin bertemu. Semoga dengan pertemuan nanti, ada solusi terbaik untuk Arham dan Irene. Arham mantap ingin menikah dengan Irene." Tutur kata Arham tak sedikitpun mencerminkan keraguan. Terlihat benar sorot matanya menyiratkan ketekadan niatnya.

"Kenapa kamu keukeuh ingin nikah sama Irene? Sabrina lebih cocok mendampingi kamu." Marini tak habis pikir, putra keduanya ini bisa tergila-gila dengan perempuan tomboy itu.

"Karena Arham yakin Irene yang terbaik. Setidaknya Bapak Ibu kenalan dulu dengan orang tua Irene. Mereka orang yang baik dan sangat ramah." Ada pengharapan yang begitu besar terbersit dari mata tajamnya.

"Background agama mereka gimana? Apa bagus? Orang tua Sabrina adalah tokoh agama yang penting. Sabrina berasal dari keluarga yang agamanya bagus dan santun." Pambudi menatap Arham tajam.

"Yang pasti mereka orang baik, Pak, Bu. Mereka mendukung Irene untuk belajar agama, bukankah itu artinya mereka juga peduli dengan masalah agama?" Arham tak akan mundur sedikitpun untuk memperjuangkan cintanya.

Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang